Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 37 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hayner, Priscilla B.
Jakarta: Elsam (Lembaga studi dan Advokasi Masyarakat), 2005
340.11 HAY k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jusuf Sutanto
Abstrak :
Buku ini berisi tentang kumpulan kisah kearifan kuno yang bisa menjadi pedoman dalam kehidupan masa modern.
Jakarta: Hikmah, 2004
234.12 JUS k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Chintia Asmiliasari
Abstrak :
ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang perjalanan Indiana dalam film Indiana Jones and the Last Crusade untuk menemukan cawan suci Yesus (the Holy Grail) dengan berbekal kebenaran objektifnya sebagai seorang arkeolog. Namun, penemuan the Holy Grail oleh Indiana telah memunculkan pertentangan di dalam diri Indiana untuk tetap memegang teguh ideologinya sebagai seorang arkeolog atau mempercayai keberadaan the Holy Grail lebih dari sekedar artefak arkeologi semata. Oleh sebab itu, Indiana harus mampu keluar dari objektifitasnya dan membangun subjektifitasnya. Untuk mengetahui perjalanan Indiana membangun subjektifitas dan keyakinannya melalui pencariannya terhadap the Holy Grail, tiga tahapan eksistensialisme Soren Aabye Kierkegaard merupakan teori yang tepat untuk mendeskripsikan perjalanan Indiana sekaligus sebagai bukti bahwa Indiana adalah representasi seorang individu yang eksis dan otentik.
ABSTRACT
The focus of the study is to show Indiana?s journey in Indiana Jones and the Last Crusade to discover the cup of Christ (the Holy Grail) by using his objective truth as archeologist. However, the discovery of the Holy Grail has led to Indiana?s despair whether to believe in his ideology as archeologist or to believe that the Holy Grail more than just archeological artifact. Therefore, Indiana should be able to put off his objectivity and build up his own subjectivity. To observe Indiana?s journey in building up his subjectivity and his faith through the discovery of the Holy Grail, three stages of existentialism by Soren Aabye Kierkegaard is the most appropriate theory to describe Indiana?s journey, and it also proves that Indiana represents an authentic individual for what he has been going through.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S1695
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fristian Hadinata
Abstrak :
Disertasi ini adalah penelitian untuk melihat upaya teoretis Richard Rorty untuk keluar dari perdebatan antara fondasionalisme dengan relativisme dan konsekuensinya pada bidang sosial-politik. Penelitian ini menggunakan metode refleksi kritis dan fenomenologi-hermenutika Gadamer untuk menganalisis teori kebenaran yang ditawarkan oleh Richard Rorty. Temuan penelitan ini adalah teori kebenaran tersebut didasarkan pada asumsi kuasi-realisme yang mengandung ?deflationary theory of truth?. Di sini,?deflationary theory of truth? menunjukkan manusia memahami diri ataupun dunia begitu saja dalam arus kehidupannya. Oleh karena itu, kebenaran tidak mungkin hadir terpisah dari kegiatan manusia itu sendiri ?dalam konteks ini, kegiatan berbahasa yang berciri kontingensi. Dengan ucap lain, kita tidak mungkin berbicara atau berpikir tentang kebenaran tanpa melakukan identifikasi dalam kosakata ataupun deskripsi, di mana kebenaran itu diformulasikan.
This dissertation is a study to see Richard Rorty?s theoretical efforts to escape of the debate between foundationalism and relativism, and their consequences on social-politic field. This study uses the methods of critical reflection and Gadamer?s phenomenology-hermeneutics to analyze the theory of truth offered by Richard Rorty. The finding of this study is the Richard?s Rorty theory of truth based on the assumption of quasi-realism containing deflationary theory of truth. It shows that human understanding about their self or the world just happen in flow of their life. Therefore, the truth is impossible to exist apart from human activities ?in this context, linguistic activities are characterized by contingency. In other words, we can not talk or think about the truth without identifying it in vocabulary or description, in which the truth is formulated.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2015
D2100
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sidauruk, Agi Rico
Abstrak :
Tesis ini akan membahas teori Plato tentang konsep negara yang adil. Konsep Plato tidak terlepas dari pengaruh gagasan keadilan pada masa itu seperti Homer, Hesiod, dan Solon serta dari konteks sejarah dan latar belakang kehidupan masa lalunya. Apa yang ingin Anda tunjukkan dalam tesis ini adalah bagaimana konsep keadilan Platon menanggapi penolakan gagasan pada saat itu. Lalu, akhirnya, bagaimana pengaruh konsep keadilan Plato terhadap sejarah filsafat barat. ......This thesis will discuss Platos theory of the concept of a just state. Platos concept is inseparable from the influence of ideas of justice at that time such as Homer, Hesiod, and Solon as well as from the historical context and the background of his past life. What you want to show in this thesis is how Plato's concept of justice responded to the rejection of ideas at the time. Then, finally, how the influence of Plato's concept of justice on the history of western philosophy.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lukas Luwarso
Tangerang: Banana, 2021
501 LUK s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Washington, D.C.: Council for Research in Values and Philosophy, 2008
121 TRU
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Khayrurrijal
Abstrak :
Penekanan bahwa keraguan memiliki kegunaan dalam mencapai kebenaran seolah menetapkan bahwa keraguan merupakan sebuah jalan yang sah untuk mencapai kebenaran. Namun, hal tersebut tidak demikian adanya. Al-Attas melancarkan kritik yang serius terhadap hal tersebut dari sudut epistemologi Islam. Ia mengungkapkan dalam Prolegomena to The Metaphysics of Islam, bahwa tidak ada bukti kuat bahwa keraguanlah yang mengantarkan seseorang kepada kebenaran dan bukan sesuatu yang lain. Kritik tersebut memiliki nilai yang serius jika lebih lanjut ditelusuri. Kuiditas keraguan dan kebenaran serta hubungan yang ada di antara keduanya menunjukkan sesuatu yang tidak kausalitatif. Keraguan nyatanya dapat melampaui kepada kondisi lain selain kebenaran dan hal itu berarti bukan kebenaran.
The Emphasizing on the thought that doubt has usefulness in achieving the truth as if affirms that doubt is a correct path to arrive to the truth; nevertheless, in fact it is different. Al-Attas made a serious critic on the thesis through the Islamic epistemology. In his book Prolegomena to the Metaphysics of Islam, Al-Attas said that there is no valid evidence if there is nothing else but the doubt that leads someone to arrive to the truth. These critics have significant values if we elaborate them further. The relationship between the doubt and the truth show something that is not causal. The doubt, in fact, can exceed to other condition in spite of the truth, and it means not the truth.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S16197
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fio P Hasyim
Abstrak :
Konflik antara ilmu pengetahuan dan agama, berawal dari pencarian manusia akan kebenaran. Pemikiran manusia dalam mencari kebenaran diawali oleh bangsa Yunani dalam mitos mengenai alam semesta sebagai awal dari kegiatan berpikir secara filosofis. Kemudian, seiring dengan perkembangan pemikiran, terjadi pergeseran objek pemikiran tentang kebenaran, dari alam semesta menuju ke manusia itu sendiri sebagai ukuran kebenaran. Selanjutnya, manusia mulai berpikir, bahwa ada substansi lain yang melampaui dirinya dan alam semesta (rasionalisme). Pada tahapan ini, agama tradisional mulai berkembang, dan mempertanyakan tentang keberadaan Tuhan. Agama lalu menyingkirkan filsafat dengan kebenaran dogmatis-absolutnya, meng-klaim bahwa dirinya merupakan jalan keselamatan bagi manusia didukung dengan kepercayan akan wahyu. Pada periode yang berlangsung relatif lama, agama telah menjelma menjadi lembaga otoritatif dan sumber legitimasi bagi tindakan kekerasan terhadap mereka yang berada di luar agama. Tesis ini bertujuan untuk memahami landasan yang mendasar tentang kepercayaan terhadap agama secara filosofis, terkait dengan klaim terhadap kegagalan agama dalam kehidupan manusia yang pada akhirnya membuka jalan bagi ilmu pengetahuan untuk menggantikan fungsi atau peran agama bagi kehidupan. Fenomena konflik dan kekerasan antar umat beragama yang berbeda telah mengecewakan dan meruntuhkan harapan manusia terhadap fungsi agama dalam kemanusiaan. Manusia berpaling dari kebenaran agama kepada kebenaran ilmu pengetahuan yang objektif dan universal (empirisme). Ilmu pengetahuan berhasil membantu membangun peradaban manusia dengan dahsyat, melalui teknologi canggih. Namun, pada akhirnya, teknologi tidak memuaskan kebutuhan manusia akan kebenaran, melainkan membuat manusia terasing dalam lingkungannya sendiri. Filsafat pragmatisme kemudian hadir untuk menengahi konflik kebenaran antara rasionalisme dan empirisme yang telah berlangsung sepanjang peradaban manusia itu sendiri. Menurut pragmatisme, William James, konsep kebenaran terletak pada manfaat dari gagasan apapun, baik rasional maupun empiris, sejauh memberikan kegunaan praktis yang mendorong manusia melakukan tindakan positif dalam menciptakan kehidupan yang teratur dan damai. Pragmatisme, dengan metode empirisme radikalnya, membuka seluas-luasnya realitas yang dapat membuktikan kebenaran dari sebuah gagasan, yaitu dalam pengalaman individu. Pengalaman dalam metode empirisme radikal, meliputi pengalaman inderawi dan perasaan, serta kecenderungan non-inderawi, sebagai upaya melepaskan diri dari konflik pemahaman kebenaran yang dikotomis.
Conflict between science and religion originated from the human, search for the truth. Human thought in the search for truth begins by Greeks in the myth about the beginning of the universe as philosophically thinking activities. Then, along with the development of thought, there was a shift objects of thought about the truth of the universe toward the man himself as the measure of truth. Subsequently, humans began to think that the other substances that exceed himself and the universe (rationalism). At this stage, traditional religion began to flourish questioned about the existence of God. Religion removes philosophy with its absolutes dogmatic of truth, claiming that he is the way of salvation for mankind is supported by the belief in revelation. In the period that lasted a relativity long time, religion has been transformed into an authoritative institution and source of legitimacy for acts of violence against those who are outside of religion. This thesis aims to understand the fundamental basis of religious belief is philosophically related to claims against the failure of religion in human life which eventually paved the way for science to replace the function or role of religion in our lives. The phenomenon of conflict and violence between different religious communities have been disappointing and undermined human expectations about the functions of rand religion in humanity. Humans turned away from religious truth to the truth of science as objective and universal (empiricism). Science has helped build human civilization with the sweeping, trough advanced technology. However, in the end, the technology does not satisfy the human need for truth, but makes a man isolated in his own environment. Pragmatism philosophy then present to accompany the conflict between rationalism and empiricism truth which has lasted throughout human civilization itself. According Pragmatism of William James, the concept of truth lies in the benefit of any idea either rational or empirical as far as providing a practical usability that encourages people to positive action in creating an orderly and peaceful life. Pragmatism by the radical empiricism method, the widest opening of reality that can prove the truth of an idea, namely the individual?s experience. Experience in the method of radical empiricism, including sensory experience and feeling, and non-sensory tendencies, as an effort to break away from understanding the dichotomous conflict.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2010
T27902
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>