Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Mohd. Zain bin Junoh
Abstrak :
Keadaan huru-hara dalam negeri yang disebabkan oleh pemberontakan komunis Tanah Melayu berlangsung begitu panjang dalam pemberontakan di Malaysia. Namun hal ini sepertinya tidak menjadi penghalang bagi Tanah Melayu untuk mencapai kemerdekaan. Penulis melalui skripsi ini mencoba mengungkapkan beberapa hal menarik yang terjadi sepanjang zaman darurat. Penulis memulai tulisan ini dari masuknya ideologi komunis ke Tanah Melayu. Di sini penulis melihat sangat besar pengaruh tokoh-tokoh komunis dari Indonesia, pada peringkat awal sehingga PKM dibentuk. Adanya penglibatan orang Melayu dalam PKM, sangat digalakkan oleh komunis. Komunis meresapi ideologinya melalui beberapa partai politik kiri, penerbitan surat kabar, dan penyusupan dalam organisasi buruh. Namun harus disadari orang Melayu yang terlibat dengan komunis sangatlah sedikit. Hal ini disebabkana oleh adanya ikatan taat, setia, serta patuh pada adat istiadat Melayu yang masih kental. Kedudukan agama Islam dari segi hukum dan pandangan masyarakat cukup jelas dimana orang Melayu dan agama Islam tidak dapat dipisahkan. Pendudukan Jepang di Tanah Melayu dapat dianggap sebagai masa transisi yang banyak menguntungkan posisi PKM. Penulis juga melihat struktur organisasi PKM sebagai partai yang bersifat internasional. Strategi PKM tidak pernah berubah, yaitu berusaha membentuk sebuah negara Republik Tanah Melayu yang berideologi komunis. Namun taktik perjuangan bisa berubah-ubah menurut situasi perkembangan zaman. Penulis melihat adanya beberapa sebab yang saling berkait yang membawa kepada tercetusnya sebuah pemberontakan. PKM berusaha merebut kekuasaan dengan apa Cara sekalipun samada lewat konstitusi, partai politik maupun perlawanan bersenjata. Namun begitu aksi-aksi kekejaman komunis dengan sendirinya menjatuhkan citra komunis di mata masyarakat dan tidak sedikit rakyat yang menderita. Secara tidak langsung zaman darurat memperlihatkan adanya pertentangan etnik Melayu dan Cina. PKM didominasi oleh etnik Cina, sedangkan tentara, polisi dan sukarelawan didominasi oleh etnik Melayu. Di satu pihak kampung-kampug Baru yang banyak dihuni oleh etnik Cina, dimajukan, sedangkan kampung-kampung lama yang kebanyakan' dihuni oleh orang Melayu tetap mundur dan tidak diperhatikan. Semasa darurat soal kewarganegaraan etnik Cina semakin longgar. Dengan ini sepanjang masa darurat etnik Cina banyak diuntungkan, sedangkan di sisi lain mayoritas mereka adalah komunis. Orang Melayu yang merasa sebagai pewaris yang sah bagi tanah airnya-Tanah Melayu-tidak mendapat tempat yang selayaknya walaupun mereka hebat berjuang menentang komunis. Penulis mencoba menonjolkan peran rakyat dan dukungannya yang besar, dengan tidak mengesampingkan langkah-_langkah kolonial Inggris dalam menggagalkan pemberontakan komunis. Selanjutnya masa darurat tetap memakan banyak korban dan biaya keuangan sehingga sempat memacetkan ekonomi Tanah Melayu waktu itu.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S12440
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
R. Valentino Welly L.
Abstrak :
Skripsi ini membahas tentang upaya yang dilakukan oleh Partai Komunis Malaya dengan memobilisasi massa yang terdiri dari para buruh dan pelajar Singapura dalam kerusuhan tahun 1954 - 1956. Dalam melakukan upaya mobilisasi massa ini PKM berupaya membuka hubungan dengan rakyat. Upaya ini dilakukan dengan membentuk berbagai macam organisasi massa seperti organisasi buruh, pelajar, wanita, petani, dan lain-lain. Di dalam organisasi ini nantinya para massa kemudian diindoktrinasi oleh PKM dengan ajaran-ajaran kornunisme seperti Marxisme, Leninisme, Maoisme, dan lain-lain sehingga nantinya mereka menjadi bagian panting dari PKM Akan tetapi selama periode 1954 - 1956, organisasi massa yang berperan panting untuk memobilisasi massa ini adalah organisasi pelajar dan organisasi buruh. Upaya mobilisasi massa ini dilakukan oleh PKM agar supaya mendapatkan dukungan massa, dan menggunakan massa ini sebagai alat perjuangan untuk menggoyang kekuasan serta merebut kekuasaan dari tangan kolonial Inggris yang masih bercokol di Singapura pada tahun 1950-an. Mobilisasi massa ini dilakukan dalam tiga kerusuhan dalam jangka waktu tiga tahun, yaitu: Kerusuhan Wanti Wajib Militer tahun 1954, Kerusuhan Hock Lee tahun 1955, dan Kerusuhan Oktober 1956.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S12559
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library