Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 95 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Raldi Artono Koestoer
"ABSTRAK
Perkembangan pembangunan gedung perkantoran, hotel dan apartement di kota besar sangat pesat sekali. Perkembangan pembangunan tersebut menuntut design dan perencanan penunjang bangunan yang baik serta pemilihan material yang kuat dan serasi.
Untuk iklim Indonesia yang panas, perencanaan tata udara pada bangunan gedung sangat vital sekali. Rancangan tata udara yang tepat akan sangat menghemat enerji listrik yang digunakan dalam sistem pendinginan udara ruangan. Penghematan dapat diperoleh dari memperkecil kerugian kalor. Kerugian kalor yang terjadi sangatlah bergantung pada nilai konduktivitas kalor dari material bangunannya.
Dalam rancangan tata udara selama ini selalu digunakan data konduktivitas dari tabel ASHRAE (American Society Of Heating Refrigerating and Air Conditioning Engineers) yang tentunya berpokok pada bahan produksi luar negeri. Sedangkan saat ini produksi bahan bangunan dari dalam negeri pun sudah banyak. Tentunya spesifikasinya berbeda dengan buatan luar negeri, untuk itu kita perlu mengetahui nilai konduktivitasnya.
Pengujian konduktivitas kalor material bangunan untuk kondisi di Indonesia dilakukan, dengan maksud mengetahui nilai konduktivitas kalor material bangunan lokal sekaligus menambah data koefisien konduktivitas kalor pada buku literatur yang ada. Ruang lingkup dari pengujian hanya terbatas pada menentukan konduktivitas kalor material bangunan lokai yang banyak digunakan dipasaran.
Dalam penelitian ini digunakan metode eksperimental yang dimulai dengan persiapan studi literatur, dan pemilihan bahan uji. Pemilihan bahan uji dalam penelitian ini dipilih Jenis material bangunan yang umumnya digunakan di Indonesia seperti semen, tanah merah, batu Bata, gipsum, asbes, keramik, kaca, dan kayu. Bahan uji/ material dibuat spesimen dengan dimensi yang disesuaikan dengan rekomendasi dari alat uji yang digunakan.
Penelitian konduktivitas kalor material bangunan ini mengunakan peralatan uji konduktivitas kalor Ogawa Seiki. Prinsip dasar pengujan peralatan ini adalah dengan menghilangkan kontak antara permukaan bahan uji dengan silinder standar penguji. Karena tahanan kontak yang sangat besar dapat mengakibatkan adanya pengaruh konveksi. Untuk itu dibuat dua spesimen yang ketebalannya berbeda dengan bahan yang sama.

ABSTRACT
The development of office buildings, hotels and apartments in big cities grows very fast. This development needs a good design and supporting planning of a building with the strong and suitable material selection.
Planning the air conditioning for a building is very vital in Indonesian hot climate. A good air conditioning plan will save a lot of electrical energy used in conditioning a room. This matter can be obtained from reducing thermal losses. The thermal losses depend on the thermal conductivity value of building material.
Present air conditioning design always refers to conductivity data from the ASI-LRAE (American Society of Heating Refrigerating and Air Conditioning Engineers) table, based on foreign material. On the other hand, the local product of building material is in abundance so that we need to know the conductivity value.
The objectives of the measurement are to gain the local building material conductivity value, found in the market.
The measurement uses the experimental method which begins with reference study and selection of material. The material selected are cement, clay, bricks, gypsum, asbes, ceramics, glasses, and wood. The material is turned into a specimen with a dimension that fits the measurement apparatus,
The measurement of thermal conductivity of the building material uses Ogawa Seiki measurement apparatus. The principal of this apparatus is to eliminate contact between material surface and measurement standard cylinder, because a big contact resistance may result convection effect. The result of the measurement of two different specimen-same material, different thickness- is shown in the table below."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Raldi Artono Koestoer
Jakarta: Salemba Teknika, 2002
536.2 RAL p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Adhi Saputra
"Dengan semakin meningkatnya kebutuhan energi dewasa ini akan menuntut diperlukan adanyn energi alternative yang dapat menggantikan kedudukan minyak bumi sebagai sumber energi utama. Indonesia yang diperkirakan memiliki potensi batu-bara sebanyak 39 milyar ton, dan dengan produksi 73,77 juta ton pertahun dan laju pertumbuhan produksi batubara pertahunnya sekitar 12,4 %, diharapkan dapat menggantikan posisi minyak bumi yang semakin menipis. Pada Skripsi ini dibahas mengenai konduktivitas kalor batubara yang berasal dari beberapa tambang di Indonesia dengan kelas yang berbeda-beda. Tujuan dari skripsi ini adalah untuk mengetahui nilai konduktivitas kalor tersebut yang nantinya berpengaruh kepada pembakaran spontan batubara yang dapat menyebabkan turunnya kwalitas batu bara dan kebakaran diareal penumpukan batubara. Proses penelitian batubara ini dilakukan dengan pengujian yang berskala labolatorium. Hasil yang diperoleh dari pengujian ini adalah berupa nilai konduktivitas batubara yaitu berkisar antara 0,16 (W/m°C) sampai 0,2 (W/m°C) yang berasal dari beberapa tambang di Indonesia yang dijadikan dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai pembakaran spontan pada batubara."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S37440
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penentuan konduktivitas kalor pada AUKK (Alat Uji Konduktivitas Kalor)
telah banyak dilakukan dengan metode ogawa seiki. Kali ini akan dicoba pendekatan lain, yaitu dengan menentukan bcr}a-temperatur di benda uji dengan pendekatan grafik. Sehingga dengan demikian nilai Konduklivitas Termal bisa didapat dengan metode yang berbeda berdasarkan perbedaan perbedaan temperatur tersebut.
Pengujiaan dilakukan dengan benda uji polyurethane. Tetapi setelah diketahui data-
data temperatumya lemyata alat ini tidak akurat menguji benda yang memiliki konduktivitas termal rendah.
Pendekatan yang dilakukan adalah dengan melihat kecenderuugan aliran kalor setiap benda uji. Sehingga dari kecenderungan itu akan didapatkan beda temperatur pada benda uji yang merupakan persamaan yang menunjukkan hubungan antara benda uji dan temperalur didekatnya."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S37469
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rusnaldy
"Kabel atau. kawal alurmmium banyak digumzkan. pada instalasi listrik dan telekomunikasi. Agar dihasilkan kawot atau kabel yang mermlliki kualitas yang baik, maka proses pembenzukun, kawat, yaitu proses penarikan. kawat hams dilakukan dengan. baik. Untuk itu perlu diketahui pengaruh parameter proses penarikan kawat terhadap basil akhir berupa sifat meka-nik dan konduktivitas listriknya, Adapun. parameter proses penarikan. kawat yang diteliti aclalah besarnya persentase reduksrl penarikan, (Z5%; 16125%; 20%; 27,5%; 3Z5%,' dan, 38%) Izecepalan proses penarikan. kdwat (13 cm/ detik; I8 cm/detik; dan 23 cm/detik) dan. kondisi pelumasan (pelumas yang digunakan. gemuk, ali mesin dan bimali). Hasil penelitahn, menunjukkon, bertambah besamyapersentase reduksi penarikarz. mengakibatkan, meningkatnya harga kekuaum mrik, kekuawn. luluh, dan tegangan penarikan, yang dibutmhkan, serta terjadinya penurunan, harga elongasi dan, konduksimltas liszrik. kawat. Kecepatcm. penurikan 23 cm/detik rnemberikan kenaikan kekuatan luluh yang besar (41, 7%) dun juga memberikan penurunan rullml elongasi yang besar (50,9%), serta membutuhkan, tegangun penarikan. dari luar yang kecil. Sedangkan kecepatcm penarikun 18 cm delik memberikan penururum konduktivitas kecil (2, 5 %) bila dibandingkan dengan. sampel awal. Kondisi pelumasan dengan menggunakan. gemuk memberikcm. hasil yang terbaik dari semua nilai yang diinginkan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S41174
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herry Setyawan
"Sampel La0,67Sr0,33Mn1-xFexO3 dengan x = 0 ; 0.05 ; 0.10 ; 0.15 dan 0.50 dari bahan dasar La2O3, SrCO2, MnCO3, dan Fe2O3 disentesis dengan menggunakan metode mechanical alloying. Keempat bahan dasar tersebut dicampur dengan menggunakan Planetary Ball Milling selama 15 jam, dikompaksi, kalsinasi pada suhu 800°C selama 8 jam dan disintering pada suhu 1200°C selama 12 jam. Identifikasi fasa dilakukan dengan menggunakan difraksi sinar X dan refinement GSAS dan diperoleh sampel La0,67Sr0,33Mn1-xFexO3 single phase untuk semua komposisi x, yang memiliki struktur kristal Rhombohedral. Pengukuran terhadap nilai konduktivitas dan magnetoresistansi (MR) sampel diukur menggunakan Four Point Probe (FPP), sedangkan nilai magnetisasinya diukur menggunakan permagraph. Berdasarkan hasil pengukuran tersebut disimpulkan bahwa semakin besar doping Fe yang diberikan pada sampel La0,67Sr0,33Mn1-xFexO3 membuat nilai magnetisasi dan konduktivitas sampel semakin menurun. Nilai negatif magnetoresistansi sampel pada umumnya mengalami penurunan. Untuk x = 0.05 nilai negatif magnetoresistansi sampel paling besar yaitu 3,65%, tetapi untuk x = 0.5 bersifat positif magnetoresistansi. Penurunan nilai magnetisasi dan konduktivitas sampel terjadi karena adanya kompetisi interaksi Double Exchange (DE) dan superexchange yang terjadi pada sistem. Interaksi Double Exchange (DE) terjadi antara ion Mn3+-O-Mn4+, sedangkan interaksi superexchange muncul karena interaksi antara ion Fe3+-O-Fe3+ akibat adanya doping Fe pada site Mn di sistem sampel La0,67Sr0,33Mn1-xFexO3.

La0,67Sr0,33Mn1-xFexO3 sample with concentration x = 0 ; 0.05 ; 0.10 ; 0.15 ; and 0,5 of La2O3, SrCO2, MnCO3, and Fe2O3 are synthesized using mechanical alloying. The fourth of basic matter are mixed with using Planetary Ball Milling during 15 hours, compacted, calcinations on 8000C during 8 hours and sinter at 1200°C during 12 hours. Phase identification is carried out using X ray diffraction and GSAS refinement, getting La0,67Sr0,33Mn1-xFexO3 which single phase for all x composition, that have Rhombohedral crystal structure. Conductivity and magnetoresistance (MR) are measured using Four Point Probe (FPP), while magnetization is measured using permagraph. From the measurement we get that the bigger Fe doping the more magnetization and conductivity is decreases. For negative magnetoresistance generally is decreases, the biggest negative magnetoresistance is 3,65% for x = 0.05, but for x = 0.5 has positive magnetoresistance. The decreases of magnetization and conductivity due to there were competition between Double Exchange (DE) and Superexchange in the system. Double Exchange (DE) interaction happened between Mn3+-O-Mn4+ ion, while Superexchange a rises because of interaction between Fe3+-O-Fe3+ ion due to Fe doping on Mn site in the La0,67Sr0,33Mn1-xFexO3."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
T30359
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Feti Anita Tristiana
"Penelitian dilakukan dengan mensubstitusikan Ti kedalam bahan Mn pada paduan La0,67Ca0,33Mn1-xTixO3 (x = 0,04; 0,06; 0,08; 0,10; 0,12). Proses perlakuan terhadap sampel meliputi penggerusan atau milling selama 25 jam, pemanasan atau kalsinasi pada suhu 400°C selama 5 jam, pembuatan pelet atau kompaksi, pemanasan sampel melebihi titil leleh atau sintering pada suhu 1200°C selama 12 jam. Setiap milling dan kalsinasi dilakukan karakterisasi dengan menggunakan XRD. dan karakterisasi. Dan setelah sintering seluruh karakterisasi dilakukan. Karakterisasi yang dilakukan meliputi karakterisasi struktur atom dengan XRD, karakterisasi morfologi struktur mikro bahan dengan SEM, karakterisasi komposisi bahan dengan menggunakan EDAX, dan karakterisasi sifat kelistrikan dengan menggunakan LCR meter. Setelah seluruh rangakian proses dilakukan, hasilnya menunjukan bahwa terjadi fasa baru setelah dilakukan sintering, morfologi mikro permukaan menunjukan ukuran partikel terkecil pada x = 0,10 dengan pembesaran 2500x, komposisi sampel terkait penambahan Ti menunjukan kenaikan pada parameter kisi (a,b,c), dan volumenya. Karakterisasi sifat listrik menujukkan konduktivitas bahan tertinggi pada x =0,10.

The study was conducted by substituting Ti into Mn material on la0 material, 67Ca0, 33Mn1 - xTixO3 ( x = 0.04 ; 0.06 ; 0.08 ; 0.10, 0.12 ). Treatment of samples includes milling for 25 hours, calcination at 400°C for 5 hours , pelletizing , sintering at a temperature of 1200°C for 12 hours. After milling and calcination, then performed using XRD characterization. and after sintering characterization SEM, EDS, EDAX, LCR, VNA. Characterization was conducted on the characterization of the atomic structure using XRD, morphological characterization of the microstructure of materials using SEM, characterization of material composition using EDAX, and electrical characterization using LCR meter. After the whole process is done, the results showed that there was a new phase after sintering, micro surface morphology showed the smallest particle size in the x = 0.10 with 2500x magnification . Ti substitution showed an increase in the lattice parameters ( a, b , c ), and volume. Characterization of the electrical properties of the material showed the highest conductivity at x = 0.10."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
T40778
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nainggolan, Rufinus
"ABSTRAK
Konduktivitas termal k adalah harga konstanta proporsionalitas dari suatu zat atau material padat, dimana jika k berharga nol maka material tidak dapat menghantar panas, kemudian semakin tinggi harga k kemampuannya semakin tinggi menghantar panas. Dari hasil pengujian diperoleh bahwa lagging efficiency untuk fibreglass besarnya 64, 69% dan untuk asbestos besarnya 38, 36%, jadi bisa disimpulkan fibreglass lebih baik dari asbestos sebagai isolasi. Kemudian hasil lainnya yaitu hasil analisis diperoleh untuk perubahan tekanan dan temperatur uap sebagai media penghantar panas yang dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi perubahan signifikan untuk harga konduktivitas termal k. Untuk fibreglass harga k= 0,170-0,298 W/mk dan untuk asbestos harga k= 0,268-0,762 W/mK. Jadi disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh tekanan dan temperatur uap. Pemakaian bahan yang tepat untuk perpindahan panas atau mengisolasi panas akan dapat menghemat kerugian-kerugian terjadi."
Medan: Politeknik Negeri Medan, 2017
338 PLMD 20:4 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sriati Djaprie
"ABSTRAK
Tembaga pengerasan terdispersi. Cu-Alumina termasuk ke lompok material komposit hasil rekayasa yang memiliki kekuatan, konduktivitas listrik dan termal yang tinggi, serta memiliki ketahanan terhadap pemakaian di lingkungan bertemperatur dan tekanan tinggi.
Dalam rangkaian penelitian ini telah berhasil dibuat material Cu-Alumina secara metalurgi serbuk dengan meman faatkan serbuk tembaga hasil proses elektrolisis buatan dalam negeri.
Guna evaluasi kinerja Cu-Alumina sebagai elektroda las titik telah dilakukan percobaan las titik terhadap lembaran baja karhon rendah SPCC dan lembaran baja tahan karat 304 L dengan memuaskan .Sebagai pembanding digunakan elektroda paduan tembaga komersial.
Percobaan las titik terhadap lembaran baja berlapis seng kurang memuaskan karena kapasitas alat las tidak dapat memenuhi persyaratan pengelasan yang dianjurkan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
"Sejalan dengan semakin meningkatnya jumlah limbah radioaktif maka PTLR-BATAN berencana untuk membangun fasilitas Near Surface Disposal (NSD), terutama pada tahap awal adalah fasilitas Demo Plant NSD. NSD merupakan suatu konsep penyimpanan limbah radioaktif tingkat rendah sampai dengan menengah. Aspek yang sangat penting dalam hal studi tapak untuk rencana NSD adalah aspek hidrogeologi terutama yang berkaitan dengan migrasi radionuklida ke lingkungan. Dalam studi migrasi radionuklida parameter awal yang harus diketahui adalah konduktivitas hidraulik. Nilai konduktivitas hidraulik tanah dan batuan di lokasi tapak dapat diperoleh dengan melakukan uji permeabilitas secara in-situ. Berdasarkan hasil pengujian didapatkan nilai konduktivitas tanah dan batuan yang berkisar antara 10-6 sampai 10-2 cm/det. Nilai terbesar konduktivitas hidraulik berada pada satuan tanah lanau kerikilan yang merupakan akuifer di tapak, dengan kedalaman antara 8-24 m, dan nilai konduktivitas hidraulik mencapai 10-2 cm/det."
551 EKSPLOR 34:1 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>