Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alda Zerlina Amelia
"

Vitamin D memiliki peran dalam implantasi plasenta dan meningkatkan sensitivitas insulin di sel target.  Pada plasenta, VDR ditemukan di vili trofoblas, desidua, otot polos sel pembuluh darah plasenta, dan nukleus sel stroma vili plasenta. Melalui peningkatan sensitivitas insulin, vitamin D dapat memengaruhi kadar glukosa di jaringan plasenta. Insulin akan menstimulasi GLUT4 pada plasenta untuk pengambilan glukosa ke dalam sel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kadar vitamin D dan kadar glukosa dalam jaringan plasenta. Penelitian ini merupakan studi awal dengan desain potong lintang dengan sampel berupa 10 jaringan plasenta kehamilan normal. Setiap sampel diukur kadar vitamin D dan kadar glukosanya lalu dilakukan uji korelasi. Kadar vitamin D diukur dengan metode ELISA sedangkan kadar glukosa diukur dengan metode spektofotometri. Uji korelasi dilakukan dengan uji Pearson menggunakan SPSS versi 20. Hasil uji korelasi kadar vitamin D dan kadar glukosa menunjukkan kecenderungan korelasi positif lemah menuju sedang dengan korelasi Pearson r=0,397. Namun, hasil uji memberikan p=0,128 sehingga secara statistika tidak bermakna. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya dengan besar sampel minimal, yaitu 48 sampel. 


Vitamin D has a role in placental implantation and increases insulin sensitivity in target cells. In the placenta, VDR is found in trophoblast villi, decidua, smooth muscle cells of the placental vessels, and nuclei of placental villous stromal cells. Through increased insulin sensitivity, vitamin D can affect glucose levels in placental tissue. Insulin stimulates GLUT4 on the placenta for glucose intake. This study aimed to determine the relationship of vitamin D levels and glucose levels in placental tissue. This study was a preliminary study with a cross-sectional design with a sample of 10 normal pregnancy placental tissues. Vitamin D levels were measured by the ELISA method while glucose levels were measured by spectrophotometric methods. Then performed a correlation test. Correlation test was carried out by Pearson test using SPSS version 20. The results of the correlation test of vitamin D levels and glucose levels showed a weak-to-moderate positive correlation with Pearson correlation r=0.397. However, the test results give p=0.128 that means statistically it’s not significant. The results of this study can be used as a reference for further research with a minimum sample size, which is 48 samples. 

"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Visabella Rizky Triatmono
"Pendahuluan: Laktat Dehidrogenase (LDH) merupakan sebuah enzim yang terdapat pada
glikolisis anaerob yang berfungsi untuk mengubah piruvat menjadi laktat. Dalam hal
kehamilan, terdapat kondisi anaerob pada jaringan plasenta dimana glukosa dirubah
menjadi laktat. Namun, data mengenai aktivitas spesifik LDH pada jaringan plasenta
kehamilan normal serta terkait dengan karakteristik maternal masih kurang memadai.
Untuk menambah data, penelitian ini bertujuan untuk mengukur aktivitas spesifik LDH
pada plasenta normal.
Metode: Jaringan plasenta diperoleh dari wanita dengan kehamilan normal dan cukup
bulan. Pengukuran aktivitas spesifik LDH dilakukan dengan menggunakan
spectrophotometer. Formula untuk pengukuran beserta reagen diperoleh dari
Elabscienceâ Lactate Dehydrogenase (LDH) assay kit. Analisis statistik dilakukan
dengan menggunakan IBM SPSS versi 20.
Hasil: Hasil menunjukkan bahwa nilai median (min – max) dari aktivitas spesifik LDH
adalah 0,31 (0,06 – 1,19) U/mgprot. Berdasarkan karakteristik subjek, wanita < 35 tahun
menunjukkan aktivitas spesifik LDH yang lebih tinggi dibandingkan wanita ≥ 35 tahun,
dengan nilai 0,38 (0,06 – 1,19) U/mgprot dan 0,17 (0,1 – 0,4) U/mgprot, secara berurutan.
Berdasarkan usia gestasional, aktivitas spesifik LDH tertinggi terdapat pada early term
pregnancy pada 0,46 (0,17 – 1,19) U/mgprot, dengan nilai terendah pada late term
pregnancy pada 0,25 (0,16 – 0,46) U/mgprot. Riwayat graviditas menunjukan bahwa
wanita primigravida menunjukan aktivitas spesifik LDH yang lebih tinggi dibanding
dengan wanita multigravida, dengan nilai 0,35 (0,06 – 1,19) U/mgprot dan 0,30 (0,09 -
0,99) U/mgprot, secara berurutan. Bayi dengan berat <3 kg menunjukan nilai yang lebih
tinggi yaitu pada 0,51 (0,06 – 0,99) U/mgprot. Sebaliknya, bayi dengan berat > 3,5 kg
menunjukan nilai yang lebih rendah yaitu 0,27 (0,06 – 0,51) U/mgprot.
Kesimpulan: Secara singkat, penelitian ini menemukan bahwa nilai median (min – max)
dari aktivitas spesifik LDH adalah 0,31 (0,06 – 1,19) U/mgprot. Perolehan nilai aktivitas
spesifik LDH yang lebih tinggi ditemukan pada wanita < 35 tahun, early term pregnancy,
wanita primigravida, dan bayi dengan berat <3 kg saat lahir.

Introduction: Lactate Dehydrogenase (LDH) is an enzyme that is usually present under
anaerobic glycolysis, which functions to convert pyruvate into lactate. In correlation to
pregnancy, there is an anaerobic state on placental tissue in which glucose is metabolized
into lactate. However, data regarding specific activity of LDH in placental tissue from
normal pregnancy as well as according to maternal characteristic is lacking. To provide
more data, this research aims to study the specific activity of LDH on normal placenta.
Methods: Placenta tissue were taken from women who undergone normal term
pregnancy. Measurement of LDH specific activity was done using spectrophotometer.
The formula and reagents were obtained from Elabscienceâ Lactate Dehydrogenase
(LDH) assay kit. Statistical analysis was done through IBM SPSS version 20.
Results: Result shows that the median (min – max) value of LDH specific activity is 0,31
(0,06 – 1,19) U/mgprot. Based on subject characteristic, women who aged < 35 years old
have higher specific activity of LDH compared to ≥ 35 years old mother, the values are
0,38 (0,06 – 1,19) U/mgprot and 0,17 (0,1 – 0,4) U/mgprot, respectively. According to
gestational age, highest LDH specific activity is shown on early term pregnancy at 0,46
(0,17 – 1,19) U/mgprot, with the lowest on late term pregnancy at 0,25 (0,16 – 0,46)
U/mgprot. History of gravidity result shows, primigravida women shows higher LDH
specific activity compared to multigravida, the values are 0,35 (0,06 – 1,19) U/mgprot
and 0,30 (0,09 – 0,99) U/mgprot, respectively. Newborn weigh <3 kg has highest value
on 0,51 (0,06 – 0,99) U/mgprot. In contrary, those born with > 3,5 kg shows lowest value
on 0,27 (0,06 – 0,51) U/mgprot.
Conclusion: In summary, our study found that the median (min – max) value of LDH
specific activity is 0,31 (0,06 – 1,19) U/mgprot. With higher value of LDH specific
activity observed on < 35 years old mother, early term pregnancy, primigravida women,
and <3 kg newborn.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ilonka Amaia
"Latar Belakang: Terlepas dari kemajuan perawatan perinatal, preeklampsia masih menjadi penyebab utama mortalitas dan morbiditas ibu dan janin di dunia. Namun, etiologi utama dan patofisiologi preeklampsia tetap diperdebatkan. Asosiasi antara preeklampsia dengan stres oksidatif tidak diragukan lagi. Hal ini telah dibuktikan dengan banyaknya publikasi yang mengukur biomarker ROS dan enzim antioksidan yang ditemukan pada plasenta dan sirkulasi darah ibu. Studi tersebut menunjukkan bukti biologis produksi berlebihan spesies oksigen reaktif sebagai konsekuensi kapasitas pertahanan antioksidan radikal bebas yang tidak memadai. Katalase adalah salah satu enzim antioksidan yang bekerja secara efisien untuk melawan spesies oksigen reaktif.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah terdapat perbedaan yang signifikan dari tingkat aktivitas enzim katalase pada jaringan plasenta manusia pada kehamilan normal, Early Preeclampsia and Late Preeclampsia.
Metode : Rancangan penelitian ini adalah penelitian cross sectional-observational untuk mengetahui tingkat rata-rata aktivitas spesifik enzim katalase yang berperan sebagai antioksidan pada plasenta baik pada kehamilan normal maupun preeklampsia. Aktivitas katalase spesifik diukur dengan menggunakan metode spektrofotometri dan kemudian dibagi dengan tingkat protein. Kegiatan kemudian dianalisis dengan menggunakan uji Kruskal-Wallis untuk menguji normalitas. Selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan uji post hoc (Mann-Whitney).
Hasil : Secara statistic, ditemuka perbedaan yang signifikan antara aktivitas spesifik enzim katalase pada jaringan plasenta late-preeclampsia dibandingkan dengan kehamilan normal. Pola ini tidak terdeteksi dalam plasenta kehamilan normal ketika dibandingkan dengan early preeclampsia, atau pada preeklamsia dini dibandingkan preeklamsia akhir.
Diskusi : Ada korelasi antara stres oksidatif dan penurunan aktivitas spesifik katalase pada preeklampsia dibandingkan dengan jaringan plasenta kehamilan normal. Penurunan aktivitas spesifik enzim katalase pada kelompok preeklamsia mungkin disebabkan oleh perubahan protein akibat stres oksidatif. Oleh karena itu, enzim katalase tidak dapat bekerja dengan baik.
Kesimpulan : Ketidakseimbangan antara stres oksidatif dan aktivitas katalase, dimana ini dibuktikan oleh penurunan aktivitas spesifik katalase pada preeklampsia dibandingkan dengan jaringan plasenta kehamilan normal mungkin merupakan faktor kunci terjadinya preeklamsia.

Background : Despite the advance progress of perinatal care, preeclampsia still remains as a major cause of maternal and perinatal mortality and morbidity in the world. However, the main etiology and pathophysiology of preeclampsia remains debatable. The association of preeclampsia with oxidative stress is established beyond doubt. This has been proven by many publications which measure the biomarkers of ROS and antioxidant enzymes found in the placenta and maternal blood circulation. The study showing biological evidence of excessive production of reactive oxygen species as a consequence of inadequate capacity of antioxidant defense mechanism. Catalase is one of antioxidant enzymes which work efficiently combating reactive oxygen species.
Purpose : This present study is aimed to examine whether there is significant difference of the specific catalase activity in the human placental tissue of normal pregnancy, early preeclampsia and late preeclampsia.
Methods : The design of this research is cross sectional-observational study to determine the average level of specific activity of catalase enzyme which act as antioxidant in the placenta of both normal pregnancy and preeclampsia. The specific activity of catalase was measured by using spectrophotometry method and then divided with protein level. The activity then analyzed by using Kruskal-Wallis test to examine the normality. Furthermore, the data was analyzed by using post hoc (Mann-Whitney) test.
Results : The specific activity of catalase enzyme was found to be statistically significant difference between the placental tissue of late preeclampsia compared to normal pregnancy. This pattern was not detected in catalase specific activity of normal pregnancy versus early preeclampsia, nor in early preeclampsia versus late preeclampsia.
Discussion : There is correlation between oxidative stress and decreased specific activity of catalase in the preeclampsia compared to the normal pregnancy placental tissue. The decreased specific activity of catalase enzyme in preeclampsia groups may due to protein alteration by oxidative stress. Hence, the catalase enzyme cannot work properly.
Conclusion : Imbalanced between oxidative stress and catalase specific activity which has proven by the decreased in the preeclampsia compared to the normal pregnancy placental tissue may be the key factor in the occurrence of preeclampsia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panjaitan, Bintang
"Tujuan penelitian cross sectional comparative ini adalah diketahuinya perbandingan antara kadar magnesium serum pada preeklampsia dan kehamilan normal. Pengumpulan data dilakukan di Poliklinik Obstetri dan Ginekologi dan Ruang Bersalin Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tarakan pada bulan Oktober sampai November 2013. Sebanyak 46 orang ibu hamil yang terdiri dari 23 orang dengan preeklampsia dan 23 orang dengan kehamilan normal yang memenuhi kriteria inklusi menyatakan kesediaannya mengikuti penelitian ini. Data diperoleh dari wawancara, pengukuran tekanan darah dan lingkar lengan atas, evaluasi asupan magnesium dengan metode FFQ semikuantitatif dan pemeriksaan kadar magnesium serum. Analisa statistik menggunakan uji t-test dan Mann Whitney. Uji karakteristik usia, usia kehamilan, paritas, pendidikan dan status gizi kedua kelompok homogen. Tidak ditemukan perbedaan rerata kadar magnesium serum pada preeklampsia (1,98 0,26 mg/dL) dengan kehamilan normal (1,89 0,21 mg/dL). Rerata asupan magnesium pada preeklampsia lebih rendah 233,6 (190,1;319,3) mg dibandingkan dengan kehamilan normal 380,1 (229,8;444,2) mg dengan p=0,024.
Kesimpulan: tidak didapatkan perbedaan yang bermakna antara kadar magnesium serum pada preeklampsia dengan kehamilan normal sementara asupan magnesium pada preeklampsia lebih rendah bermakna dibandingkan dengan kehamilan normal.

The aim of this cross sectional comparative study was to analyze serum level of magnesium in preeclamptic pregnancies and to compare them with those in normal pregnancies. The data was collected at RSUD Tarakan on October 2013. Out of 23 women with preeclampsia and 23 women with normal pregnancies that meet our inclusion criteria given their consents to join the study. Data collated including interviews, blood pressure and mid upper arm circumference (MUAC) measurement and intake of magnesium by semiquantitative FFQ method. Statistical analysis performed by t-test and Mann Whitney. The result of the characteristic test in two groups of study shows that both groups are homogenic. There was no different between magnesium serum level in women with preeclampsia (1.98±0.26 mg/dL) and normal pregnancy (1.89±0.21 mg/dL) While the mean daily intake of magnesium is significantly lower in preeclampsia 233.6 (190.1;319.3) mg than in normal pregnancy 380.1 (229.8;444.2) mg.
Conclusion: there was no significant different between serum magnesium level in women with preeclampsia dan normal pregnancy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Widyastuti
"ABSTRAK
Prevalensi preeklampsia di Indonesia terus meningkat sehingga menyebabkan tingginya angka kematian ibu dan janin. Penyebab dari preeklampsia masih belum dapat diketahui, defisiensi vitamin A kemungkinan dapat meningkatkan risiko terjadinya preeklampsia ibu hamil. Data mengenai status dari vitamin A pada kehamilan masih sangat terbatas. Penelitian ini untuk membandingkan retinol serum antara perempuan hamil normal dengan preeklampsia pada usia ≥18 tahun, usia kehamilan diatas 20 minggu. Penelitian ini merupakan studi potong lintang, yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan, Jakarta Pusat pada bulan Mei – Oktober 2014. Subyek penelitian didapatkan melalui consecutive sampling, sebanyak 96 orang yang sesuai kriteria penelitian ditetapkan sebagai subyek penelitian. Diagnosis ditegakan oleh dokter spesialis kebidanan. Interview data asupan retinol dilakukan menggunakan metode FFQ semiquantitative.
Pada penelitian ini didapatkan subjek diatas usia 35 tahun dan hamil diatas 28 minggu, cenderung lebih banyak pada dengan kelompok preeklampsia. Terdapat perbedaan bermakna asupan retinol antara subjek hamil normal dengan preeklampsia. Kadar retinol serum antara subjek hamil normal dengan kehamilan preeklampsia tidak didapatkan perbedaan yang bermakna.
Kesimpulan : Tidak ada perbedaan yang bermakna kadar retinol serum antara hamil normal dan preeklampsia.

ABSTRACT
The prevalence of preeclampsia in Indonesia still high, caused high mortality rates in women and fetus. Vitamin A deficiency or retinol during pregnancy may increase the risk of preeclampsia. Data on retinol serum of pregnant women and pregnant women with preeclampsia in Indonesia is still limited. The aim of this study was to compare retinol serum betwen normal pregnancy and pregnancy with preeclampsia.
The method used in this study was cross sectional, held in Tarakan Hospital, Central Jakarta during Mei to October 2014. The subject was obtained by concecutive sampling and 96 subjects who meet study criteria were enrolled in this study. Diagnosis of preeclampsia was determined by an attending gynecologist and interview on demographic chatacteristics and obstetric history was performed. Nutritional status and dietary intake of retinol were assessed using FFQ semiquantitative and MUAC measurement, respectively. Non-fasting serum retinol concentration was determined by HPLC method.
Result : More older subject and gestational age above 28 weeks were observed among pregnancy with preeclampsia. There was a significant difference of retinol intake, but no significant difference in serum retinol concentration between subjects with preeclampsia as compared to normal pregnancy.
Conclusion :. There is no significant difference of retinol serum levels betwen subject with preeclampsia and normal pregnancy."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jessy Hardjo
"Untuk mencapai kehamilan sehat dibutuhkan interaksi dalam kandungan yang baik antara ibu hamil dengan janin. Apabila terjadi gangguan, maka masalah pada kehamilan yang bersifat fatal seperti preeklamsia dapat terjadi. Banyak studi telah menunjukkan adanya korelasi yang tinggi antara rusaknya proses aktivasi invasi trofoblas dan masalah pada maternal vascular endothelium. Peranan penting sebuah faktor transkripsi bernama Hif-1⍺ penting untuk regulasi oksigen khususnya dalam kondisi hipoksia, dan dipercaya juga berperan penting pada terjadinya preeklamsia di kehamilan. Pada studi ini, 20 sampel jaringan plasenta terdiri dari 10 sampel dari kehamilan preeklamsi dan 10 sampel dari kehamilan normal dianalisis menggunakan ELISA untuk melihat peranan protein HIF-1⍺ dan diinterpretasikan untuk menunjukkan hipoksia pada kehamilan preeklamsi. Hasil dalam studi ini menemukan bahwa tidak ada hasil yang signifikan ketika dianalisa secara statistic (p>0,05), namun ada kecenderungan bahwa kadar HIF-1⍺ lebih tinggi dibanding kadar HIF-1⍺ yang ditemukan dalam plasenta kehamilan normal.

Healthy pregnancy requires successful appropriate interaction established between mother and the fetus. When this fails to occur, problems in pregnancy such as a life- threatening disorder called preeclampsia may occur. Many studies have shown high correlation between the development of preeclampsia with faulty trophoblast invasion and spiral artery remodelling at early weeks of gestation, that consequently led to placental ischemia. Hypoxia-inducible factor-1a (HIF-1⍺), an essential transcription factor for oxygen regulation induced in hypoxic environment, is believed to be important in the course of this disease. However, the exact mechanism of the pathogenesis of preeclampsia is still elusive. In this study, 20 tissue samples composed of 10 preeclamptic placenta and 10 normal pregnancy placenta were examined using ELISA Kit, with the aim to assess the HIF-1⍺ protein level and determine whether it could be used to demonstrate presence of persistent hypoxia in preeclampsia. The results demonstrated that there is no statistically significant difference between the HIF-1⍺ level in preeclamptic and normal placenta (p>0.05), but there is an evident tendency of the level in preeclampsia placenta to be elevated."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library