Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Astari Wulandari
Abstrak :
Pada 5 tahun terakhir, permintaan kemasan fleksibel mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 10 tiap tahunnya yang diikuti dengan munculnya pemain baru yang menyebabkan persaingan di industri kemasan fleksibel semakin ketat, sehingga muncul tantangan besar yang dihadapi perusahaan kemasan fleksibel di Indonesia, yaitu bagaimana perusahaan dapat mengefisiensikan biaya operasinya agar dapat bersaing. Salah satu cara mengefisiensikan biaya operasi adalah dengan melakukan manajemen persediaan yang baik dengan memperhatikan komponen biaya persediaan untuk didapat keputusan kuantitas Q dan waktu pesan T sehingga didapat total biaya persediaan minimal. Manajemen persediaan merupakan tema dalam penelitian ini dengan objek penelitian yaitu salah satu perusahaan kemasan fleksibel di Cikarang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah klasifikasi ABC untuk menentukan tingkat kepentingan bahan baku dan Mixed Integer Linear Programming MILP untuk mendapatkan total biaya persediaan minimal. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat 31 bahan baku yang masuk ke dalam kategori A dari 230 bahan baku di perusahaan, diperoleh jumlah kuantitas pesan Q bahan baku, lead time kedatangan bahan baku T , dan total biaya persediaan 31 bahan baku klasifikasi A, serta diperoleh faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi besar total biaya persediaan, yaitu biaya simpan, biaya pesan, demand, dan jumlah persediaan pengaman. ......In the last 5 years, flexible packaging demand grow 10 per year in average and followed by the emergence of new players that cause competition in the flexible packaging industry getting tighter, so that there is big challenge that faced by flexible packaging companies in Indonesia, that is how companies can has efficient operating cost in order to compete. One of the way to efficient operating cost is manage inventory well by taking into account the components of the inventory cost for obtaining quantity decisions Q and order time T to obtain the minimum total inventory cost. Inventory management is theme of this research with the object of the research is one of the flexible packaging company in Cikarang. The method that used in this research is ABC classification to determine the importance of raw materials and Mixed Integer Linear Programming MILP to get the minimum total inventory cost. The results of this research are 31 raw materials that categorized as category A from 230 raw materials in the company, obtained quantity of order Q of raw material, arrival lead time of raw material T , and total inventory cost of 31 raw materials from classification A, as well as obtained any factors that affect total inventory cost, that are holding cost, order cost, demand, and number of safety stock.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67484
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Keanoubie
Abstrak :
Industri kemasan fleksibel yang kian berkembang menuntut produsen untuk selalu berusaha mengurangi biaya akibat produk cacat. Penelitian ini menggunakan metode Six Sigma untuk mengkaji masalah kecacatan dan memberikan perbaikan pengendalian kualitas dengan cara mereduksi cost of poor quality (COPQ). Studi kasus dilakukan pada perusahaan kemasan fleksibel XYZ di Indonesia dengan adopsi pendekatan DMAIC. Setelah melakukan tahap define dan measure, dengan menggunakan prinsip 80/20, secara kumulatif insiden pada printing mewakili 79% total insiden kecacatan. Tahap analyze dilakukan untuk menemukan akar penyebab masalah yang berkontribusi pada peningkatan insiden kecacatan printing. Rekomendasi yang dibuat selama tahap improve adalah untuk merancang sistem pengendalian kualitas yang meningkatkan pemeliharaan yang baik pada lantai produksi. Penerapan rekomendasi diperkirakan dapat menghasilkan penghematan biaya hingga 48% selama periode yang dianalisis. ......The growing flexible packaging industry requires producers to try to reduce costs due to defect. This research applies Six Sigma method to assess the problem of defect and provide quality control improvements by reducing the cost of poor quality (COPQ). A case study was conducted at XYZ flexible packaging companies in Indonesia with the adoption of the DMAIC approach. After carrying out the define and measure stages, using the 80/20 principle, the cumulative incidence of printing represents 79% of total disability incidents. The analyze phase is carried out to find the root causes of problems that contribute to the increased incidence of printing disabilities. The proposed recommendations during the improvement phase is to design a quality control system that improves good maintenance on the production floor. Implementation of the recommendations will result in potential cost saving of up to 48% over the analyzed period.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Kholifah
Abstrak :
Masalah penjadwalan yang dihadapi oleh perusahaan dikarenakan belum adanya penjadwalan yang baik sehinga perbedaan jumlah pesanan pada masing-masing variasi produk menyebabkan ketidakseimbangan pengunaan mesin disertai waktu tunggu produk yang tinggi. Hal ini mengakibatkan waktu penyelesaian produksi menjadi cukup panjang dan dapat menghambat proses perencanaan pemenuhan kebutuhan produksi untuk minggu selanjutnya, serta menyebabkan efisiensi produksi menjadi rendah. Proses penjadwalan produksi dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan metode Pemrograman Linier Integer Campuran dengan tujuan untuk menentukan jadwal produksi yang memiliki makespan yang optimal yang diselesaikan dengan algoritma Branch and Bound. Hasil penyelesaian secara komputasi menggunakan LINGO 11.0 dari penjadwalan yang dilakukan menghasilkan urutan pengerjaan produk yang optimal dari kedua tahapan produksi dengan eaktu penyelesaian produksi sebesar 195,05 jam. Penurutan waktu penyelesaian produksi ini membantu perusahaan untuk mengurangi jumlah work in process, serta meningkatkan utilitas mesin pada kedua tahapan produksi sehingga peningkatan efisiensi produksi dapat tercapai. ......In their initial implementation, there is no systematical method that used by the company to arrange their production scheduling. This condition has led to the imbalance use of the machine and high product waiting time due to the difference quantity of demand for each product. This resulted in the production completion time being quite long and could hamper the production planning process for the following week. Production scheduling process in this research is conducted by using Mixed Integer Linear Programming method with the aim to determine production scheduling that has optimal makespan which is solved by Branch and Bound algorithm. The computational results by using LINGO 11.0 of the scheduling performed yielded the optimal product sequence of the two production stages with a total production completion time of 195.05 hours. The reducing of completion time helps the company to reduce the number of work in processes, as well as to increase the utility of the machines at both stages of production so the production efficiency can be increased.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67270
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mustafa Haykal
Abstrak :
Produk defektif adalah produk dari hasil produksi yang tidak sesuai standar, tidak dapat dijual, dan tidak dapat digunakan kembali. Risiko terjadinya produk defektif merupakan hal yang tidak dapat dihindari pada proses manufaktur. Dengan adanya risiko tersebut, pemanufaktur perlu menetapkan sasaran mutu produksi yang menjadi parameter kualitas dan performa produksi. Selain kerugian terhadap pemanufaktur, produk defektif juga bertentangan dengan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) yang menyatakan bahwa suatu kegiatan ekonomi harus mencermati isu-isu krusial, seperti dampak terhadap lingkungan akibat limbah produksi. Penelitian ini akan mengidentifikasi dan menilai faktor-faktor penyebab produk defektif dan menawarkan rencana tindakan menggunakan metode Define, Measure, Analyze, Improve, dan Control (DMAIC). Data pada penelitian ini divalidasi menggunakan matriks Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) yang disajikan menggunakan Problem Identification and Corrective Action (PICA). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa produk defektif pada proses produksi oleh perusahaan pengemas disebabkan oleh kegagalan fungsi peralatan yang dipengaruhi oleh kurangnya pemeliharaan peralatan dan proses kontrol kualitas. Hasil dari penelitian ini berupa solusi untuk penambahan fungsi alat; memastikan doctor blade dalam kondisi optimal dan sesuai dengan standar acuan proses; meningkatkan konsistensi pemeliharaan; inspeksi dan penggatian rutin alat pneumatic; dan meningkatkan ketelitian kontrol kualitas pada tiap-tiap proses produksi. ......Defective products are products that are not up to standard, cannot be sold, and cannot be reused. The risk of defective products occurring is unavoidable in the manufacturing process. Given these risks, manufacturers need to set production quality targets which are parameters of production quality and performance. In addition to losses to manufacturers, defective products also conflict with the objectives of the Sustainable Development Goals (SDGs) which state that an economic activity must pay close attention to crucial issues, such as the impact on the environment due to production waste. This research will identify and assess the factors that cause defective products and offer an action plan using the Define, Measure, Analyze, Improve, and Control (DMAIC) method. The data in this study were validated using the Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) matrix presented using Problem Identification and Corrective Action (PICA). The results of this study indicate that defective products in the production process by packaging companies are caused by equipment malfunctions which are affected by a lack of equipment maintenance and quality control processes. The results of this study are solutions for adding tool functions; ensuring that the doctor blade is in optimal condition and in accordance with process reference standards; improve maintenance consistency; inspection and periodic replacement of pneumatic tools; and improve quality control accuracy in each production process.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library