Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Palupi, Lucky
Abstrak :
ABSTRAK
Autisme kini telah menjadi bahan pembicaraan sehari-hari dan tidak asing lagi bagi masyarakat. Tidak sedikit anak-anak yang telah didiagnosa menyandang autis maupun gangguan lain dalam spektrum autis. Anak-anak autis memiliki gangguan pada aspek interaksi sosial, komunikasi, dan imajinasi. Gangguan ini menyebabkan mereka tidak dapat berkembang dan bersosialisasi layaknya anak normal. Salah satu kegiatan yang terhambat akibat gangguan ini adalah bermain. Bermain adalah dunia anak-anak. Dari bermain, mereka mendapatkan kesenangan dan kesempatan untuk mengekspresikan diri mereka. Anaka autis mengalami hambatan bermain karena fungsi psikologis yang berbeda, Kegiatan bermain mereka bersifat soliter, mekanik, dan kurang imajinasi. Gangguan bermain dapat menghambat perkembangan aspek lain seperti fisik dan kognitif. Karena itulah pengajaran bermain menjadi penting. Ibu sebagai pengasuh utama dan orang yang paling dekat dengan anak memiliki peranan besar dalam kegiatan ini. Ibu dapat menjadi teman, pembimbing, maupun pengawas kegiatan bermain anak. Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran mengenai peran ibu dalam kegiatan bermain dengan anak autis menggunakan pendekatan Floor Time di Indonesia, khususnya Jakarta. Floor Time adalah metode penanganan autisme yang seluruhnya menggunakan kegiatan bermain. Metode ini bertujuan selain memperbaiki kemampuan interaksi, komunikasi, dan imajinasi anak, juga untuk mengembangkan kegiatan bermain anak autis yang tidak adaptif. Penelitian dilakukan menggunakan metode kualitatif dengan subyek tiga orang ibu rumah tangga yang memiliki anak autis pra sekolah sebagai subyek. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam dan observasi kegiatan bermain antara ibu dan anak. Dari hasil penelitian didapat gambaran mengenai peran ibu dalam kegiatan bermain menggunakan metode Floor Time, langkah-langkah Floor Time yang digunakan, dan persepsi ibu mengenai manfaat Floor Time bagi anak autisnya. Saran yang dapat diberikan dari penelitian adalah supaya dilakukan langkah intervensi untuk menyadarkan orang tua pentingnya bermain dan juga pelatihan mengenai metode pengajaran bermain untuk anak autis.
2004
S3338
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan model program kegiatan bermain berbasis kecerdasan jamak bagi anak usia dini di kelompok bermain beserta desain pembelajarannya....
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Chairina HS
Abstrak :
Salah satu fungsi dari bermain adalah dapat meningkatkan kemampuan bahasa dan komunikasi anak (Papalia & Olds, 1993). Untuk dapat bermain dengan baik bersama orang lain, anak harus bisa mengerti dan dimengerti oleh temantemannya. Hal ini mendorong anak untuk belajar bagaimana berkomunikasi dengan baik, bagaimana membentuk hubungan sosial, bagaimana menghadapi dan memecahkan masalah-masalah yang timbul dalam hubungan tersebut. Untuk mempelajari itu semua sulit dilakukan oleh anak tunarungu. Hal ini disebabkan karena ketidakmampuannya dalam berkomunikasi.

Ketidakmampuannya untuk berkomunikasi berdampak luas dari segi kemampuan bahasa, membaca, menulis maupun penyesuaian sosial serta prestasi sekolahnya. Tetapi sekarang banyak anak-anak dengan gangguan pendengaran atau tuli dapat diidentifikasi pada usia kanak-kanak awal. Mereka sering dibantu melalui operasi atau penggunaan alat bantu dengar. Mereka belajar- untuk berkomunikasi dengan keluarga dan teman-teman mereka dengan menggunakan bicara, membaca ujaran, bahasa isyarat atau teknik-teknik lainnnva. Banyak dari orang-orang yang menderita gangguan pendengaran atau tuli dapat mencapai tingkat pendidikan yang lebih tinggi, mampu memasuki bidang-bidang professional dan dapat mencapai keberhasilan individual/personal.

Jalur pendidikan formal (sekolah) merupakan satu upaya yang banyak dilakukan untuk membantu anak-anak tunarungu (Mangunsong dkk. 1998). Untuk anak-anak tunarungu yang berada di Taman Latihan Santi Rama, kegiatan belajar sehari-harinya adalah belajar berkomunikasi khususnya belajar berbicara. Tetapi dalam proses belajar berkomunikasi itu tidak terlepas dari kegiatan bermain. Kegiatan bermain merupakan bagian penting dalam program pendidikan prasekolah. Dalam kegiatan bermain dimasukkan juga dengan kegiatan belajar berkomunikasi di kelas melalui latihan mendengar dan penggunaan metode oralisin.

Dengan memperhatikan kekhususan pada tingkat perkembangan usia prasekolah dan kegiatan bermain anak tunarungu, dalam penelitian ini ingin diperoleh gambaran bermain pada anak tunarungu dilihat dari materi bermain, bimbingan yang diperoleh, dan peran orang tua, guru, saudara, dan teman yang sangat membantu pada perkembangan komunikasi anak tunarungu.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
S3001
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library