Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 29 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tarigan, Henry Guntur
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen P dan K , 1978
499.222 1 TAR s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Henry Guntur
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1990
390 TAR p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Balai Pustaka, 2001
R 499.23 KAM (1)
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Neumann, J.H. (Johann Heinrich), 1876-1949
Djakarta: Bhratara , 1972
992.5 NEU s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Barus, Ngukumi
Abstrak :
Folktale in Karo-Batak, with summary in Indonesian
[Jakarta]: Yayasan Merga Silima, 1990
398.215 BAR b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Tarigan, Henry Guntur
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembanga Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1978
499.2 HEN b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Damanik, Erond L.
Abstrak :
ABSTRAK
Studi ini bertujuan untuk memahami pembelahan etnik Karo di Sumatra Utara. Masalahdirumuskan pada pertanyaan: bagaimanakah pembelahan etnik Karo dilakukan selama periodekolonialisme? Paradigma yang digunakan pada kajian ini adalah sejarah etnik denganpendekatan mixed epistemologi, yakni menggabungkan pendekatan sejarah, antropologibudaya, dan arkeologi untuk menelaah proses sejarah dan budaya yang memunculkanpembelahan etnik. Penelitian dijalankan secara kualitatif. Dapat disimpulkan bahwapembelahan etnik Karo merupakan fenomena pengontruksian identitas selama periodekolonialisme, yang didasarkan pada perbedaan sosio-geografis dan sosiokultural denganpenekanan secara politis, ekonomi, dan sosial. Satuan sosial hasil pembelahan, yakni KaroGugung dan Karo Jehe, tidak menghasilkan deep-rooted ethnic boundary karena keduanyamasih mengakui atribut objektif yang sama. Kebaruan kajian ini bahwa etnisitas adalah alatpembentukan koloni baru yang tunduk pada Pemerintah Kolonial. ABSTRACT
This study aimed to understand the cleavages of Karo ethnic in North Sumatra. It formu-lated the question: how was the cleavages of Karo ethnic carried out during colonialperiod? The paradigm of this study was ethnohistory with a mixed epistemologicalapproach that combines historical, cultural anthropological, and archeological approachesto examine historical and cultural processes that give rise to ethnic cleavages. The researchwas carried out qualitatively. It can be concluded that the cleavages of Karo ethnic was aphenomenon of identity construction during colonial period, which was based on socio-geographical and socio-cultural differences with political, economic and social emphasis.Two social units resulting from cleavage, Karo Gugung and Karo Jehe, do not producedeep-rooted ethnic boundary because both of them still recognise the same objectiveattributes. The novelty of this study shows that ethnicity is a tool for forming new colonieswhich are subject to the Colonial Government.
Kalimantan Barat : Balai Pelestarian Nilai Budaya , 2019
900 HAN 3:1 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Limbeng, Julianus
Abstrak :
Karo adalah salah satu sub-suku bangsa yang banyak anggota masyarakatnya melakukan migrasi ke Pulau Jawa, khususnya ke Jakarta dan sekitarnya. Perpindahan ini hingga saat ini terus berlangsung sehingga diperkirakan populasi orang Karo di Jakarta lebih kurang 20.000 orang. Hal ini bisa kita lihat dari data anggota Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) saja di Jakarta lebih kurang 12.000 orang, dan ditambah pemelukpemeluk agama lain seperti Katholik, Islam, Kristen Protestan dan lainnya. Namun sampai saat ini angka yang pasti tentang jumlah orang Karo di Jakarta belum ada.

Melakukan migrasi pada masyarakat Karo bukanlah prilaku yang acak, karena itu orang-orang yang memutuskan untuk bermigrasi dapat dianggap sebagai orang-orang pilihan dari antara populasi (Guillet et at, 1976: 10), walaupun mungkin ada unsur-unsur atau faktor kemungkinan yang mendorong untuk bermigrasi. Keadaan-keadaan biografi personal mungkin merupakan faktor-faktor selektif yang menentukan individu-individu yang mana cenderung bermigrasi (Pally, 1994 : 8).

Orang Karo yang melakukan migrasi ini biasanya mempunyai kelompok-kelompok dan memilih tempat tinggal sementara dimana ada orang yang dikenalnya seperti satu kampung, hubungan kerabat dan sebagainya, karena orang Karo yang di Jakarta berlainan asal usul dari daerah asalnya (Petro, 1981 : 1-10). Walaupun jauh dari daerah asalnya, masyarakat Karo di `perantauan' di dalam kehidupan dan adaptasinya dengan budaya-budaya yang amat heterogen masih berusaha mempertahankan identitas etniknya dengan melakukan kegiatan-kegiatan budaya yang dijewantahkan di dalam upacara-upacara adat yang dilakukan yang disebut dengan adat nggeluh (Ginting, 1989 : 1-20) yang dibawa dari daerah asal walaupun perubahan-perubahan dapat saja terjadi dari beberapa sisi akibat banyak faktor.

Keberadaan instrumen musik dalam setiap upacara-upacara adat adalah merupakan hal yang sangat penting. Ensambel musik ini dikenal dengan nama gendang lima sedalanen yang terdiri dari 5 buah instrumen, yaitu sarune (aerofon, single-reed), gendang indung (membranofon, konikal), gendang anak (membranofon, konikal), gang (gong), dan penganak yaitu sejenis gong kecil (Sembiring, 1995 : 2). Ensambel musik ini dimainkan oleh lima orang. Namun, sekarang ini alat musik ini sudah jarang sekali digunakan di dalam kegiatan upacara-upacara yang ada dan digantikan oleh satu alat musik saja yaitu kibot, dan orang Karo menyebutnya dengan gendang kibot.

Gendang kibot adalah sebuah alat musik elektrik keyboard (organ). Kibot ini dapat diprogram sedemikian rupa untuk meniru bunyi yang hampir sama denga bunyi gendang lima sedalanen. Tidak semua kibot dapat diterima, hanya produksi dari perusahaan alat musik Jepang Technics dengan sari KN-2000. Namun demikian masyarakat Karo di Jakarta menerima kehadiran alat musik ini walaupun adanya perubahan-perubahan di dalam bentuk penyajian. Kehadirannya hampir selalu ada dalam upacara-upacara adat yang dilakukan baik yang bersifat kegembiraan dan kesedihan. Gendang kibot tidak saja sebagai pelengkap upacara, tetapi dia berubab hampir menjadi utama, karena orang cenderung menghadiri sebuah kegiatan apabila alat musik ini ada. Dia menjadi sebuah alat yang mempunyai makna yang sangat luas di dalam adaptasi masyarakatnya untuk membawa masyarakatnya kepada sebuah manifestasi dalam pola-pola hubungan sosial baik ke dalam maupun keluar demi kelangsungan hidup masyarakatnya.

Soal bagaimana gendang kibot berfungsi sebagai salah satu alat integrasi masyarakat Karo di Jakarta dapat dilihat dart kepentingan dan peranan-peranannya di dalam setiap konteks upacara-upacara yang dilakukan masyarakatnya. Hal ini sudah pasti menyangkut adanya suatu kebutuhan masyarakat untuk menggunakan perangkat alat tersebut. Untuk itu, maka beberapa konsep penting untuk mengkaji fenomena tersebut antara lain adalah kebutuhan, integrasi (Smith, 1987), pranata atau institusi (Uphoff, 1986), strategi adaptasi (Smith, 1987), struktur sosial (Foster, 1949; Merton, 1968) dan perubahan sosial budaya (Suparlan, 1986; Bungess, 1948; Inkeles, 1955; Etzioni and Etzioni, 1964).

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan teknik pengamatan terlibat dan wawancara mendalam. Di dalam penelitian ini peneliti terlibat aktif di dalam kegiatan-kegiatan gendang kibot, tetapi wawancara tetap dilakukan kepada sejumlah informan untuk mengambil data primer. Pengamatan dilakukan terhadap kegiatan kehidupan masyarakat Karo di Jakarta dan sekitarnya. Pendekatan kualitatif diarahkan untuk menggali data etnografi masyarakat yang diteliti mengenai fungsi gendang kibot di dalam penintegrasian masyarakat Karo di Jakarta. Pengamatan dan wawancara dilakukan saling melengkapi, baik dalam arti saling mengisi kekurangan data dan menjauhkan penfsiran-penafsiran yang bersifat pribadi.
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T10946
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pelawi, Kencana S.
Depok: Universitas Indonesia, 1986
S7383
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>