Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Phillips, Dian
Koln: Konemann, 1996
720.979 PHI l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Saekhu
"Kadar matrix metalloproteinase?9 (MMP-9) yang tinggi diyakini merusak sawar darah otak (SDO) sehingga terjadi edema serebri dan menambah lama rawat inap pasien. Penelitian pada binatang menunjukkan tigesiklin menurunkan kadar MMP-9. Kemampuan tigesiklin menurunkan kadar MMP-9 yang berdampak pada pengurangan edema serebri dan lama rawat inap pasien perdarahan."
2016
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Putera Dwiyanto Rachmadi
"Keuntungan dan likuiditas perusahaan sektor manufaktur dapat dilihat melalui faktor keuangan dengan menghitung rasio keuangan perusahaan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh antara perputaran kas (CCC), rasio hutang (DR) dan ukuran penjualan (LOS) terhadap profitabilitas dan likuiditas perusahaan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 136 perusahaan dari sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014. Analisis Hasil dari penelitian ini terdapat hubungan signifikan positif CCC terhadap likuiditas dan tidak terdapat hubungan signifikan CCC terhadap profitabilitas.
Manufacturing companies profitability and liquidity in indonesia were affected by financial factors which can be measured from financial ratio. The aim of this research is to analyze the influence Cash Conversion Cycle (CCC), Debt Ratio (DR) dan Lof Of Sales (LOS) toward profitability and liquidity. 136 manufacturing companies which listed in BEI from 2010-2014 selected as the sample of the research. The analysis method is multipe regression. The result of this research is that CCC have positive significant influence towards liquidity and is statistically insignificant towards profitability"
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2015
S61013
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhasan
"[ABSTRACT
Background : Spontaneous intracerebral hemorrhage is responsible for 10-15 % of stroke cases and associates with higher mortality rate compared to ischemic stroke or subarachnoid hemorrhage. The causative in 70-80% cases is caused by hypertension or amyloid angiopathy cerebral.
With mortality rate up to 40-50%, identification of risk factor that can be modified is crucial. Hypertension posed as a modifiable risk factor and contribute as the highest caused for spontaneous intracerebral hemorrhage. With the better control of the blood pressure we can lowering the risk of spontaneous intracerebral hemorrhage. In geriatric patients the risk can be lowered up to 50% if we could control the systolic blood pressure. Overall the relative risk of hypertensive patients compared to normotensive patients is about 3.9 ? 13.3. Men are more prone to intracerebral hemorrhage than women.
Clinical evaluation and diagnosis of spontaneous cerebral hemorrhage are based on clinical examination and other additional examination. The clinical exam is depend on the location and volume of hematome. For the additional exam, computed tomography scan can be done to detect the hemmorhage. Based on it?s location, spontaneous intracerebral hemorrhage can be classified into lobar, ganglia basal, thalamic, pons and cerebellar. Methods : This is a descriptive study with cross-sectional approach. The data in this study are gotten from the medical record unit of Cipto Mangunkusumo National Hospital. The population in this study are all of the spontaneous intracerebral hemorrhage patients which being consulted to the Neurosurgery Departement of Cipto Mangunkusumo National Hospital during January 2013 until August 2014 periods.
The method for getting the sample in this study is using consecutive sampling. The inclusion criteria in this study is spontaneous intracerebral hemorrhage cases which proven using CT scan and consulted to the Neurosurgery Departement of Cipto Mangunkusumo National Hospital during January 2013 until August 2014 periods. The exclusion criteria in this study is the patient that does not have complete data in the medical record. Results : In this study, there are 29 cases in male (63%) and 17 cases in female (37%) that diagnosed with the spontaneus intracerebral hemorrhage. For the location of hemorrhage, there are 19 cases located on basal ganglia (41,3%), 21 cases located on lobar (45,7%), 5 cases located on thalamus (10,9%) and 1 case located on cerebellum (2,1%).
From the bivariate analysis, we found that there is correlation between operative procedure to length of stay (p=0,012). But there are not any correlation between operative procedure to glasgow outcome scale (GOS) (p=0,708) and to the mortality outcome (p=0,472). There are not any correlation between the onset of PISS to the mortality outcome (p=0,09) and history of hipertension with mortality outcome (p=1,00). We found that there is correlation between glasgow coma scale (GCS) and mortality outcome (p=0,013). Based on the hemorrhage location, there is not any correlation between the location and the mortality outcome. (p=0,370). Conclusions :The conclusion of this study are, the spontaneous intracerebral hemorrhage is often occured in male with age 40-60 years old. Mostly, the location of intracerebral hemorrhage is on the basal ganglia. GCS is a parameter that has correlation with the spontaneous intracerebral hemorrhage, but history of hypertension does not have correlation with the outcome (mortality). Operative procedure will make longer length of stay of the patient and does not influence the GOS.

ABSTRAK
Latar Belakang : Perdarahan intraserebral spontan (PISS) menyumbang 10-15% kasus stroke dan memiliki tingkat mortalitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan stroke iskemik ataupun perdarahan subaraknoid. Penyebab PISS ini dalam 70-80% kasus adalah hipertensi atau serebral amiloid angiopati.
Dengan mortalitas yang mencapai 40-50% maka identifikasi faktor resiko yang dapat diperbaiki sangatlah penting. Hipertensi merupakan salah satu faktor resiko tersebut dan diduga berperan besar sebagai salah satu penyebab PISS. Dengan kontrol tekanan darah yang baik maka resiko untuk terjadinya PISS dapat diturunkan. Pada pasien geriatri resiko ini dapat diturunkan sampai 50% apabila tekanan darah sistolik dapat terkontrol. Secara keseluruhan resiko relatif dari pasien dengan hipertensi dibandingkan pasien dengan tekanan darah normal adalah sebesar 3,9-13,3. Laki-laki diduga lebih sering mengalami PISS dibandingkan dengan wanita.
Evaluasi klinis dari PISS didasarkan atas pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang. Hasil pemeriksaan klinis ini bergantung pada lokasi dan volume hematom. Untuk pemeriksaan penunjang, Computed tomography (CT) scan merupakan salah satu sarana yang dapat dipergunakan untuk mendeteksi ada tidaknya perdarahan. Berdasarkan lokasinya, PISS dapat diklasifikasikan menjadi lobar, ganglia basal, talamik, pons dan serebelar. Metode : Penelitian ini merupakan studi deskriptif dengan data primer yang didapatkan dari rekam medis Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo.
Populasi pada penelitian ini adalah semua penderita perdarahan intraserebral spontan yang dikonsulkan ke Departemen Bedah Saraf Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo ? Fakultas Kedokteran Univesitas Indonesia selama periode Januari 2013 sampai dengan Agustus 2014. Sampel penelitian dipilih dengan cara consecutive sampling sesuai dengan jumlah penderita perdarahan intraserebral spontan yang ditangani. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah pasien dengan perdarahan intraserebral spontan yang dibuktikan dengan pemeriksaan penunjang CT scan kepala dan ditangani Departemen Bedah Saraf FKUI-RSUPN Cipto Mangunkusumo, selama periode Januari 2013 sampai dengan Agustus 2014. Sedangkan sebagai kriteria eksklusi adalah pasien dengan data rekam medik yang tidak lengkap.
Hasil : Untuk hasil penelitian, didapatkan jumlah kasus pada laki-laki sebanyak 29 orang (63%), perempuan sebanyak 17 orang (37%). Data sebaran lokasi perdarahan didapat yaitu pada ganglia basal sebanyak 19 orang (41,3%), lobar sebanyak 21 orang (45,7%), talamus sebanyak 5 orang (10,9%) dan serebelum sebanyak 1 orang (2,1%).
Dari analisis bivariat didapatkan hubungan antara tindakan operatif dengan lama perawatan pasien (length of stay) (p=0,012). Namun tidak didapatkan hubungan antara tindakan operatif dengan nilai glasgow outcome scale (p=0,708) dan luaran mortalitas (p=0,472). Hasil berikutnya adalah tidak didapatkan adanya hubungan antara onset perdarahan intraserebral (p=0,09) dan hipertensi (p=1,00) dengan luaran mortalitas. Didapatkan hubungan antara tingkat kesadaran pada saat masuk (GCS) dengan luaran mortalitas pasien perdarahan intraserebral (p=0,013). Jika dilihat dari lokasi perdarahan, maka pada penelitian ini tidak didapatkan hubungan antara lokasi perdarahan intraserebral dengan luaran mortalitas (p=0,370). Kesimpulan : Disimpulkan bahwa PISS ditemukan lebih banyak pada pria yang berusia lanjut (usia 40-60 tahun) dengan lokasi tersering di ganglia basal. Adapun faktor yang berperan pada luaran PISS (mortalitas) pada penelitian ini adalah nilai GCS awal. Semakin tinggi GCS awal pasien saat datang maka semakin tinggi pula kemungkinan hidup pasien PISS. Sedangkan faktor lainnya seperti hipertensi dalam penelitian ini, bukanlah merupakan faktor yang berperan terhadap luaran mortalitas PISS. Dengan dilakukannya tindakan operatif maka lama perawatan pasien (length of stay) akan lebih, dan tindakan operatif sendiri tidak mempengaruhi Glasgow Outcome Scale (GOS) dibanding dengan yang tidak dioperasi.;Latar Belakang : Perdarahan intraserebral spontan (PISS) menyumbang 10-15% kasus stroke dan memiliki tingkat mortalitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan stroke iskemik ataupun perdarahan subaraknoid. Penyebab PISS ini dalam 70-80% kasus adalah hipertensi atau serebral amiloid angiopati.
Dengan mortalitas yang mencapai 40-50% maka identifikasi faktor resiko yang dapat diperbaiki sangatlah penting. Hipertensi merupakan salah satu faktor resiko tersebut dan diduga berperan besar sebagai salah satu penyebab PISS. Dengan kontrol tekanan darah yang baik maka resiko untuk terjadinya PISS dapat diturunkan. Pada pasien geriatri resiko ini dapat diturunkan sampai 50% apabila tekanan darah sistolik dapat terkontrol. Secara keseluruhan resiko relatif dari pasien dengan hipertensi dibandingkan pasien dengan tekanan darah normal adalah sebesar 3,9-13,3. Laki-laki diduga lebih sering mengalami PISS dibandingkan dengan wanita.
Evaluasi klinis dari PISS didasarkan atas pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang. Hasil pemeriksaan klinis ini bergantung pada lokasi dan volume hematom. Untuk pemeriksaan penunjang, Computed tomography (CT) scan merupakan salah satu sarana yang dapat dipergunakan untuk mendeteksi ada tidaknya perdarahan. Berdasarkan lokasinya, PISS dapat diklasifikasikan menjadi lobar, ganglia basal, talamik, pons dan serebelar. Metode : Penelitian ini merupakan studi deskriptif dengan data primer yang didapatkan dari rekam medis Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo.
Populasi pada penelitian ini adalah semua penderita perdarahan intraserebral spontan yang dikonsulkan ke Departemen Bedah Saraf Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo – Fakultas Kedokteran Univesitas Indonesia selama periode Januari 2013 sampai dengan Agustus 2014. Sampel penelitian dipilih dengan cara consecutive sampling sesuai dengan jumlah penderita perdarahan intraserebral spontan yang ditangani. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah pasien dengan perdarahan intraserebral spontan yang dibuktikan dengan pemeriksaan penunjang CT scan kepala dan ditangani Departemen Bedah Saraf FKUI-RSUPN Cipto Mangunkusumo, selama periode Januari 2013 sampai dengan Agustus 2014. Sedangkan sebagai kriteria eksklusi adalah pasien dengan data rekam medik yang tidak lengkap.
Hasil : Untuk hasil penelitian, didapatkan jumlah kasus pada laki-laki sebanyak 29 orang (63%), perempuan sebanyak 17 orang (37%). Data sebaran lokasi perdarahan didapat yaitu pada ganglia basal sebanyak 19 orang (41,3%), lobar sebanyak 21 orang (45,7%), talamus sebanyak 5 orang (10,9%) dan serebelum sebanyak 1 orang (2,1%).
Dari analisis bivariat didapatkan hubungan antara tindakan operatif dengan lama perawatan pasien (length of stay) (p=0,012). Namun tidak didapatkan hubungan antara tindakan operatif dengan nilai glasgow outcome scale (p=0,708) dan luaran mortalitas (p=0,472). Hasil berikutnya adalah tidak didapatkan adanya hubungan antara onset perdarahan intraserebral (p=0,09) dan hipertensi (p=1,00) dengan luaran mortalitas. Didapatkan hubungan antara tingkat kesadaran pada saat masuk (GCS) dengan luaran mortalitas pasien perdarahan intraserebral (p=0,013). Jika dilihat dari lokasi perdarahan, maka pada penelitian ini tidak didapatkan hubungan antara lokasi perdarahan intraserebral dengan luaran mortalitas (p=0,370). Kesimpulan : Disimpulkan bahwa PISS ditemukan lebih banyak pada pria yang berusia lanjut (usia 40-60 tahun) dengan lokasi tersering di ganglia basal. Adapun faktor yang berperan pada luaran PISS (mortalitas) pada penelitian ini adalah nilai GCS awal. Semakin tinggi GCS awal pasien saat datang maka semakin tinggi pula kemungkinan hidup pasien PISS. Sedangkan faktor lainnya seperti hipertensi dalam penelitian ini, bukanlah merupakan faktor yang berperan terhadap luaran mortalitas PISS. Dengan dilakukannya tindakan operatif maka lama perawatan pasien (length of stay) akan lebih, dan tindakan operatif sendiri tidak mempengaruhi Glasgow Outcome Scale (GOS) dibanding dengan yang tidak dioperasi., Latar Belakang : Perdarahan intraserebral spontan (PISS) menyumbang 10-15% kasus stroke dan memiliki tingkat mortalitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan stroke iskemik ataupun perdarahan subaraknoid. Penyebab PISS ini dalam 70-80% kasus adalah hipertensi atau serebral amiloid angiopati.
Dengan mortalitas yang mencapai 40-50% maka identifikasi faktor resiko yang dapat diperbaiki sangatlah penting. Hipertensi merupakan salah satu faktor resiko tersebut dan diduga berperan besar sebagai salah satu penyebab PISS. Dengan kontrol tekanan darah yang baik maka resiko untuk terjadinya PISS dapat diturunkan. Pada pasien geriatri resiko ini dapat diturunkan sampai 50% apabila tekanan darah sistolik dapat terkontrol. Secara keseluruhan resiko relatif dari pasien dengan hipertensi dibandingkan pasien dengan tekanan darah normal adalah sebesar 3,9-13,3. Laki-laki diduga lebih sering mengalami PISS dibandingkan dengan wanita.
Evaluasi klinis dari PISS didasarkan atas pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang. Hasil pemeriksaan klinis ini bergantung pada lokasi dan volume hematom. Untuk pemeriksaan penunjang, Computed tomography (CT) scan merupakan salah satu sarana yang dapat dipergunakan untuk mendeteksi ada tidaknya perdarahan. Berdasarkan lokasinya, PISS dapat diklasifikasikan menjadi lobar, ganglia basal, talamik, pons dan serebelar. Metode : Penelitian ini merupakan studi deskriptif dengan data primer yang didapatkan dari rekam medis Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo.
Populasi pada penelitian ini adalah semua penderita perdarahan intraserebral spontan yang dikonsulkan ke Departemen Bedah Saraf Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo – Fakultas Kedokteran Univesitas Indonesia selama periode Januari 2013 sampai dengan Agustus 2014. Sampel penelitian dipilih dengan cara consecutive sampling sesuai dengan jumlah penderita perdarahan intraserebral spontan yang ditangani. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah pasien dengan perdarahan intraserebral spontan yang dibuktikan dengan pemeriksaan penunjang CT scan kepala dan ditangani Departemen Bedah Saraf FKUI-RSUPN Cipto Mangunkusumo, selama periode Januari 2013 sampai dengan Agustus 2014. Sedangkan sebagai kriteria eksklusi adalah pasien dengan data rekam medik yang tidak lengkap.
Hasil : Untuk hasil penelitian, didapatkan jumlah kasus pada laki-laki sebanyak 29 orang (63%), perempuan sebanyak 17 orang (37%). Data sebaran lokasi perdarahan didapat yaitu pada ganglia basal sebanyak 19 orang (41,3%), lobar sebanyak 21 orang (45,7%), talamus sebanyak 5 orang (10,9%) dan serebelum sebanyak 1 orang (2,1%).
Dari analisis bivariat didapatkan hubungan antara tindakan operatif dengan lama perawatan pasien (length of stay) (p=0,012). Namun tidak didapatkan hubungan antara tindakan operatif dengan nilai glasgow outcome scale (p=0,708) dan luaran mortalitas (p=0,472). Hasil berikutnya adalah tidak didapatkan adanya hubungan antara onset perdarahan intraserebral (p=0,09) dan hipertensi (p=1,00) dengan luaran mortalitas. Didapatkan hubungan antara tingkat kesadaran pada saat masuk (GCS) dengan luaran mortalitas pasien perdarahan intraserebral (p=0,013). Jika dilihat dari lokasi perdarahan, maka pada penelitian ini tidak didapatkan hubungan antara lokasi perdarahan intraserebral dengan luaran mortalitas (p=0,370). Kesimpulan : Disimpulkan bahwa PISS ditemukan lebih banyak pada pria yang berusia lanjut (usia 40-60 tahun) dengan lokasi tersering di ganglia basal. Adapun faktor yang berperan pada luaran PISS (mortalitas) pada penelitian ini adalah nilai GCS awal. Semakin tinggi GCS awal pasien saat datang maka semakin tinggi pula kemungkinan hidup pasien PISS. Sedangkan faktor lainnya seperti hipertensi dalam penelitian ini, bukanlah merupakan faktor yang berperan terhadap luaran mortalitas PISS. Dengan dilakukannya tindakan operatif maka lama perawatan pasien (length of stay) akan lebih, dan tindakan operatif sendiri tidak mempengaruhi Glasgow Outcome Scale (GOS) dibanding dengan yang tidak dioperasi.]"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farid Nur Sany
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kakrakteristik campuran antara sumber kitosan yang diperoleh dari cangkang udang ?-kitosan dan tulang lunak cumi-cumi ?-kitosan dengan polyvinyl alcohol PVA terhadap aktivitas peneyerapan gelombang elektromagnetiknya. Sample disiapkan dengan variasi kadar kitosan sebesar 0.5, 1, 1.5 dan 2 wt untuk masing-masing sumber dan dicampur dengan 8 wt PVA. Campuran dicetak di dalam sebuah cawan petri melalui metode solution casting. Sample kemudian dikarakterisasi ketebalannya dengan alat coating thickness measurer, morfologi permukaan menggunakan SEM, struktur fasa menggunakan XRD, gugus fungsi dengan FTIR dan nilai reflection loss menggunakan alat Network Analyzer. Hasil yang diperoleh adalah ketebalan rata-rata yang diperoleh sebesar 338, 357, 391 dan 401 mikron dengan besaran prosentase intensitas transmitansi gugus hidroksil sebesar 89.9320, 90.3287, 91.1635 dan 91.3116 untuk ?-kitosan, serta ketebalan rata-rata sebesar 321, 334, 338 dan 377 mikron dan besaran prosentase intensitas transmitansi gugus hidroksil sebesar 89.6330, 91.2788, 91.2201 dan 91.3943 untuk untuk ? kitosan. Nilai pengujian reflection loss menunjukkan peningkatan kemampuan penyerapan seiring dengan peningkatan frekuensi gelombang elektromagnetik dengan nilai minimum dan maksimum sebesar -14.92dB dan -31.03dB untuk PVA dan ?-kitosan serta -15.48 dB dan -31.94 dB untuk PVA dan ? kitosan. Hasil ini menunjukkan bahwa kedua bahan ini memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai bahan anti radar.

ABSTRACT
This work aims at studying the elegtromagnetic wave absorption characterisitic of a chitosan obtained from shrimp shell and chitosan obtaind from squid pen mixed with polyvivnyl alcohol PVA . Samples were prepared with weight ratio of 0.5, 1, 1.5 and 2 wt from each chitosan source and homogenizely mixed with 8 wt of PVA. The solution mixture was casted into a petri dish and the result were characterized by using thickness measurer for its thickness, SEM for microstructure and surface morphology, XRD for phase indetification, FTIR for functional groups, and Network Analyzer to measure the reflection loss characteristics. The results showed an average thickness of 338, 357, 391 and 401 microns with transmittance intensity of 89.9320, 90.3287, 91.1635 and 91.3116 for chitosan and 321, 334, 338 and 377 microns with transmittance intensity of 89.6330, 91.2788, 91.2201 and 91.3943 for chitosan. The reflection loss measurement showed an increasing of absorption intensity with minimum and maximum value of 14.92 dB and 31.03dB for chitosan and 15.48 dB and 31.94 dB for ndash chitosan. These trends show that the materials have a potential to be further developed for anti radar capability."
2017
T47393
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Henik Saefulmilah
"Lama hari rawat (LHR) di RS adalah salah satu indikator efisiensi pemberian layanan kesehatan. Implementasi clinical pathway (CP) adalah rencana tatalaksana pasien berupa standarisasi langkah-langkah penanganan yang dikembangkan dengan tujuan mengurangi variasi pelayanan termasuk untuk mengontrol LHR di RS. RSPG sudah menerapkan CP dalam tatalaksana pasien rawat inap dengan TB Paru tetapi LHR pasien dengan TB Paru masih bervariasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan implementasi CP terhadap LHR  pada pasien rawat inap dengan TB Paru di RSPG. Penelitian ini berjenis kuantitatif dengan desain cross-sectional dan menggunakan data sekunder melalui telusur rekam medik (N= 456). Hasil menunjukkan rata-rata LHR adalah 6,13 dengan 54,8% pasien dengan LHR ≤ 5 hari. Kepatuhan implementasi baik 37,7%, proporsi LHR ≤5 hari pada CP baik 75,5% sedangkan pada CP tidak baik 42,3%. Implementasi CP berhubungan signifikan dengan LHR (P-value 0,0001), implementasi CP yang tidak baik memiliki risiko sebesar 4,91 kali lebih tinggi untuk terjadi LHR lebih lama dari standar (LHR > 5 hari) setelah dikontrol variabel kelas rawat dan tipe pasien. Implementasi CP, usia, pemeriksaan HIV dan penyakit DM berhubungan signifikan terhadap LHR setelah dikontrol variabel kelas rawat dan tipe pasien, variabel yang paling dominan mempengaruhi LHR adalah implementasi CP (OR 4,91).

Length of stay (LOS) is a key indicator of healthcare service efficiency. The implementation of clinical pathways (CP) is a standardized patient management plan designed to reduce service variations and control LOS. Despite the implementation of CP for inpatient management of pulmonary TB at RSPG, LOS for TB patients still varies. This study aims to analyze the relationship between CP implementation and LOS among inpatient pulmonary TB patients at RSPG. This study is quantitative with a cross-sectional design and used secondary data through medical record reviews (N=456). The result showed the average LOS was 6.13 days with 54.8% of patients with LOS ≤ 5 days. Good implementation compliance was 37.7%, the proportion of LOS ≤ 5 days with good CP compliance was 75.5%, while in poor CP compliance was 42.3%. CP implementation was significantly associated with LOS (P-value 0.0001), with poor CP implementation resulting in a 4.91 times higher risk of extended LOS after controlling for class of inpatient care and patient type. CP implementation, age, HIV testing, and diabetes mellitus are significantly associated with LOS after controlling for the variables class of inpatient care and patient type. The most dominant variable influencing LOS was the CP implementation (OR 4.91).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Satelit ALOS (Advanced Land Observing Satellite) yang telah berhasil diluncurkan pada tanggal 24 Januari 2006, mempunyai 5 misi utama yaitu 1) Kartografi, 2) Pengamatan Regional, 3) Pemantauan Bencana Alam, 4) Penelitian Sumber Daya Alam, 5) Pengembangan Teknologi. Untuk dapat mencapai misi utama ALOS, satelit diperlengkapi dengan tiga buah sensor penginderaan jauh dan subsistem pendukung misi. Tiga buah sensor tersebut terdiri dari dua buah sensor optik yaitu sensor PRISM (Panchromatic Remote Sensing Instrument for Stereo Mapping) dan sensor AVNIR-2 (Advanced Visible and Near Infrared Radiometer type-2), sebuah sensor gelombang mikro atau radar yaitu PALSAR (Phased Array type L-band Syntetic Aperture Radar). Makalah ini menguraikan karakteristik teknis satelit ALOS dan ketiga buah sensor, subsistem pendukung misi, karakteristik data citra ALOS, produk data ALOS, aplikasi data ALOS, serta analisis pemanfaatan data ALOS untuk bermacam aplikasi. Metode pelaksanaan kajian adalah dengan mempelajari literatur/informasi/data yang diperoleh dari operator satelit, media internet, hasil-hasil penelitian yang berkembang dewasa ini dan melakukan analisis."
620 DIR 2:2 (2007)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Ganesha Asturini
"ABSTRAK
Keberhasilan universal health coverage di Indonesia sangat ditentukan olehutilisasi sumber daya yang efisien di rumah sakit. Variasi biaya yang tinggi untukperawatan tertentu menunjukkan indikasi bahwa rumah sakit belum cukup efisien dalammemanfaatkan sumber dayanya untuk menyediakan pelayanan. Length of stay LOS adalah salah satu faktor penting penentu biaya yang banyak digunakan sebagai indikatorefisiensi rumah sakit dalam penggunaan sumber daya. LOS dan biaya perawatandipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang merupakan karakteristik pasien maupunfaktor terkait manajemen di rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasiseberapa besar hubungan antara karakteristik pasien dengan variasi LOS dan biayaperawatan,dan mengetahui gambaran penerapan clinical pathway sebagai upaya kendalimutu dan biaya pada pasien JKN rawat inap di RSUP Fatmawati dari tahun 2015 ndash;September 2017. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi usia, jumlah diagnosis,jumlah prosedur dan kelas rawat hanya dapat menjelaskan sedikit variasi LOS dan biayaperawatan R2

ABSTRACT
Title Analysis of Length of Stay and Cost Variation in Jaminan KesehatanNasional JKN Patients Case Study in 5 fFve Casemix MainGroups in Fatmawati General Hospital in 2015 2017Counsellor Kurnia Sari, SKM, MSEABSTRACTEfficient use of resources in hospitals will contribute to successfulimplementation of universal health coverage in Indonesia. Substantial variation inhospital costs for certain diagnosis or procedure is an indication of resource useinefficiency. Length of stay is a well accepted measure of resource utilization and a keydriver to hospital costs. Variation in LOS and costs can be influenced by patientdemographic and clinical factors that are outside a hospital rsquo s control, in the meanwhilethere are also factors within the control of a hospital. This research focuses on fiveCasemix Main Groups and aims to identify how patient characteristic factors contributeto variation in LOS and costs, and to investigate qualitatively the implementation ofClinical Pathway as a management approach to control LOS as well as hospital costs forJKN patients at RSUP Fatmawati, a class A teaching hospital in Jakarta, from 2015 toSeptember 2017. The result indicates that the variance in LOS and cost is notsignificantly correlated to patient rsquo s age, number of diagnoses, number of procedures androom types as independent variables. The hospital has numerous clinical pathways thathave not been optimally implemented yet for LOS and cost control. This researchprovides information for hospital management team to improve LOS performance byimplementing care planning, intensive case management and to use cost data foridentification of inefficiency of certain types of care.Keywords Length of stay LOS , costs, efficiency, clinical pathway, CMG"
2018
T49411
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiby Adhitya Prayoga
"

Sebagai dampak pembangunan Stasiun LRT Cibubur sudah dipatikan nantinya akan muncul pergerakan baru dari dan menuju titik stasiun LRT. Hal ini berdampak positif karena terdapat peningkatan pengguna transportasi umum. Namun hal tersebut juga berpotensi menimbulkan masalah baru yang disebabkan oleh volume calon penumpang yang meningkat. Penelitian ini bertujuan menganalisis pergerakan perjalan kaki dan beberapa skenario akses pejalan kaki dari atau menuju titik pusat Stasiun LRT ke fasilitas penunjang yang berada di sekitarnya, serta menemukan solusi terbaik untuk memperbaiki tingkat pelayanan. Model akses jalan stasiun dibuat menggunakan perangkat lunak PTV VISIM 11. Pengujian validasi dibutuhkan untuk menentukan model dapat diterima atau tidak dengan cara membandingkan hasil model dan kondisi aktual di lapangan. Analisa tingkat pelayanan (LOS) menggunakan HCM sebagai standar acuan.


As a result of the construction of the Cibubur LRT Station, new commuters will come from and towards to the LRT station point. This has a positive impact because there is an increase in users of public transportation. However, this also had to cause new problems caused by the increasing volume of prospective passengers. This thesis aims to analyze the movement of walking and several scenarios for pedestrian access from or to the LRT Station's central point to supporting facilities in around, and find the best solution to improve service levels. The station road access model are created using VISIM 11 PTV Software. Validation test is needed to determine whether the model is acceptable or not by comparing the results of the model and actual conditions in the field. Service level analysis (LOS) uses HCM as a reference standard.

 

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mieke Sari Nalurisa
"

Latar Belakang:Infeksi yang terjadi di rongga mulut dapat berasal dari odontogenik atau non-odonogenik.Penyebab terbesar infeksi yang melibatkan daerah kepala dan leher (90-95%) adalah berasal dari gigi. Dua hal yang menjadi penyebab utama terjadinya infeksi odontogenik yaitu lesi periapikal akibat nekrosis pulpa ataupun invasi bakteri ke jaringan periapikal, dan lesi periodontal disertai poket periodontal. Faktor-faktor predisposisi seperti pada pasien dengan kecanduan alkohol, kebiasaan merokok, Diabetes Mellitus yang tidak terkontrol, dan beberapa kondisi sistemik lainnya dilaporkan dapat meningkatkan resiko perawatan yang lebih lama.

Tujuan: Untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara tingkat keparahan infeksi odontogenik pasien, etiologi gigi penyebab infeksi odontogenik, pasien infeksi odontogenik disertai kondisi sistemik dan faktor predisposisidengan lama rawat inap di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

Material dan Metode: Rekam medis pasien infeksi odontogenik, Bedah Mulut dan Maksilofasial RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumoselama periode Januari 2014-Desember 2018 dikumpulkan dan didapatkan 87 orang. Setiap sampel diidentifikasi adanya pengaruh jenis kelamin, umur, tingkat keparahan infeksi odontogenik (Flynn Score), etiologi gigi penyebab, kondisi sistemik, faktor predisposisi (merokok) dengan lama rawat inap (LOS). Data diolah dengan uji Chi Square. Uji hipotesis korelatif dilakukan dengan Uji Fishers Exact.

Kesimpulan:Ditemukan hubungan yang bermakna antara tingkat keparahan infeksi odontogenik pasien menurut Flynn Scoredengan lama rawat inap(LOS)dengan nilai α = 0.014 (α < 0.05).Etiologi gigi penyebab dengan α = 0.038 (α < 0.05)dan umur denganα = 0.014 (α < 0.05) juga memberikan hasil yang signifikan yang menunjukkan adanya hubungan dengan lama rawat inap(LOS). Selain itu didapatkan kesimpulan bahwa infeksi odontogenik tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan jenis kelaminα = 0.945 (α > 0.05), kondisi sistemik α = 0.108 (α > 0.05), maupun faktor predisposisi (merokok) α = 0.237 (α > 0.05) dengan lama rawat inap(LOS).


Background : Infections that occur in the oral cavity are related from odontogenic or non-odonogenic. The most etiology of infection involving the head and neck area (90-95%) is from the teeth. The main causes of odontogenic infections are periapical lesions due to pulp necrosis or bacterial invasion of periapical tissue, and periodontal lesions with periodontal pockets. Predisposing factors such as in patients with alcoholism, smoking habits, uncontrolled diabetes mellitus, and several other systemic conditions are reported to increase the risk of longer treatment. Objective : To find out is there any effect between the severity of odontogenic infection, the etiology of the tooth causing odontogenic infection, the patient odontogenic infection related with systemic conditions and predisposing factors with length of stay (LOS) in RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta Materials dan Methods : Medical records of patients with odontogenic infections, Oral and Maxillofacial Surgery Dr. RSUPN Cipto Mangunkusumo during the period of January 2014-December 2018 was collected and obtained 87 people. Each sample identified the influence of sex, age, severity of odontogenic infections (Flynn Score), etiology of the causative teeth, systemic conditions, predisposing factors (smoking) with length of stay (LOS). Data was processed by Chi Square test. The correlative hypothesis test was carried out by the Fisher \s Exact Test. Conclusion : A significant correlation was found between the severity of odontogenic infection according to Flynn Score and Length of Stay (LOS) with a value of α = 0.014 (α <0.05). The etiology of the causative teeth with a value of α = 0.038 (α <0.05) and ages with a value α = 0.014 (α <0.05) also gives significant results which indicate an association with length of stay (LOS). In addition it was concluded that odontogenic infections did not have a significant relationship with sex α = 0.945 (α> 0.05), systemic conditions α = 0.108 (α> 0.05), and predisposing factors (smoking) α = 0.237 (α> 0.05) with length of stay (LOS).

"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>