Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Erika Marcelina Kakiay
Abstrak :
Film Shadow (2018) merupakan film bergenre wuxia yang menceritakan tentang kehidupan tokoh Jingzhou yang menjadi pengganti bagi Panglima Ziyu. Jingzhou merupakan seorang anak yang terlantar dan terpisah dari ibunya akibat berpindah tangannya kota Jing, dipelihara oleh Panglima Ziyu. Akan tetapi dengan tugasnya sebagai seorang bayang membuat Jingzhou lelah menjadi seseorang yang bukan dirinya. Dalam film Shadow (2018), Zhang Yimou berusaha untuk menunjukkan konflik yang harus dilalui Jingzhou sebagai bayangan Ziyu. Sehingga rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana kebajikan dan pergulatan batin Jingzhou dalam penokohannya sebagai Ziyu pada film Shadow (Ying) direfleksikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kebajikan dan pergulatan batin Jingzhou dalam penokohannya sebagai Ziyu direfleksikan. Selain itu, penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan intrinsik yang berfokus pada penokohan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah Jingzhou sebagai tokoh yang bergerak sebagai pengganti Panglima Ziyu mengalami konflik batin yang pada akhirnya membuat dia melakukan pemberontakan untuk menjadi dirinya sendiri. ......Shadow (2018) is a wuxia film that tells the story of the life of the character Jingzhou who became a substitute for General Ziyu. Jingzhou is a child who was abandoned and separated from his mother due to the transfer of the city of Jing, nurtured by General Ziyu. However, his duties as a shadow made Jingzhou tired of being someone else. In the film Shadow (2018), Zhang Yimou attempts to show the conflict that Jingzhou has to go through as Ziyu's shadow. So the problem formulation of this research is how Jingzhou's virtue and inner struggle in his characterisation as Ziyu in the film Shadow (Ying) are reflected. The purpose of this research is to find out how Jingzhou's virtue and inner struggle in his characterisation as Ziyu are reflected. In addition, this study uses qualitative research methods with an intrinsic approach that focuses on characterisation. The conclusion of this research is that Jingzhou as a character who moves as a substitute for General Ziyu experiences inner conflict that ultimately makes him rebel to become himself.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Gesta Bayuadhy
Yogyakarta: Laksana, 2014
181.16 GES j
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fabian Nathanael
Abstrak :
Di dalam lingkungan akademik, terdapat sebuah kecenderungan untuk menempatkan fenomena kecanduan judi sebagai sebuah fenomena klinis yang berakar dari permasalahan biokimiawi maupun psikologis ataupun sebagai sebuah permasalahan kultural yang mengikat proses judi kompulsif ke dalam ranah nilai-nilai kolektif suatu masyarakat. Artikel ini akan memberikan sebuah penjelasan alternatif terhadap kecanduan judi dengan mengacu pada pemikiran filosofis Nassim Taleb mengenai ketidakpastian, keberuntungan, dan probabilitas, khususya yang tertera di dalam Fooled by Randomness. Taleb memandang bahwa manusia memiliki kecenderungan untuk tidak memperhatikan peran dari keberuntungan dan ketidakpastian yang sesungguhnya memiliki andil besar di dalam kehidupan manusia dan bahwa kecenderungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme sesat pikir. Di dalam artikel ini, penulis melihat subjek di dalam fenomena kecanduan judi sebagai sebuah agen epistemis yang berhadapan—dan gagal—dalam menjalankan peran epistemisnya karena ketidakpahaman akan konsep-konsep abstrak seperti probabilitas dan ketidakpastian yang memiliki peran besar di dalam perjudian. Penulis juga akan memanfaatkan Epistemologi Kebajikan dalam mensistematisasi pemikiran Taleb menjadi sejumlah kebajikan intelektual yang dapat dipraktikan dalam menghadapi fenomena kecanduan judi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa fenomena kecanduan judi terjadi karena kesalahpahaman akan probabilitas yang melibatkan pemahaman yang keliru terhadap kausalitas dan konsep asimetri dalam probabilitas. Penulis kemudian menyatakan bahwa kebajikan-kebajikan intelektual seperti gaya berpikir probabilistik, kerendah-hatian, dan kewaspadaan empiris dapat berperan dalam menghadapi fenomena kecanduan judi. Terlebih lagi, penulis menyatakan bahwa kebajikan- kebajikan tersebut dapat ditanamkan melalui pendidikan.  ......In academic circles, there is a tendency to explain problem gambling as a clinical phenomenon or a cultural one. This article seeks to give an alternative explanation of problem gambling by utilizing Nassim Taleb’s thought on unceetainty, luck, and probability, especially as laid out in Fooled by Randomness. Taleb sees that humans have the tendency to overlook the role of luck and uncertainty that in actuality plays a significant role in daily life. Moreover, he argues that this overlook is a result of a number of cognitive errors. In this article, the writer sees problem gamblers as flawed epistemic agents due to their failure to realize the crucial role of uncertainty in gambling. The writer also utilizes Virtue Epistemology in systematizing Taleb’s thought into a number of intellectual virtues in facing problem gambling. This research concludes with the statement that problem gambling occurs due to a misunderstanding of probability that includes a poor conceptualization of causality and asymmetry in probability. The writer then states that intellectual virtues such as probabilistic thinking, humility, and empirical prudence can play a significant role in facing the phenomenon of problem gambling. Moreover, the writer argues the potentiality of education in instilling such virtues. 
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Safana Julia Maharani Putri
Abstrak :
Film Man In Love (2021) adalah film bergenre romansa Taiwan yang disutradari oleh Yin Chen-hao (殷振豪). Film ini mengisahkan A-Cheng, seorang penagih utang yang baik hati, bertemu dengan Hao Ting yang harus menanggung utang ayahnya. A-Cheng menawarkan pengurangan utang pada Hao Ting sebagai imbalan untuk berkencan dengannya. Meskipun awalnya digambarkan kasar dan menakutkan, A-Cheng sebenarnya adalah orang baik, dan pertemuannya dengan Hao Ting menjadi titik balik transformasi karakternya yang mendalam. Masalah penelitian ini berfokus pada bagaiman prinsip kebajikan Rén tercermin dalam karakter A-Cheng dan penggunaan Tona warna dalam film ini. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengungkapkan bagaimana prinsip kebajikan Rén tergambarkan dalam perilaku A-Cheng, meskipun terdapat stigma dan konflik dalam kehidupannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan intrinsik yang berfokus pada unsur penokohan dan warna sinematografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa A-Cheng yang merupakan penagih utang yang kasar mempunyai kualitas-kualitas Rén, dibuktikan dengan cinta kasih yang diberikan kepada orang-orang disekitarnya. Prinsip kebajikan Rén yang terdapat dalam diri ACheng dapat mengubah persepsi orang-orang disekitarnya terhadap dirinya. Hal ini membuktikan bahwa setiap individu memiliki potensi untuk berbuat kebaikan.......Man In Love (2021) is a Taiwanese romantic film directed by Yin Chen-hao (殷振豪). The story revolves around a kind-hearted debt collector named A-Cheng, who meets Hao Ting, a woman burdened with her father's debt. To alleviate her burden, A-Cheng devises a unique repayment scheme: reducing the debt in exchange for dates with him. Initially, A-Cheng is portrayed as a rough and intimidating individual due to his physical appearance, but he is actually a good person. His encounter with Hao Ting becomes a pivotal moment, leading to a profound transformation in his character. This research problem focuses on how the Confucian principle of Rén (仁) is reflected in A-Cheng's character and the use of color tones in the film. The research also aims to reveal how the principle of Rén is depicted in A-Cheng's behavior despite the stigma and conflicts in his life. The method used in this study is qualitative, employing an intrinsic approach that focuses on characterization and cinematographic color elements. The results show that A-Cheng, a seemingly rough debt collector, possesses qualities of Rén, as evidenced by the love and care he shows to those around him. The principle of Rén within A-Cheng can alter the perception of people around him, proving that every individual has the potential to do good.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Gigay Citta Acikgenc
Abstrak :
ABSTRAK
Skripsi ini membahas cara menjamin keterandalan sumber pengetahuan testimoni di era teknologi informasi dan komunikasi. Perdebatan mengenai cara menjustifikasi testimoni dilatari oleh tradisi epistemologi modern yang tercermin pada argumentasi reduksionisme dan anti-reduksionisme. Reduksionisme merujuk pada tesis bahwa jaminan keyakinan berbasis testimoni mesti dilandaskan pada sumber non-testimoni seperi persepsi inderawi dan penalaran induktif. Sedangkan, anti-reduksionisme menyatakan bahwa keterandalan pengetahuan testimonial dapat dijamin oleh testimoni itu sendiri. Thesis ini berpijak pada prinsip kebenaran yang akan dibagikan oleh pemberi maupun penerima testimonisecara alami karena niat baikyang melekat padanya. Penelitian ini menolak prinsip justifikasi yang dipakai oleh reduksionisme dan anti-reduksionisme. Sebab, prinsip justifikasi tidak menghitung keterlibatan aktif agen epistemik sebagai pemberi dan penerima testimoni serta mengabaikan risiko gullibility dan intellectual irresponsibility pada proses akuisisi dan transmisi testimoni. Berdasarkan problem tersebut, skripsi ini hendak mendemonstrasikan prinsip kebajikan intelektual sebagai upaya teoretis yang lebih baik daripada prinsip justifikasi dalam menjamin keterandalan sumber pengetahuan testimoni.
ABSTRACT
This undergraduate thesis discusses the problem of testimony rsquo s reliability in the age of infosphere. The early argumentation of the justification of testimony typically traced to two views reductionism and anti reductionism. According to reductionists, to justify testimonial knowledge acquired by the hearer from a speaker, we need to possess non testimonial source of knowledge, such as inductive reasoning or perception. In contrast to reductionism, anti reductionists argue that testimony is a basic source of justification. This research refutes the principle of justification in both reductionism and anti reductionism to answer the problem of reliability in testimony because of two reasons first, the principle of justification fails to see the active roles of a speaker and a hearer in knowledge acquisition, second, the principle of justification ignores the risk of gullibility and intellectual irresponsibility in the process of transmission of testimony. Based on the problems of principle of justification, I will demonstrate how intellectual virtues of virtue epistemology have better approach to warrant the reliability of testimony.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahmi Ratna Juwita
Abstrak :
Penelitian ini akan fokus pada hubungan antara nilai individual kebajikan dan tingkah laku menolong dimediasi oleh komitmen organisasi afektif. Sampel penelitian adalah karyawan salah satu perusahaan BUMN di jakarta (N = 84). Tingkah laku menolong diukur oleh atasan karyawan dengan mengunakan alat ukur dari Van Dyne dan Lepine (1998). Nilai individual diukur mengunakan Schwartz Value Survey (Schwartz, 1992) dan diberikan kepada karyawan untuk mengukur dirinya sendiri. Begitupula komitmen organisasi afektif mengunakan alat ukur dari Meyer, Allen, dan Smith (1993). Hasil memperlihatkan bahwa nilai kebajikan signifikan berhubungan positif dengan tingkah laku menolong (p > .05, SE = .828 CI [-.2290 to 3.066]). Selain itu mediasi komitmen organisasi afektif dalam hubungan antara nilai individual kebajikan dan tingkah laku menolong tidak ditemukan signifikan (point estimates = 0.26, 95% percentile CI = -07 to.86). Hasil penelitian memperlihatkan bahwa nilai individual kebajikan secara langsung memprediksi tingkah laku menolong lebih baik daripada melalui mediasi komitmen organisasi afektif.
This study will focus on individual value benevolence as a predictor of helping behavior mediated by affective organizational commitment. Sample are employees of BUMN company in Jakarta (N = 84). Helping behavior measured by supervisor with instrument adapted from Van Dyne and Lepine (1998). Individual values obtained from self-report measured with Schwartz Value Survey (Schwartz, 1992). Likewise affective organizational commitment obtained from self-report with instrument adapted from Meyer, Allen, dan Smith (1993). Result shows that value benevolence is found as significant positive predictors of helping behavior (p > .05, SE = .803 CI [.0859 to 3.281]). Futhermore mediating effect of affective organizational commitment in the relationship between the individual values benevolence and helping behavior was not found significant (point estimates = 0.26, 95% percentile CI = -07 to .86).The results shows that individual values benevolence predict helping behavior directly better than through the mediation of affective organizational commitment.
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T46412
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Allyssa Rachel Annabelle
Abstrak :
Film White Snake (白蛇:缘起Báishé: Yuánqǐ) adalah film animasi yang menceritakan mengenai perjalanan siluman ular putih bernama Xiao Bai dalam mencari identitasnya dengan bantuan manusia bernama Xuan. Perjalanan mereka dipenuhi dengan rintangan dan musuh-musuh yang ingin membunuh mereka, namun mereka selalu menolong satu sama lain. Waktu yang mereka habiskan bersama di perjalanan menumbuhkan rasa cinta terhadap satu sama lain, begitu pula dengan kebajikan-kebajikan dalam diri Xiao Bai. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penokohan Xiao Bai dalam menerapkan nilai kebajikan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa walaupun Xiao Bai merupakan siluman, nilai kebajikan tetap terlihat dalam dirinya yang ditunjukkan melalui tindakan dan percakapannya dengan tokoh lain. Selain itu, penemuan lainnya dalam penelitian ini adalah adanya kontradiksi pada penokohan Xiao Bai yang juga memiliki sisi gelap dalam dirinya. Dengan adanya penerapan dan kontradiksi ini menunjukkan bahwa terdapat keseimbangan di setiap makhluk hidup. Film ini juga memberikan edukasi mengenai kebajikan dalam diri sendiri yang dapat dipicu oleh pergaulan dengan orang-orang di sekitar. ......White Snake (白蛇:缘起 Báishé: Yuánqǐ) is an animated film that tells about the journey of a white snake demon named Xiao Bai in finding her identity with the help of a human named Xuan. Their journey is filled with obstacles and enemies who want to kill them, but they always help each other. The time they spent together grew their love for one another, as well as the virtues in Xiao Bai. This research aims to analyze the characterization of Xiao Bai in applying the value of virtue. The method used in this research is the qualitative method. The results show that although Xiao Bai is a demon, the value of virtue still appears in her which is shown through her actions and conversations with other characters. In addition, this research also finds there is a contradiction in the characterization of Xiao Bai who also has a dark side in her. The existence of these applications and contradictions shows that there is balance in every living being. This film also provides education about the virtues within oneself that can be triggered by association with the people around them.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rania Maharani Putri
Abstrak :
Film Send Me to The Clouds (送我上青云) adalah film drama komedi yang dirilis pada 16 Agustus 2019 di Cina. Film ini menceritakan tentang tokoh Sheng Nan yang merupakan perempuan lajang berumur 30 tahun dan belum menikah, yang harus berjuang menghadapi kanker ovariumnya. Kemudian, Sheng Nan dihadapi dengan petualangan baru yang memberikannya akan arti kehidupan. Penelitian ini akan menguraikan bagaimana perempuan modern dengan figur mandiri di Cina kini tidak lagi perlu untuk merasa bergantung kepada laki-laki. Penelitian ini bertujuan untuk membahas tentang penokohan Sheng Nan sebagai Leftover Women yang merepresentasikan karakter perempuan mandiri dalam film Send Me to The Clouds. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode kualitatif. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa Sheng Nan sebagai perempuan mandiri mampu menunjukkan sudut pandang positif dari fenomena Leftover Women di Cina. Melalui tokoh Sheng Nan dalam film ini, dapat diketahui bahwa fenomena Leftover Women merupakan bentuk nyata keberhasilan emansipasi perempuan di Cina. ......Send Me to The Clouds (送我上青云) is a comedy-drama film released on August 16, 2019 in China. This film tells a story about Sheng Nan, a single woman who is 30 years old and unmarried, and struggle with ovarian cancer. Then, Sheng Nan is faced with a new adventure that will give her the meaning in her own life. This study will describe an independent figures women in China now adays no longer dependent on men. This study also aims to discuss the characterization of Sheng Nan as a Leftover Woman who represents an independent female character in the film Send Me to The Clouds. The method used in this research is a qualitative method. The results of the study will show that Sheng Nan as an independent woman is able to show a positive perspective on the Leftover Women phenomenon in China. Through Sheng Nan's character in this film, it can be seen that the Leftover Women phenomenon is the success of women's emancipation in China.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sumarti Suprayitno
Abstrak :
Buku ini membahas mengenai teks Slokantara yaitu sebuah teks didaktik Jawa Kuna yang dianggap penting. Teks tersebut dibahas berdasarkan disertasi Sharada Rani (1957). Adapun pokok-pokok dalam Slokantara yang dibahas antara lain adalah: Dana'dana (amal), Kasatyan (Kesetiaan, Kebenaran, Kejujuran), Dharma, Darma (Kebajikan) hingga Dasa Paramartha Dasamala, dan Nawa-sanga.
Yogyakarta: Proyek Javanologi, 1983
BKL.1141-LL 152
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library