Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 53 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abstrak :
Seperti tampak pada unsur-unsur ornamennya, interior Gereja Katolik Santo Yakobus di Surabaya kaya dengan tandatanda yang penuh makna. Tanda-tanda ini berfungsi sebagai representasi liturgi Katolik dengan ciri-ciri universal dan menjadi sebuah referensi bagi perancangan gereja Katolik di seluruh dunia. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap makna tanda-tanda ini dari sudut pandang semiotika menurut teori yang dikemukakan Charles Sanders Peirce. Dalam hal ini tanda-tanda dianalisis melalui kategori ikon, indeks, dan simbol dan kemudian dikombinasikan dengan analisis pemaknaan denotasi, konotasi dan aspek sosial. Hasil analisis menunjukkan bahwa tanda-tanda yang terdapat pada gereja ini menyampaikan makna, tidak hanya yang berkaitan dengan liturgi Katolik tetapi juga makna yang melampaui hal ini, yakni makna yang berkaitan dengan konteks sosial.
747 DIM 7:1 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Miniwaty Halim
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman konsep kematian pada anak Katolik usia 5 sampai 8 tahun. Konsep kematian merupakan salah satu konsep abstrak yang sukar dipahami karena orang dewasa cenderung menghindari informasi tentang kematian bagi anak. Konsep kematian sendiri terdiri dari 4 subkonsep, yaitu Irreversibility (kematian merupakan proses yang tidak bisa dibalik), Inevitability (kematian dapat terjadi pada semua makhluk hidup), Cessation (semua proses kehidupan berakhir pada saat kematian), dan Causality (penyebab-penyebab obyektif dari kematian). Dalam pemahaman konsep kematian, manusia mengidentifikasikan diri dengan sistem religius dan filosofis yang dianutnya (Feifel, 1959). Penelitian-penelitian sebelumnya (Nagy dalam Feifel, 1959; Gartley & Bernasconi dalam Binter & Frey, 1973) menggambarkan keseluruhan ide anak tentang kematian. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah perbedaan yang ditunjukkan oleh anak dengan rentang usia yang berbeda merupakan perbedaan yang bermakna. Kemampuan pemahaman berkaitan dengan perkembangan kognisi. Semakin kompleks struktur kognisi seorang anak, semakin tinggi pula tingkatan pemahamannya. Tingkatan pemahaman bersifat hierarkis, terdiri dari translation, interpretation, dan yang paling tinggi extrapolcition (Gronlund, 1968). Berdasarkan karakteristik berpikirnya, diperkirakan anak usia 5 tahun berada pada tingkat pemahaman translation, dan anak usia 8 tahun pada tingkat interprelation. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kualitatif tampak dalam metode pengumpulan data yang menggunakan teknik wawancara. Sedangkan pendekatan kuantitatif tampak dalam teknik analisis skor hasil wawancara dengan menggunakan uji signifikansi. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa anak usia 5 tahun telah mencapai tingkat extrapolation untuk subkonsep lrreversibility, tingkat interprelation untuk subkonsep Inevitabilily dan Causality, serta tingkat translation untuk subkonsep Cessation. Sedangkan anak usia 8 tahun telah mencapai tingkat extrupolation untuk subkonsep lrreversibility, lnevitability, dan Causality, serta masih dalam tingkat translation untuk subkonsep Cessation. Pemahaman anak Katolik akan konsep kematian merefleksikan ajaran agama Katolik, antara lain adanya kehidupan setelah mati. Untuk penelitian berikut, peneliti menyarankan penggunaan jumlah subyek yang lebih besar, instrumen yang lebih komprehensif serta situasi pengumpulan data yang lebih konstan.
2001
S3027
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1993
S6743
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Amsterdam : L.C.C. Malmberg, 'Shertogenbosch
050 KC 1 (1945) I (1)
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Washington DC: Council for Research in Values and Philosophy, 2005.
261.2 MUL
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Yudita Trisnanda
Abstrak :
Ketidakjelasan muncul terkait keabsahan perjanjian kawin pasangan suami istri pemeluk agama Katolik yang perceraiannya tidak didaftarkan pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Dapat dikatakan, bahwa pasangan suami istri yang tidak mendaftarkan perceraiannya pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil masih terikat perkawinan yang sah, walaupun telah mendapatkan putusan pengadilan. Permasalahan menjadi semakin kompleks, manakala pasangan suami istri tersebut ingin melakukan perkawinan kembali dengan pasangannya terdahulu. Penelitian menggunakan bahan hukum primer berupa perundang-undangan yang berkaitan dengan perkawinan menurut hukum negara dan agama Katolik serta mengenai perjanjian kawin. Bahan hukum sekunder berupa buku-buku dan wawancara dengan romo dan hakim. Bahan-bahan hukum tersebut kemudian dianalis secara kualitatif. Perjanjian kawin pasangan suami istri pemeluk agama Katolik pada perceraian yang tidak didaftarkan dalam hal terjadi perkawinan kembali tetap sah, kecuali pasangan suami istri tersebut telah membatalkan terlebih dahulu. Notaris selaku pembuat perjanjian kawin juga hendaknya memberikan penyuluhan hukum terkait pentingnya pendaftaran perceraian, dimana dalam perkawinan tersebut diikuti dengan perjanjian kawin. ......Unclear status prenuptial agreement arise in catholic marriage if the divorce is not registered in civil registrar. In Indonesia, divorce will be legalized if the couple register their divorce in the civil registrar after the judge grant their request on court proceeding. However, complex situation arise whenever the couple want to do remarriage since catholic does not allow divorce. Furthermore, the notary as the one who create the prenuptial agreement should give clear understanding on legal consequences after creating prenuptial agreement in relation to catholic and Indonesian marriage.A critical question posed in this scene is, does the remarriage process legal under Indonesian law? Does the prenuptial agreement still valid? To answer those questions The research will based on primer sources of law which are indonesia marriage law and catholic marriage law; and secondary sources of law which are books & interview with Churchmans and judges. In addition to that. The research method will based on qualitative approach.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2019
T52025
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liria Tjahaja
Abstrak :
Disertasi ini membahas tentang bagaimana di tengah arus perubahan zaman (globalisasi), komunitas orang Tionghoa diaspora yang merupakan umat Katolik di Gereja Toasebio tetap menyelenggarakan tradisi ritual makan bersama (jùcān) untuk membangun dan mempererat ikatan guānxì sebagai strategi pemertahanan identitas yang berperan menjaga kelangsungan hidup komunitasnya. Di samping itu, akan dijelaskan pula bagaimana Gereja Katolik menggunakan prinsip guānxì sebagai salah satu sarana/pintu masuk dalam menjalankan karya misinya yang semakin kontekstual di kalangan umatnya yang berlatar belakang etnis Tionghoa dan hidup di tengah masyarakat urban. Kasus orang Tionghoa Katolik di Toasebio menunjukkan bahwa dalam strategi pemertahanan identitasnya, nilai-nilai budaya Tionghoa digunakan sebagai sarana dan pedoman untuk meredefinisikan keberadaan komunitas etnis Tionghoa di tengah-tengah masyarakat yang terus berubah. Pemahaman nilai-nilai budaya yang dianut bersama sebagai komunitas etnis, menjadi elemen penting yang menyatukan orang-orang Tionghoa diaspora di Toasebio. Dalam konteks guānxì, memori dan kesadaran kolektif akan nilai nilai kebudayaan bersama tersebut selalu dihadirkan dan dikonstruksi dalam berbagai simbol kebudayaan yang terwujud melalui ruang/tempat tertentu (place), bahasa, aktivitas dan benda-benda yang secara representatif mencerminkan identitas dari komunitas yang ada. Seluruh strategi pemertahanan identitas yang diupayakan oleh komunitas Tionghoa diaspora di Toasebio hanya mungkin terwujud karena Gereja Katolik mau bersikap akomodatif , terbuka untuk mengadakan dialog kebudayaan serta mampu menciptakan suatu kondisi ataupun habitus yang nyaman bagi umatnya yang berlatar belakang etnis Tionghoa. Sikap Gereja tersebut juga dapat menjadi strategi pemertahanan identitas Gereja dalam mendukung misinya di tengah kehidupan masyarakat modern Metode penelitian etnografi yang digunakan dalam disertasi ini memilih aktivitas ritual makan bersama (?jùcān? ) sebagai entry point untuk mengungkapkan berbagai realitas sosial yang menjadi fokus dari kajian disertasi.
This dissertation describes about how in the midst of changing times (globalization), communities of the Chinese diaspora who are Catholics at the Toasebio Church, keep organizing the ritual tradition of eating together (jùcān) to build guānxì, a strategy of identity maintenance which is useful in maintaining the continuity of the community life. Moreover, this dissertation would also explain how the Catholic Church uses the principle of guānxì as one means or entrance for the contextual mission of the church among his people who have Chinese descent and live in urban society. The case of the Chinese Catholic Toasebio shows that in the strategy of identity maintenance, Chinese cultural values are used as means and guidelines to redefine the existence of the Chinese ethnic community in the midst of a society that continues changing. The understanding of cultural values of the group as an ethnic community, becomes an essential element that unites the Chinese diaspora in Toasebio. In the context of guānxì, memory and collective consciousness associated with cultural values of community is always presented and constructed through a variety of cultural symbols which are embodied in a specific space or place, language, activities and objects which representatively mirror the identity of the community The strategy of identity maintenance used by the community of Chinese diaspora in Toasebio is only possible because the Catholic Church is willing to be accommodative andto open a dialogue of culture and is able to create a condition or habitus that is comfortable for his people who haveChinese descent. Thus, the Church?s attitude can also be astrategy of identity maintenance of the Church in supporting its mission in the life of modernsociety. This dissertation applies ethnographic methods and chooses the ritual activity of eating together ("jùcān") as an entry point to reveal a variety of social reality which becomes the focus of this research dissertation.
Depok: Universitas Indonesia, 2016
D2172
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1988
S7412
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Peiping : The Catholic University Press
050 MS 1 (1935/36)
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>