Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 33 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Moch. Anwar Djunaedi
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2008
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
S7228
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lathifah Hanum
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran psychological well-being keluarga miskin di Kampung Pajeleran Gunung, Cibinong, dan faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi psychological well-being mereka. Psychological wellbeing merupakan kondisi dimana seseorang mampu menerima dirinya apa adanya, membangun hubungan positif dengan orang lain, mandiri, mengatur lingkungannya, memiliki tujuan yang ingin dicapai dalam hidup, dan mengembangkan potensi yang dimiliki. Sementara keluarga miskin adalah orangorang yang terhubung melalui darah, pernikahan, atau adopsi dan tinggal bersama yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan di bawah garis kemiskinan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tiga orang keluarga (ayah, ibu, dan anak di tahap remaja akhir) dengan jumlah pengeluaran perorang perbulan kurang dari Rp 175.179,00 serta tinggal di Kampung Pajeleran Gunung, Cibinong. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi psychological well-being ketiga keluarga miskin memiliki keunikan, dimana hal ini sangat dipengaruhi oleh penghayatan individu terhadap status sosial ekonomi dan pendidikannya, nilai-nilai agama yang diterapkan, dan interaksi yang terbentuk di dalam keluarga. Tentunya hal ini menimbulkan perbedaan dinamika psychological well-being pada ketiga keluarga, dimana salah satu keluarga memiliki kondisi psychological well-being yang lebih baik dibandingkan dua keluarga lainnya.
......
The study aimed to see the picture of psychological well-being of poor families in Kampung Pajeleran Gunung, Cibinong, and the factors that affect their psychological well-being. Psychological well-being is a condition where a person was able to accept him as it is, bulid positive relationships with others, independet, arranging the environment, has goals in life, and developing potential. While the poor are the people who are connected through blood, marriage, or adoption and living together who have an average monthly per capita expenditure below the poverty line. This stude uses a qualitative approach with three familiy (father, mother, and child in the late adolescent stage) with a total expenditure per person per month less than Rp 175.179,00 as well live in Kampung Pajeleran Gunung, Cibinong. The results showed that psychological well-being condition of the three poor families are unique, where this is strongly influenced by the appreciation of individual socioeconomic status and education, religious values are applied, and the interactions formed within the family. Obviously this causes differences in the dynamics of psychological well-being in all three families, where one family has a condition of psychological well-being better than the two other familiies."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2010
S3663
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Chairunnisya Prasevie
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara parentification dengan empati pada remaja dari keluarga miskin. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Parentification diukur dengan menggunakan Parentification Inventory (PI) yang disusun oleh Hooper (2009) yang telah diterjemahkan dan diadaptasi ke dalam konteks Indonesia. Empati diukur dengan menggunakan Interpersonal Reactivity Index (IRI) yang disusun oleh Davis (1980) yang telah diterjemahkan dan diadaptasi ke dalam konteks Indonesia. Partisipan penelitian ini berjumlah 210 remaja berusia 11-20 tahun yang berasal dari keluarga miskin. Hasil utama penelitian ini didapatkan bahwa parentification berkorelasi secara positif dan signifikan dengan empati, r = 0.171 dengan p < 0.05 (2-tailed). Hasil ini menyatakan bahwa semakin tinggi parentification yang dialami remaja miskin, maka semakin tinggi pula empatinya.

This research was conducted to find the correlation between parentification and empathy in adolescents from poor family. This study used the quantitative approach. Parentification was measured using a Parentification Inventory (PI) which is compiled by Hooper (2009) which has been adapted to the Indonesian context. Empathy was measured using Interpersonnal Reactivity Index (IRI) were compiled by Davis (1980) which has been adapted to the Indonesian context. These participants of this research are 210 adolescents (11-20 years old) from poor family. The main result of this study showed that parentification significantly and positively correlated with empathy, r = 0.171, p < 0.05 (2-tailed). The result of this study stated that the higher level of parentification of one?s own, the higher his/her levels of empathy."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S59282
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dara Aisyah
"Kemiskinan masih menjadi masalah utama dalam proses pembangunan. Bagi
menangani masalah ini, berbagai-bagai rancangan pembangunan telah dijalankan namun
pada keseluruhannya, rancangan berkenaan didapati kurang berjaya dan kurang
berkesan (Malik et al., 1996). Oleh itu, pihak kerajaan telah melancarkan pelbagai
program untuk membangunkan pelbagai sektor bagi meningkatkan taraf sosioekonomi
komuniti yang bertujuan untuk memberi peningkatan pendapatan dalam menghapuskan
kadar kemiskinan tegar. Kajian ini berusaha melihat masalah kemiskinan dalam
kalangan keluarga miskin dan miskin tegar, kajian kes di Teluk Ketapang, Kuala
Terengganu. Kajian ini bertujuan untuk mengenal pasti keperluan keluarga miskin dan
miskin tegar untuk penentuan bantuan program pembangunan keluarga. Seramai 68
orang dipilih untuk ditemu bual di Teluk Ketapang, Kuala Terengganu. Kajian ini
merupakan kajian deskriptif dengan menggunakan soal selidik sebagai instrumen kajian.
Responden kajian ini diambil secara rawak di sekitar kawasan Teluk Ketapang. Data
dianalisis dengan menggunakan perisian ”Statistical Packages for the Social Science” (SPSS)
versi 18.00 dan diterangkan dalam bentuk peratusan, dan analisis crosstab. Kajian ini
bertujuan untuk mengenal pasti profail dan maklumat ekonomi warga miskin dan
miskin tegar Teluk Ketapang, menganalisis tahap kepuasan bagi situasi kehidupan dan
menilai keperluan warga miskin Teluk Ketapang, Kuala Terengganu. Kajian ini
menumpukan kepada aspek latar belakang responden dan keperluan yang diperlukan
oleh keluarga tersebut. Antara keperluan yang terdapat dalam kajian ini adalah
pendidikan, kemahiran, keagamaan, sosial, makanan dan pakaian, kesihatan, perumahan,
peralatan rumah dan pengangkutan. Dapatan menunjukkan senarai faktor keperluan
yang harus diberi perhatian yang serius ialah pendapatan, pendidikan,
kerohanian/keagamaan, kegiatan sosial, pemakaian/pakaian/kesihatan, perumahan,
pengangkutan/perhubungan, keperluan khusus untuk OKU dan keperluan-keperluan
lain daripada kerajaan. Keluarga miskin dan miskin tegar harus bersedia dan sanggup
berusaha memajukan diri sendiri agar kesejahteraan hidup mereka bertambah baik di
samping pihak kerajaan memainkan peranan yang penting untuk memajukan penduduk
yang berada dalam kemiskinan. Oleh itu, penambahbaikan program yang lebih
terancang dan terkawal perlu dilaksanakan supaya masalah kemiskinan dapat diatasi."
[, ], 2015
MK-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Wahyu Iryani
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengetahui pelaksanaan Kube ditinjau dari aspek sosial, ekonomi dan kelembagaan, serta mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat. Sampel penelitian dipilih 10 Kube di Kupang Nusa Tenggara Timur (NTT), dengan pertimbangan keluarga miskin di lokasi ini besar dan di antaranya mendapat bantuan dari Kementerian Sosial melalui program Kube Fakir Miskin. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Hasil penelitian menemukan bahwa mayoritas Kube dalam kategori berkembang, ditinjau dari kinerja Kube dari aspek sosial, mayoritas tujuh Kube (70 persen) memiliki kinerja cukup baik. Dari aspek ekonomi, lima Kube (50 persen) memiliki kinerja kurang baik. Dari aspek kelembagaan, lima Kube (50 persen) memiliki kinerja kurang baik. Faktor pendukung pelaksanaan Kube adalah semangat anggota kelompok yang tinggi, kuatnya rasa kebersamaan, adanya pendamping kompeten, dukungan masyarakat potensi lokal dan nilai kearifan lokal yang dijunjung tinggi oleh anggota kube. Faktor penghambat pelaksanaan kube adalah rendahnya kualitas SDM sasaran (pendidikan rendah, keterampilan dalam mengelola usaha terbatas), kendala geografis, dan lemah dalam membangun networking. Direkomendasi perlunya Kementerian Sosial, khususnya Direktorat Pemberdayaan Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan dan Pusdiklat BBPPKS menyusun program pemberdayaan keluarga miskin, pengembangan aspek sosial, aspek ekonomi dan kelembagaan secara seimbang. Perlu ada pendampingan intensif dalam rangka peningkatan kualitas dan kuantitas product untuk mencapai perkembangan Kube yang optimal."
Yogyakarta : Kementerian Sosial Republik Indonesia, 2016
360 MIPKS 40:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Zuraidah S.
"AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) salah satu metode kontrasepsi yang dapat digunakan untuk menjarangkan jumlah anak dan alternatif kedua sctelah MOW/MOW bagi pasangan yang ingin mengakhiri kesuburannya. AKDR selain efektif juga efisien karena dapat digunakan sampai menopause. Masalah psnelitian adalah rendabnya psmakaian AKDR padabal Alat Kontrasepsi Dalarn Rabim disediakan gratis untuk keluarga miskin paling berhubungan dengan pemakaian AKDR adalah umur dan persepsi terhadap AKDR.
Dalam rangka meningkatkan pemakaian AKDR di Kota Lubuklinggau perlu diberikan persepsi yang benar kepsda masyarakat berupa KIE (Komunikasi, informasi dan Edukasi} tentang AKDR {efektifitas, manfaat, cara kerja, efek samping/komplikasi dan earn penanggulangannya)Perlu sosialisasi kepada keluarga Prasejahtera dan Sejahtera l pelayanan KB gratis termasuk AKDR. Bidan harus memberikan informasi yang adekuat (lengkap, akurat dan benar) psda pasangan usia subur untuk mengambil keputusan yang tepar dalam pemililian kontrasepsi secara rasional.

Intrauterine Contraceptive Device is one of the contraception methods to control numbers of children and is the second alternative after Operation Method for Women/Operation for men for the couples who would like to restrain her fertility. Intrauterine Contraceptive Device is effective and efficient because it can be used till menopause. The problems statement of this research is the low of using Intrauterine Contraceptive Device, whereas such this contraception is free of charge for the poor. Based on multi regression shows that the strongest correlated variables with Intrauterine Contraceptive Device are the age and perception on Intrauterine Contraceptive Device.
In order to improve the using Intrauterine Contraceptive Device in Lubukfinggau City it is necessary to provide the right/perception on Intrauterine Contraceptive Device to the people through communication, Information and education. rt is important to explain about the effectiveness. usefulness, the way it works, side eftbcts and the way to deal with Intrauterine Contraceptive Device. It is necessary to socialize about free family planning and Intrauterine Contraceptive Device to pre-prosperous families and prosperous families I. Midwives should give accurate and adequate information to fertile-age couples so they can make the right decision to choose contraception."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T32461
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dria Candra Adityanti
"ABSTRAK
Telaah menggunakan permasalahan ini bermula dari gejala yang cukup menonjol didaerah perkotaan, yaitu anak-anak yang bekerja disektor-sektor informal: seperti penjual koran, penyemir sepatu, penjual kantong plastik, penjual rokok dan lain sebagainya. Penelitian ini mencoba mengungkapkan bagaimana peranan ekonomi anak dalam arti usahanya untuk serta meringankan ekonomi keluarga ataupun menyumbang pendapatan keluarga dan membiayai sendiri."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ichwan Rizal
"Nilai memegang peranan penting dalam keseharian karena menjadi kriteria bagi individu dalam memilih dan membenarkan tingkah laku serta mengevaluasi tindakan orang lain, termasuk diri sendiri dan peristiwa (Schwartz, 1992). Selain itu, nilai juga sangat berhubungan dengan salah satu komponen resiliensi keluarga, yakni sistem keyakinan keluarga. Penelitian ini dilakukan untuk melihat kontribusi nilai terhadap resiliensi keluarga pada mahasiswa dengan latar belakang keluarga miskin. Penelitian dilakukan pada 315 mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi. Terdapat dua alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Potrait Values Questionnaire (PVQ) untuk mengukur nilai dan Walsh Family Resilience Questionnaire (WRFQ) untuk mengukur resiliensi keluarga.
Hasil penelitian menunjukkan adanya kontribusi nilai tradition dan achievement terhadap resiliensi keluarga. Berdasarkan analisis tambahan ditemukan beberapa hasil, yakni (a) adanya pengaruh jenis kelamin terhadap nilai conformity, benevolence, universalism, dan power, (b) adanya pengaruh pendidikan Ayah terhadap nilai security dan hedonism, (c) adanya pengaruh usia terhadap nilai hedonism, dan (d) adanya pengaruh pendapatan terhadap nilai conformity dan hedonism.
......
Values are important in people live because values can be criterion for choosing, judging, and evaluating behavior or event (Schwartz, 1992). Moreover, values are also highly correlated with one of family resilience’s component’s that is family belief system. This research aims to know the contribution of values toward family resilience of college students who lives in poverty. Total participant are 315 college students who receive Bidikmisi scholarship. Portrait Values Questionnaire (PVQ) is used to measure values and Walsh Family Resilience Questionnaire (WFRQ) to measure family resilience.
The results showed that values related to tradition and achievements are contributed to family resilience.Moreover, the additional analysis upon demographic data showed several results: (a) gender has a significantly influence values related to conformity, benevolence,universalism, and power, (b) father’s educational background significantly influence values related to security and hedonism, (c) age significantly influence values related to hedonism, and (d) family income also significantly influence values related to conformity and hedonism."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S46776
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>