Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Giri Aji
"Lupu Eitematosus Sistemik adalah suatu penyakit autoimun yang melibatkan multi organ yang umumnya menyerang wanita dan bersifat kronik yang perjalanan penyakitnya ditandai dengan relaps dan remisi. Penelitian ini bertujuan mencari faktor risiko perburukan pasien lupus eritematosus sistemik dengan menganalisa beberapa variabel seperti usia, tingkat pendidikan, anemia, obat-obatan dihubungkan dengan perburukan yang diukur dengan skor Systemic Lupus Eythematosus Disease Activity Index. Selain itu, dilakukan juga peneltian deskritptif mengenai sebaran gen Human Leucocyte Antigen pada subpopulasi penelitian.
......Systemic Lupus Erythemattosus is an autoimmune disease which involved multi organs and have chronic course and mostly inflicted woman , the nature of the disease involved relaps and remission This research aim to find risk factor for worsening (flare) of SLE by analysing variables like age, education level, anemia, drugs associated to flare measured by Systemic lupus erythematosus disease activity index and we also conduct Human Leucocyte Antigen genotyping for subpopulation of the study."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bagus Anindito
"ABSTRAK
Latar Belakang:
Perkembangan dalam tatalaksana Lupus eritematosus sistemik (LES) telah meningkatkan
kesintasan pasien dengan LES. Kualitas hidup merupakan komponen evaluasi terapi LES dan
value based medicine. Salah satu kuesioner khusus untuk menilai kualitas hidup adalah
Lupus QoL. Saat ini di Indonesia belum ada kuesioner khusus penilaian kualitas hidup pada
pasien dengan LES. Penelitian ini bertujuan membuktikan Lupus QoL sahih dan andal dalam
menilai kualitas hidup pasien dengan LES di Indonesia.
Metode:
Penelitian ini merupakan studi potong lintang. Penelitian diawali dengan menerjemahkan
Lupus QoL ke dalam bahasa Indonesia kemudian diujicobakan pada 10 responden. Penelitian
kemudian dilanjutkan pada jumlah sampel yang lebih besar. Keandalan dievaluasi dengan
Intraclass Correlation Coefficient (ICC) pada tes dan tes ulang dan cronbach α pada
konsistensi internal. Kesahihan konstruksi dinilai dengan multi trait scaling analysis.
Kesahihan eksternal dinilai dengan menilai korelasi antara Short form 36 (SF36) dengan
Lupus QoL dan aktivitas penyakit.
Hasil:
Pengambilan data terhadap 65 pasien LES yang berobat di unit rawat jalan Ilmu Penyakit
Dalam RSCM selama bulan Oktober ? November 2015. Kesahihan eksternal Lupus QoL baik
dengan korelasi terhadap SF36 dengan r :0.38 ? 0.66 (p<0.05). Multi trait analysis scaling
menunjukkan korelasi yang baik antara nilai tiap domain dengan nilai total (r:0.46 ? 0.85)
dan antara skor tiap butir pertanyaan dan skor total domain (r:0.44 ? 0.93). Nilai ICC
(interval 7 hari) baik (ICC>0.7). Nilai cronbach α> 0.7 pada setiap domain. Korelasi Lupus
QoL terhadap aktivitas penyakit memiliki korelasi yang lemah dan tidak bermakna yang
sesuai dengan penelitian ? penelitian sebelumnya.
Simpulan:
Kuesioner Lupus QoL Indonesia sahih dan andal dalam menilai kualitas hidup pada pasien
dengan LES di Indonesia

ABSTRACT
Background:
The development in Systemic Lupus Erythematosus treatment has led into the increasment of survival.
Quality of life has become a component to evaluate therapy ini SLE and value based medicine. One
spesific questionnaire to asses quality of life is Lupus Quality of Life (Lupus QoL). Currently in
Indonesia there has not been spesific questionnaire to asses quality of life in SLE patients. This study
aims to prove that Lupus QoL is valid and reliable to asses the quality of life in SLE patients in
Indonesia.
Methods:
This study is cross sectional study. This study began with the translation the Lupus QoL into
indonesian language then tested in 10 respondents. After that,this study continued with a larger
sample size. The intraclass coefficient correlation was used to evaluate test and re test reliability, the
cronbach alpha was used to evaluate internal consistency. Construct validity evaluated using multi
trait scaling analysis and the extrenal validity evaluated using the correlation between domains in
short form 36 (SF 36) with Lupus QoL and with disease activity. Results:Data collection were done
on 65 SLE patients in Oktober ? November 2015 in RSCM. The external validity with SF 36 was good
with r:0.38-0.66(p<0.05). The construct validity is good with r > 0.4 (0.44 ? 0.93). The ICC value in
one week >0.7 and Cronbach α was >0.7 in each domain. The correlation with disease activity was
weak and consistent with another studies.
Conclusion:
Lupus QoL questionnaire is valid and reliable to asses quality of life in SLE patients in Indonesia."
2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Maula N. Gaharu
"ABSTRAK
Tujuan: Untuk menilai pemanjangan Iatensi Event-Related Potential P300 auditorik pada
penderita lupus eritematosus sistemik (LES) berdasarkan beberapa variabel seperti umur, durasi penggunaan steroid, aktifitas penyakit dan depresi.
Metode: Penelitian potong lintang pada populasi penderita LES yang terdaftar di Yayasan Lupus Indonesia dan berdomisili di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang and Bekasi (Jabodetabek) serta memenuhi kriteria inlusi.
Hasil: Didapatkan 55 penderita LES dan terutama perempuan kelompok usia 30-40 tahun (rerata 33,54 SD 8.41). Abnormalitas latensi P300 didapatkan pada 32 orang (58.2%) dan terdapat kemaknaan berdasarkan umur (p=0.000), aktifitas penyakit (p=0.015) dan fungsi kognitif (p=0.020). Kelompok usia muda dan derajat aktifitas penyakit pada analisa multivariat merupakan penentu abnormlitas latensi P300. Komponen gelombang lain seperti P200, N200 and P200 daiam batas normal baik latensi dan amplitudo.
Kesimpulan: P300 dapat digunakan untuk evaluasi aspek kognitif sebagai manifestasi sistim saraf pusat pada penderita LES."
2007
T21340
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jennifer Josephine
"Pasien Lupus Eritematosus Sistemik (LES) yang mengalami penyakit kronik membutuhkan edukasi yang tepat untuk meningkatkan kesiapan pasien menghadapi penyakitnya. Di era modern ini, edukasi melalui internet dan media sosial berperan penting. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan mengetahui penggunaan internet terkait lupus, kebutuhan materi edukasi, serta platform edukasi yang paling diminati pasien. Penelitian ini merupakan studi potong lintang pada pasien LES dewasa di RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta pada Juli-Agustus 2023. Responden mengisi kuesioner penggunaan internet terkait lupus dan preferensi platform edukasi, serta kuesioner Educational Needs Assessment Tool (ENAT) mengenai materi edukasi. Jumlah subjek yang terlibat adalah 65 orang perempuan dengan median (min-maks) usia 32 (19-56) tahun. Sebanyak 92,3% responden menggunakan internet dan media sosial untuk hal yang berkaitan dengan lupus. Domain ENAT yang menjadi prioritas materi edukasi pasien adalah pengetahuan tentang penyakit (skor 89%) dan manajemen perasaan (skor 85%). Sementara sumber edukasi utama yang diinginkan pasien adalah edukasi dari dokter/perawat secara langsung (87,7%), Instagram (55,4%), dan YouTube (55,4%). Pengetahuan tentang penyakit dan manajemen perasaan adalah materi edukasi yang paling dibutuhkan pasien LES dengan sumber edukasi utama adalah dokter/perawat secara langsung. Penggunaan internet untuk lupus yang tinggi menunjukkan tingginya peluang pemberian edukasi melalui internet, yang dapat dilakukan melalui Instagram dan YouTube.
......Patients with Systemic Lupus Erythematosus (SLE) who suffer from chronic illness, need tailored education to better manage their condition. As nowadays education through internet and social media contributes significantly. This study aims to assess internet usage related to lupus, educational needs, and education sources preferences among patients. This study is a cross-sectional study conducted on adult SLE patients at Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta, between July-August 2023. Respondents completed a set of questionnaires regarding their internet usage related to lupus, education platform preferences, and Educational Needs Assessment Tool (ENAT). Sixty-five female subjects participated, with a median (min-max) age of 32 (19-56) years. Respondents who used the internet and social media for lupus-related matters were 92.3%. The ENAT domains prioritized by patients were knowledge about the disease (score 89%) and emotional management (score 85%). The primary sources of education desired by patients were direct education from doctors/nurses (87.7%), Instagram (55.4%), and YouTube (55.4%). SLE patients expressed a strong need for knowledge about the disease and emotional management, with doctors/nurses as the preferred sources of education. The widespread use of the internet for lupus-related information indicates a great opportunity for providing education through online platforms, particularly through Instagram and YouTube."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vinandia Irvianita Poespitasari
"ABSTRAK
Lupus Eritematosus Sistemik (LES) merupakan penyakit sistemik yang ditandai dengan adanya autoantibodi terhadap antigen tubuh sendiri, serta menyebabkan kerusakan organ yang diperantarai oleh reaksi inflamasi. Infeksi merupakan salah satu penyebab kematian tersering pada LES. Meskipun sebagian besar infeksi disebabkan oleh kuman Gram negatif atau Gram positif, terdapat peningkatan insiden infeksi Mycobacterium tuberculosis pada LES yang juga meningkatkan mortalitas pasien. Artikel ini membahas mengenai sebuah kasus pasien dengan manifestasi LES yang berat disertai infeksi. Setelah dilakukan evaluasi, ditemukan adanya infeksi tuberkulosis pada sumsum tulang."
Jakarta: Bidang Penelitian dan Pengembangan Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
610 JPDI 5:2 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Silalahi, Henry Ratno Diono
"ABSTRAK
Latar Belakang : Penyakit kardiovaskular merupakan ancaman bagi pasien lupus eritematosus sistemik LES . Penilaian indeks massa tubuh IMT sebagai faktor risiko tradisional penyakit kardiovaskular bersifat tidak akurat akibat terjadinya kaheksia reumatoid pada pasien LES. Pengukuran persentase lemak viseral secara khusus diperkirakan dapat menggantikan IMT. Kekakuan arteri KA merupakan prediktor penyakit kardiovaskular dan penelitian yang ada membuktikan bahwa terjadi peningkatan kekakuan arteri pada pasien LES. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui korelasi antara persentase lemak viseral dengan kekakuan arteri pada pasien LES. Metode : Penelitian ini merupakan studi potong lintang pada pasien LES yang berobat di poliklinik Reumatologi/ Alergi-Imunologi RSCM dalam periode Maret-Mei 2016. Dilakukan pengukuran KA lokal dengan USG arteri karotis komunis menggunakan teknik rf-echotracking untuk mendapatkan nilai pulse wave velocity PWV serta penilaian persentase lemak viseral menggunakan Bioelectrical Impedance Analysis BIA - Karada Scan HBF-214.Hasil Penelitian : Sebanyak 56 pasien perempuan yang menderita LES diikutsertakan dalam penelitian ini. Rerata nilai KA PWV yaitu 7,23 1,40 m/detik yang termasuk dalam kategori kaku. Rerata persentase lemak viseral didapatkan 4,28 2,74 yang termasuk dalam kategori normal. Pada analisis bivariat tidak didapatkan korelasi persentase lemak viseral dengan KA, dengan nilai r = 0,101 p = 0,458 Kesimpulan : Tidak terdapat korelasi antara persentase lemak viseral dengan kekakuan arteri pada pasien LES yang memiliki persentase lemak viseral yang normal.

ABSTRACT
Background Cardiovascular disease is a threat for systemic lupus erythematosus SLE patients. Assessment of body mass index BMI as the traditional risk factor for cardiovascular disease is not accurate due to the occurrence of rheumatoid cachexia. The measurement of visceral fat percentage is expected to replace the assesment of BMI . Arterial stiffness AS is a predictor of cardiovascular disease and many studies have shown arterial stiffness in SLE patients. This study was aimed to find correlation between visceral fat percentage and arterial stiffness in SLE patients. Methods A cross sectional study was conducted at Cipto Mangunkusumo Hospital rheumatology allergy immunology outpatient clinic between March May 2016. Arterial stiffness was measured by carotid artery ultrasound using rf echotracking technic to get pulse wave velocity PWV value. Assessment of visceral fat percentage was measured by using bioelectrical impedance analysis BIA Karada Scan HBF 214 . Results 56 SLE female subjects met the inclusion criteria. Mean of PWV 7,23 1,40 m s, which was categorized in stiff artery. Mean of visceral fat percentage 4,28 2,74 , which was categorized in normal. In bivariate analysis we found no correlation between visceral fat percentage with arterial stiffness r 0,101 p 0,458 Conclusion There was no correlation between visceral fat percentage with arterial stiffness PWV in SLE patients with normal percentage of visceral fat. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T58667
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Nathania Lomento
"Lupus eritematosus sistemik (LES) meningkatkan risiko komplikasi kehamilan, dengan risiko kematian ibu meningkat 20 kali lipat. Maka, perencanaan dan pemantauan kehamilan yang ketat, dengan penggunaan kontrasepsi dan konseling kontrasepsi, harus dilakukan. Penelitian ini bertujuan meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan, sikap, perilaku pasien LES terhadap penggunaan dan konseling kontrasepsi. Studi dengan desain potong lintang ini merekrut perempuan usia 18 sampai 50 tahun yang terdiagnosis LES. Perempuan yang sudah melakukan sterilisasi, menopause, dan sedang hamil tidak dilibatkan dalam penelitian ini. Kuesioner yang digunakan disusun melalui proses wawancara elisitasi dan uji reliabilitas. Penelitian ini melibatkan 114 pasien LES dengan median (IQR) usia 30,5 (25; 38,25) tahun. Mayoritas subjek memiliki pengetahuan rendah terhadap penggunaan kontrasepsi (89,5%) dan konseling kontrasepsi (75,4%). Hanya 32% subjek yang aktif berhubungan seksual menggunakan kontrasepsi secara efektif dan pernah menerima konseling kontrasepsi. Pengetahuan penggunaan kontrasepsi berhubungan dengan pendidikan (p=0,007). Sikap penggunaan kontrasepsi (p=0,012) dan penggunaan kontrasepsi yang efektif (p=0,015) berhubungan dengan usia. Pengetahuan konseling kontrasepsi berhubungan dengan pendidikan (p=0,011) dan sosial ekonomi (p=0,014). Sikap konseling kontrasepsi berhubungan dengan usia (p=0,045) dan pengetahuan (p<0,001). Penerimaan konseling kontrasepsi berhubungan dengan riwayat kehamilan (p=0,04) dan pengetahuan (p=0,004). Usia berhubungan dengan perilaku penggunaan kontrasepsi. Riwayat kehamilan dan pengetahuan berhubungan dengan penerimaan konseling kontrasepsi.
......Systemic lupus erythematosus (SLE) increases the risk of pregnancy complications, with a 20-fold increase in maternal mortality. Therefore, strict pregnancy planning and monitoring, involving contraception use and contraceptive counseling, are necessary. This study aims to investigate factors associated with knowledge, attitudes, practices of SLE patients toward contraception use and contraceptive counseling. This cross-sectional study recruited women aged 18 to 50 diagnosed with SLE. Women who was sterile, reached menopause, or were currently pregnant were not included. The questionnaire used was developed through elicitation interviews and reliability testing. This study involved 114 patients with a median (IQR) age of 30.5 (25; 38.25) years. Most had low knowledge of contraception (89.5%) and contraceptive counseling (75.4%). Only 32% of sexually active individuals used contraception effectively and received counseling. Contraceptive knowledge showed association with education (p=0.007). Attitudes towards contraception (p=0.012) and effective contraception use (p=0.015) were associated with age. Contraceptive counseling knowledge was associated with education (p=0.011) and socioeconomic status (p=0.014). Attitudes towards contraceptive counseling were associated with age (p=0.045) and knowledge (p<0.001). Receipt of contraceptive counseling was associated with pregnancy history (p=0.04) and knowledge (p=0.004). Age is associated with effective contraception use, whereas pregnancy history and knowledge are associated with receipt of counseling. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kezia Berlian Kusuma
"Latar belakang. Lupus eritematosus sistemik (LES) dan artritis idiopatikjuvenil (AIJ) adalah penyakit reumatologi tersering pada anak. Penyakit ini memerlukan terapi dan tatalaksana yang cukup lama. Kualitas hidup adalah salah satu bagian penting dalam tatalaksana pasien anak dengan penyakit reumatologi. Hingga saat ini masih belum ada data kualitas hidup pasien remaja dengan penyakit reumatologi di Indonesia.
Tujuan. Mengetahui kualitas hidup remaja dengan penyakit reumatologi, hubungan kualitas hidup dengan aktivitas penyakit dan lama sakit.
Metode. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang pada pasien remaja di Poliklinik Alergi Imunologi Departemen Kesehatan Anak Rumah Sakit Cipto Mengunkusumo sesuai dengan kriteria inklusi. Penilaian kualitas hidup menggunakan kuesioner PedsQL-RM. Pengambilan data menggunakan kuesioener yang dibagikan secara daring.
Hasil. Didapatkan subyek pada penelitian ini 82 remaja dengan penyakit LES sebanyak 91,4% dan AIJ 8,6%. Sebanyak 65,9% pasien reumatologi memiliki kualitas hidup baik dengan 69,3% pasien LES memiliki kualitas hidup yang baik dan 47% memiliki aktivitas penyakit rendah-sedang. Sedangkan hanya 2/7 pasien AIJ memiliki kualitas hidup baik dan sebagian besar memiliki aktivitas penyakit tinggi (4/7 pasien). Tidak terbukti adanya hubungan antara aktivitas penyakit reumatologi terhadap kualitas hidup dari penilaian anak secara keseluruhan (p= 0,883). Aspek kekhawatiran dan komunikasi cukup rendah pada remaja dengan penyakit reumatologi. Durasi penyakit juga tidak memengaruhi kualitas hidup dari penilaian anak (p= 0,392).
Kesimpulan. Kualitas hidup remaja dengan penyakit reumatologi (LES dan AIJ) baik. Tidak ditemukan hubungan antara aktivitas dan lama penyakit terhadap kualitas hidup menggunakan kuesioner PedsQL-RM.
......Background. Systemic lupus erythematosus (SLE) and juvenile idiopathic arthritis (JIA) is the most reumatology diseases in children. These are chronic disease that needed prolonged treatment. Quality of life is the most important factor in treatment of rheumatology disease. Until now, there was no data of quality of life in rheumatology disease in adolescent in Indonesia.
Objectives: To assess the quality of life of adolescent with rheumatology disease and association with disease activity and duration.
Methods. A cross-sectional design was conducted on patients and parents/caregivers diagnosed SLE or JIA during August-November 2021 in Allergy and Immunology Policlinic Child Health Departement Cipto Mangunkusumo Hospital according to inclusion criteria. The quality of life were assess by PedsQL-RM questionnaire. Data were obtained from an online questionnaire.
Result. The subjects in this study were 82 adolescents with SLE is the most common in rheumatology disease (91.4%) and 8.6% were JIA. A total of 65.9% of rheumatology disease have a good quality of life that consist of 69.3% of SLE patients have a good quality of life and 47% have low-moderate disease activity. Meanwhile, only 2/7 of JIA patients have good quality of life and most of them have high disease activity (4/7 patients). There was no significant relationship between disease activity on quality of life from the overall assessment of children (p= 0.883). Worriness and communication aspects are quite low in adolescents with rheumatology disease. Illness duration did not affect the quality of life in children assessment (p= 0.392)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hasibuan, Sukry Asdar Putra
"[ABSTRAK
Pendahuluan. Sel punca mesenkimal (SPM) sangat menjanjikan dalam bidang rekayasa jaringan karena sifatnya yang multipoten, cepat berproliferasi, dan berkemampuan tinggi untuk beregenerasi. SPM sumsum tulang dapat menjadi terapi pilihan nekrosis avaskular (AVN) kaput femur yang banyak diderita oleh pasien lupus eritematosus sistemik (LES) pada masa sekarang ini. SPM sumsum tulang penderita LES mengalami gangguan fenotip, proliferasi, diferensiasi. Terapi SPM pada AVN kaput femur dapat menggunakan donor otologus yang dilaporkan memberikan hasil luaran yang baik dan keamanan yang signifikan. Oleh karena itu, diperlukan penelitian untuk mengetahui potensi, karakteristik, dan diferensiasi SPM sumsum tulang pasien LES yang dihubungkan dengan usia.
Metode. Penelitian ini adalah penelitian in vitro yang meneliti 4 subjek penderita LES di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta. Aspirat SPM sumsum tulang dilakukan isolasi, ekspansi dan diferensiasi. Analisis statistik menggunakan uji korelasi spearman untuk melihat hubungan usia pasien LES dengan waktu konfluensi, jumlah sel konfluens dan waktu diferensiasi osteogenik, kondrogenik, dan adipogenik.
Hasil dan Diskusi. Rerata jumlah sel konfluens adalah 7.44 x 105 ± 3.06 x 105 sel/ml, rerata waktu konfluens adalah 20.75 ± 4.99 hari, median waktu diferensiasi adipogenik yaitu 17.5 hari (rentang 14-21), waktu diferensiasi osteogenik dan kondrogenik yaitu 21 hari. Terdapat korelasi positif bermakna antara usia penderita LES dengan waktu konfluens SPM (p<0.001) dan korelasi negatif bermakna antara usia penderita LES dengan jumlah sel konfluens SPM (p<0.001).
Simpulan. SPM sumsum tulang krista iliaka penderita LES mampu diisolasi, berproliferasi dan berdiferensiasi. SPM sumsum tulang penderita LES memiliki waktu konfluens dan waktu diferensiasi yang lebih lama dan jumlah sel konfluens yang lebih sedikit.

ABSTRACT
Introduction. Mesenchymal stem cells (MSC) is very promising in the field of tissue engineering because it is multipotent, rapidly proliferate, and high ability to regenerate bone marrow. BM-MSC may be treatment of choice of avascular necrosis (AVN) of femoral head that affects many systemic lupus erythematosus (SLE) patients at the present time. BM-MSC of SLE patients has impairment in phenotype, proliferation, and differentiation. Mesenchymal stem cell therapy on femoral head AVN which use autologous donors are reported deliver good outcomes and safety. Therefore, research is needed to determine the potency, characteristics, and differentiation of BM-MSC in patients with SLE and related with age.
Methods. This study is in vitro study that examined four subjects as SLE patients in Cipto Mangunkusumo Hospital. BM-MSC of SLE patients is performed isolation, expansion and differentiation. Statistical analysis using pearson and spearman correlation test to see the correlation of age of SLE patients with confluence time, the number of confluence cells and differentiation time.
Result and Discussion. Mean of confluent cell numbers is 7.44 x 105 ± 3.06 x 105cells/ml, mean of confluent time is 20.75 ± 4.99 days, median of adipogenic differentiation time is 17.5 days (range 14-21), osteogenic and chondrogenic differentiation time is 21 days. There is a positive correlation between patient?s age with confluence time (p <0.001) and negative correlation with MSC confluence cell count (p <0.001).
Conclusion. BM-MSC form iliac crest in patients with SLE can be isolated, proliferated and differentiated. BM-MSC of SLE patients has longer confluence time and differentiation time and lower confluence cell count., Introduction. Mesenchymal stem cells (MSC) is very promising in the field of tissue engineering because it is multipotent, rapidly proliferate, and high ability to regenerate bone marrow. BM-MSC may be treatment of choice of avascular necrosis (AVN) of femoral head that affects many systemic lupus erythematosus (SLE) patients at the present time. BM-MSC of SLE patients has impairment in phenotype, proliferation, and differentiation. Mesenchymal stem cell therapy on femoral head AVN which use autologous donors are reported deliver good outcomes and safety. Therefore, research is needed to determine the potency, characteristics, and differentiation of BM-MSC in patients with SLE and related with age.
Methods. This study is in vitro study that examined four subjects as SLE patients in Cipto Mangunkusumo Hospital. BM-MSC of SLE patients is performed isolation, expansion and differentiation. Statistical analysis using pearson and spearman correlation test to see the correlation of age of SLE patients with confluence time, the number of confluence cells and differentiation time.
Result and Discussion. Mean of confluent cell numbers is 7.44 x 105 ± 3.06 x 105cells/ml, mean of confluent time is 20.75 ± 4.99 days, median of adipogenic differentiation time is 17.5 days (range 14-21), osteogenic and chondrogenic differentiation time is 21 days. There is a positive correlation between patient’s age with confluence time (p <0.001) and negative correlation with MSC confluence cell count (p <0.001).
Conclusion. BM-MSC form iliac crest in patients with SLE can be isolated, proliferated and differentiated. BM-MSC of SLE patients has longer confluence time and differentiation time and lower confluence cell count.]"
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hamid Faqih Umam
"Lupus Eritematosus Sistemik LES merupakan penyakit autoimun kronik yang ditandai dengan adanya autoantibodi yang menyerang antigen sendiri. Kasus LES setiap tahunnya mengalami peningkatan. LES pada anak berkontribusi sebesar 15-20 dari keseluruhan penderita. Penyakit ini dapat menyerang berbagai sistem organ. Komplikasi endokrinopati berupa gangguan pubertas yang cukup sering terjadi pada anak. Hingga saat ini belum ada penelitian mengenai gangguan pubertas pada anak LES di Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya amenore pada anak LES. Penelitian dilakukan menggunakan desain potong lintang pada pasien anak perempuan usia 11-18 tahun di Poliklinik Alergi dan Imunologi dan Poliklinik Endokrinologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Kiara. Terdapat 25 subjek yang diikutsertakan.
Hasil penelitian dilakukan analisis statistik menggunakan uji Chi-square dan uji Fisher. Prevalensi pubertas terlambat terjadi pada satu subjek 4 ; IK95 = -0,04-0,12 dan amenore terjadi pada dua belas subjek 48 ; IK95 = 0,27-0,69. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara amenore dengan durasi penyakit p=1,000; PR=1,05, aktivitas penyakit p=1,000; PR=0,86, durasi kortikosteroid p=0,673; PR=1,23, dan jenis terapi p=0,198; PR=0,55.
Hasil penelitian tidak bermakna karena besar sampel tidak memenuhi jumlah minimal. Dari hasil tersebut, belum dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara amenore terhadap durasi penyakit, aktivitas penyakit, durasi kortikosteroid, dan jenis terapi.
......
Systemic Lupus Erythematosus SLE is a chronic autoimmune disease characterized by autoantibodies that attack self antigen. The case of SLE each year has increased. SLE in children contributes 15 20 of all patients. This disease can attack various organ systems. Complications of endocrinopathy in the form of pubertal disorders are quite common in children. Until now, there has been no research on pubertal disorders in children with SLE in Indonesia.
This study aims to determine the prevalence and associated factors of amenorrhea in children with SLE. This study was a cross sectional study in girls aged 11 18 years at Allergy and Immunology Polyclinic and Endocrinology Polyclinic of Cipto Mangunkusumo Kiara Hospital. There are 25 subjects included.
The result of the research was statistical analysis using Chi square test and Fisher test. The prevalence of delayed puberty occurs in one subject 4 IK95 0,04 0,12 and amenorrhea occurs in twelve subjects 48 IK95 0,27 0,69. There was no significant association between amenorrhea with disease duration p 1,000 PR 1,05, disease activity p 1,000 PR 0,86, corticosteroid duration p 0,673 PR 1,23, and type of therapy p 0,198 PR 0,55.
The results were not significant because the sample size did not meet the minimum amount. From these results, it can not be concluded yet that there is no association between delayed puberty and amenorrhea with disease duration, disease activity, corticosteroid duration, and type of therapy."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>