Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 53 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tirta Saraswati
Abstrak :
Citra sebuah kota akan menentukan kredibilitas pemimpinnya. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus berstrategi dalam tindakan-tindakannya. Pemimpin kerap menggunakan disiplin arsitektur dalam kebijakannya karena arsitektur dengan wujudnya yang nyata dapat dengan mudah ditangkap oleh banyak masyarakat. Hal ini membuat pemimpin dapat memaparkan kredibilitasnya secara nyata sehingga mendapatkan legitimasi oleh masyarakatnya. Setelah pemimpin mendapatkan kepercayaan masyarakat, keberlangsungan aksi-aksinya akan didukung. Selain itu, kredibilitasnya yang dianggap sudah terbukti membuat pemimpin dapat melaksanakan aksi yang lebih besar untuk kotanya. Selain menggunakan teori Foucault mengenai kuasa, saya juga mengkaji teori Vale, Kusno, Ong, Roy, dan juga beberapa tulisan teoris yang sejalan sebagai dasar pemikiran. Saya melakukan analisis studi kasus dengan teori terhadap Kota Bandung (sebagai kota) dan Ridwan Kamil (sebagai pemimpin kota). Lalu, dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga hal yang menjadi sorotan utama yang saling berkaitan dalam aksi Kamil yaitu, legitimasi, visibilitas, dan worlding. Aksi-aksi yang dilakukan oleh Kamil ini menunjukkan usaha perwujudan kuasa yang dia miliki. Kamil menggunakan visibilitas dan provokasi dalam aksi-aksinya agar kuasanya menyentuh banyak orang sehingga mendapatkan legitimasi atas dirinya. Selain itu, Kamil juga mendapat dukungan atas aksi-aksinya oleh masyarakat dan pihak lainnya. Setelah mendapatkan legitimasi dari masyarakat dan mengatasnamakan kepentingan kota, Kamil dapat mencanangkan keinginannya terhadap Kota Bandung lebih lanjut dan lebih besar yaitu, worlding Kota Bandung. ......The image of a city would determine the credibility of its leader. Therefore, a leader must have some strategic actions. Leader often used architecture discipline in his policies because the physic of architecture that could be easily captured by many people. This made the leader could expose his credibility for real to gain legitimacy by the society. After the leader earned the trust of society, the continuation of his actions would be supported. Moreover, the perceived credibility had been proven to make a leader might exercise more action for the city. In addition of using Foucault's theory of power, I also examined the theory from Vale, Kusno, Ong, Roy, and some other theorists that line as the basic premise on this writing. I did a case study with a theoretical analysis of Kota Bandung (as the city) and Ridwan Kamil (as the city leader). Eventually, it can be concluded that there are three things that are the main focus of interrelated in Kamil actions; legitimacy, visibility, and worlding. The actions performed by Kamil showed the embodiment of the power that he had. Kamil used visibility and provocation on his acts, therefore his power would touch so many people that cause the promotion of his legitimacy. Moreover, Kamil received support for his actions by the public and other parties as well. After getting legitimacy from the people and on behalf of the interests of the city, Kamil could proclaimed his desire to Kota Bandung further and larger, i.e, worlding Bandung.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56366
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Boston, MA: Harvard Bussiness School Press, 1990
658.409 2 MAN
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nixon, Richard
New York: Warner Books, 1982
909.82 NIX l (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Penelitian ini berupaya menyelidiki ingatan sejarah Indonesia dan figur pemimpin pada etnis mayoritas pribumi Jawa dan etnis bukan pribumi Tionghoa. Di dalam proses sejarahnya, Indonesia telah membentuk konstruksi sosial atas dua perbedaan identitas (pribumi dan bukan pribumi) yang dapat menciptakan sentimen negatif pemimpin yang berbeda. Saat kebijakan berbau diskriminasi dicabut pasca tahun 2002, toleransi dan interaksi antar kelompok tersebut meningkat. Diduga interaksi itu turut mempengaruhi pola ingatan akan sejarah keindonesiaan dan figur pemimpin. Guna membuktikan argumen tersebut, etnis Jawa sebagai perwakilan identitas pribumi dan merupakan etnis mayoritas serta etnis Tionghoa sebagai kelompok bukan pribumi dijadikan sebagai subjek penelitian. Pertanyaan dalam bentuk asosiasi kata dan kuesioner dalam bentuk pertanyaan terbuka disebar pada 558 partisipan (Jawa= 61.5%, Tionghoa= 38.5%) berusia 15-40 tahun (M= 20.96%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa menurut etnis Tionghoa peristiwa sejarah 17 Agustus 1945 dan G 30 S sebagai peristiwa sejarah yang paling penting. Tiga tokoh yang paling diingat menurut kedua kelompok adalah Soekarno, Gus Dur, dan Soeharto yang menjelaskan representasi sosial akan figur pemimpin secara hegemonik ada pada sosok presiden. Di pihak lain, temuan mengenai ingatan sejarah menjelaskan bahwa tidak hanya peristiwa politik, namun peristiwa traumatik juga menjadi pusat ingatan sejarah dan figur pemimpin bagi etnis Tionghoa dan etnis Jawa
JIPSIUG 5:1 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ismail Khozen
Abstrak :
ABSTRACT
Pemuka agama memiliki kedudukan sosial yang penting dalam masyarakat Indonesia. Segala ucapan, perbuatan, dan tingkah laku mereka banyak dijadikan sebagai sumber keteladanan oleh masyarakat. Pemuka agama dianggap memiliki pemahaman keagamaan di atas rata-rata orang kebanyakan. Adanya perbedaan pendapat mengenai kebolehan pajak yang pada umumnya disebabkan oleh perbedaan penafsiran mengenai ada atau tidaknya kewajiban lain di samping zakat telah menimbulkan diskursus sehingga penting untuk diteliti. Untuk itu, penelitian ini mencari tahu persepsi di kalangan pemuka agama Islam mengenai kewajiban perpajakan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan termasuk penelitian cross-sectional. Data dikumpulkan dengan menyebarkan kuesioner kepada pemuka agama Islam di Kota Depok. Hasil penelitian ini menunjukkan pimpinan pesantren di Kota Depok memiliki persepsi positif atau setuju dengan kewajiban perpajakan yang berlaku.
ABSTRACT
Religious leaders have an important social status among Indonesian society. Their speech, deeds, and behavior are often referred to by society. Religious leaders are considered to have a religious understanding above the average people. But, the existence of differences of opinion about tax abilities that are generally caused by differences in interpretation of the presence or absence of other obligations in addition to zakat has led to become discourses which important to be examined. Therefore, this research finds out the perception among Islamic religious leaders about tax obligations. This study used a quantitative approach and included a cross sectional study. Data were collected by distributing questionnaires to Pesantren leaders in Depok City. The results of this study indicate that the pesantren leaders in Depok City has a positive perception or agree with the existing tax obligations.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cox, Danny
New York: McGraw-Hill, 2003
658.409 2 COX l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Zenger, John H.
New York: McGraw-Hill, 2003
658.409 2 ZEN t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sinek, Simon
New York: Portfolio/Penguin, 2009
658.409 2 SIN s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Asri Al-Jufri
Jakarta: Nias, 1993
920.02 ASR s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fernandez, Juan Antonio
Singapore: John Wiley & Sons (Asia), 2006
658.4 FER c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>