Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 26 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Suharsono
"Penelitian ini berangkat dari fenomena tindakan pelanggaran yang
seakan-akan dianggap sebagai tindakan yang ?wajar". Berbagai tindakan
pelanggaran ada kesan tidak dinilai sebagai tindakan yang buruk, tercela, tidak pantas, tidak terpuji dan melanggar moral. Dari sisi pelaku, mereika tidak merasa malu dan bersalah dengan tindakan pelanggaran yang dilakukan.
Rasa malu dan bersalah adalah emosi moral, emosi kesadaran diri, dan
emosi sosial. Kedua emosi malu dan bersalah berkaitan erat dengan sistem niiai dan norma yang hidup, diyakini, ditekankan, dan diidealkan dalam suatu kelompok sosiai tertentu. Proses munculnya kedua emosi malu dan bersalah
terjadi dalam konteks sosial dan berawal ketika individu terlibat dalam suatu episode. Dalam episode tersebut, Individu melakukan proses appraisal terhadap
kepentingan personal yang hendak diwujudkan. Proses appraisal berkaitan denganupaya individu mendapatkan makna personal, yakni menyesuaikan diri terhadap lingkungan sosiol culturalnya
Subyek yang terlibat dalam peneiitian ini adalah 10 dosen Fakultas
Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang dan berlatarbelakang etnis Jawa. Latar belangkang etnis Jawa sengaja diambil karena jumlah mereka yang paling besar dibandingkan etnis lain yang ada di Indonesia. Orang-orang Jawa
tersebar dan mendiami di berbagai wilayah Indonesia, yakni dari Sabang sampai Merauke. Sebagai suku yang besar dan tinggal di berbagai wilayah, muncul gejala bahwa kebudayaan Jawa dijadikan acuan perilaku sebagian besar masyarakat
Indonesia, seperti "ewuh-pakewuh", "sungkan?, tidak berani bertenisterang dalam berbicara, dan lain-lain.
Penelitian ini menggunakan metodc fenomenologi, yakni berangkat dari
pengalaman langsung yang pernah dialami subyek berkaitan dengan berbagai episode yang dinilai dan dievaluasi memicu malu dan bersalah. Pengalaman-ecngalaman personal malu dan bersalah diperoleh melalui wawancara terbuka dan mendalam. Tujuan wawancara adalah memperoleh gambaran mengenai episode
malu dan bersalah Episode yang dinilai memicu rasa malu dan bersalah dianalisis untuk mengidentifikasi tema episode. Tema episode adalah ini kejadian yang dinilai dan dievaluasi memicu rasa malu dan bersalah. Rasa malu dan bersalah
yang dialami dideskripsikan melalui pengalaman fenomenologis atau perasaan subyektif kecenderungan tindakan, respons fisik, dan karateristik audience.
Interpretasi dilakukan untuk mengidentifikasi standar diri ideal dan standar moral perilaku yang diyakini. Interpretasi dilakukan dengan berdasarkan pada sistem nilai dan norma budaya Jawa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua emosi malu dan bersalah
masih tetap dialami oleh individu-individu yang berlatarbelangkang etnis Jawa (khususnya beberapa dosen Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata Semarang yang ikut berpartisipasi dalam penelitian ini). Kedua emosi malu dan bersalah
masih tetap berfungsi dan memainkan peran penting dalam kehidupan individu.
Episode yang dinilai dan dievaluasi penuh dengan muatan emosi malu dan
bersalah adalah suatu episode yang didalamnya individu berkepentingan menjaga dan mempertahankan suasana rukun dan saling menghormati. Jadi emosi malu dan bersalah dialami ketika dalam suatu interaksi sosial, seseorang gagal menampilkan diri dan melakukan suatu tindakan yang tidak mengekspresikan
"prinsip rukun" dan ?prinsip hormat". Rukun adalah suatu situasi yang menuntut setiap individu bersikap dan bertindak sedemikian rupa schingga tidak sampai menimbulkan konflik. Homat adalah suatu tuntutan agar setiap individu dalam
berbicara dan membawa diri selalu menunjukkan sikap hormat dan menghargai orang lain, sesuai dengan derajad dan kedudukannya.
Pungsi dan peran panting yang dimainkan oleh emosi malu dan bersalah
adalah membantu individu mempertahankan standar diri ideal dan membantu dalam memberikan perhatian penuh terhadap standar moral perilaku Standar diri ideal dan standar moral perilaku yang diyakini adalah berorientasi pada status dan peran, mengedepankan tugas dan kewajiban. Ukuran keberhasilan dalam
menampilkan standar diri ideal dan melakukan tindakan sesuai dengan standar moral perilaku yang diyakini adalah terciptanya suasana kehidupan sosial yang selaras dan harmoni Jadi keselarasan sosial yang tercipta mengarah ke upaya mencegah konflik terbuka. Dengan kata lain, orientasi tindakan bukan kearah
prinsip-prinsip atau nilai-nilai moral, seperti; kejujuran, keadilan, kebenaran, dan lain sebagainya. Ini berarti, suatu tindakan itu meskipun disadari melanggar nilai moral, apabila mampu diatur sedemikian rupa sehingga tidak memicu konflik atau
keselaran masih terjaga, maka individu yang bersangkutan tidak akan merasa malu atau bersalah Dengan kata lain, tindakan pelanggaran tidak akan memicu rasa malu dan bersalah apabila orang lain juga melakukan tindakan yang sama."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
T38341
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raditya Brahmantyo Zoelkarnain
"ABSTRAK
Tingkah laku tidak jujur merupakan tingkah laku yang kerap ditemui dalam
kegiatan sehari-hari dan juga dalam situasi yang berbeda-beda. Tingkah laku
tidak jujur dapat menimbulkan berbagai kerugian yang cukup berarti, baik
kerugian yang berupa finansial ataupun kerugian yang bukan merupakan
kerugian finansial. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menyelidiki dampak
risiko eksplisit tertangkap terhadap tingkah laku tidak jujur dengan anticipated
shame, atau ekspektasi seseorang akan emosi shame yang akan ia rasakan
apabila melakukan tingkah laku tidak jujur, sebagai variabel moderator.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain 2 x 2 beetween-subjects
factorial design kepada 90 orang partisipan. Temuan yang diperoleh melalui
penelitian menunjukkan bahwa, risiko eksplisit tertangkap tidak secara
signifikan mempengaruhi tingkat tingkah laku tidak jujur F (1, 89) = 0,396, p =
0,531, anticipated shame tidak secara signifikan mempengaruhi tingkat tingkah
laku tidak jujur F (1, 89) = 0,396, p = 0,507, dan bahwa anticipated shame
tidak berperan sebagai moderating variable dalam hubungan antara risiko
eksplisit tertangkap dengan tingkah laku tidak jujur F (1, 89) = 0,02, p = 0,965.

ABSTRACT
Dishonest behaviors could be found in various situations in our daily lives and
could give rise to negative consequences, whether financially or not financially.
This study is conducted to explore the effect of explicit risk of getting caught
towards dishonest behaviors, with anticipated shame, someone?s expectation
about the shame they will experience should they decided to commit dishonest
behaviors, as moderating variable. This study uses 2 x 2 beetween-subjects
factorial research design, and is conducted with 90 participants. The results
shows that, explicit risk of getting caught does not significantly affect dishonest
behavior F (1, 89) = 0,396, p = 0,531, anticipated shame does not significantly
affect dishonest behavior F (1, 89) = 0,396, p = 0,507, and there are no
interaction effect of risk of getting caught and anticipated shame toward
dishonest behavior F (1, 89) = 0,02, p = 0,965."
2016
S62774
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosdiana Galuh Sartika
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan emosi malu dan emosi bersalah dengan ketidakjujuran akademis pada mahasiswa Universitas Indonesia. Pengukuran emosi malu dan emosi bersalah menggunakan Test of Self-Conscious Affect-3 (TOSCA-3) yang telah diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia. Sementara untuk pengukuran ketidakjujuran akademis menggunakan Academic Integrity Survey (AIS). Penelitian dilakukan dengan responden mahasiswa aktif S1 dan Program Vokasi Universitas Indonesia yang berusia 18-25 tahun.
Hasil menunjukkan bahwa emosi bersalah berkontribusi secara signifikan terhadap ketidakjujuran akademis (β=-0,201, p<0,05), sedangkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara emosi malu dengan ketidakjujuran akademis (β=-0,002, p<0,05). Adapun berdasarkan hasil penelitian, terdapat perbedaan yang signifikan antar kelompok dari karakteristik demografis jenis kelamin, fakultas, Indeks Prestasi Kumulatif (IPK), pekerjaan ibu, serta domisili asal dan domisili saat ini dengan ketidakjujuran akademis.

This study is conducted to find about the relationship of shame emotion and guilt emotion with academic dishonesty in college students at Universitas Indonesia. Measurement of shame and guilt is using Test of Self-Conscious Affect-3 (TOSCA-3), which has been adapted into Indonesian. As for the measurement of academic dishonesty is using the Academic Integrity Survey (AIS). This study was conducted with active college students of Bachelor Degree and Vocational Program in Universitas Indonesia from18-25 years old.
The results showed that guilt emotion are contributing significantly to academic dishonesty (β=-0,201, p<0,05), whereas no significant relationship between shame emotion with academic dishonesty (β=-0,002, p<0,05). As based on research results, there are significant differences between the groups of the demographic characteristics of gender, faculty major, grade point average (GPA), maternal employment, as well as the domicile of origin and current domicile with academic dishonesty.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S64729
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Khairil Hanan
"Perasaan malu yang dimiliki oleh seorang karyawan memiliki peranan penting pada perilaku mereka di tempat kerja. Rasa malu memiliki banyak makna ditinjau dari berbagai sisi sehingga tiap orang bisa memiliki persepsi yang berbeda dalam memaknainya. Penelitian ini melihat perbedaan persepsi tersebut dalam konteks multigenerasi, yakni Generasi Boomers, Generasi X, Generasi Y, dan Generasi Z. Penelitian ini menggunakan pendekatan content analysis dengan metode kualitatif untuk mendapatkan konteks yang lebih jelas dari 235 partisipan. Hasilnya, para karyawan mengasosiasikan malu dengan perbuatan negatif di tempat kerja. Mereka merasa tidak nyaman dengan perbuatan tersebut, dan ingin melakukan perbaikan diri agar hal tersebut tidak terulang.

Shame that is experienced by an employee has important role for their behavior at work. Shame has many meanings viewed from various sides so that each person can have a different perception in interpreting it. This study looks at these differences in perceptions in the context of multigenerational, namely the Boomers, Generation X, Generation Y, and Generation Z. This study uses a content analysis approach with qualitative methods to obtain a clearer context from 235 participants. As a result, employees associated shame with negative behavior at work. They feel uncomfortable with these actions, and want to make self-improvement so that this does not happen again."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiefrani
"ABSTRAK
Perlakuan ekstrak daun bayam duri (Amaranthus spinosus L.) dan daun putri malu (Mimosa pudica L.) kadar (1:10); (1:15); (1:20); (1:25); (1:30) bk/v; serta kontrol bertujuan mengetahui pengaruh optimum ekstrak terhadap perkecambahan dan pertumbuhan kecambah benih tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) var. Ratna. Percobaan dilakukan di Laboratorium Fisiologi Jurusan Biologi FMIPA UI Depok selama delapan hari, perlakuan di awal percobaan, menggunakan Rancangan Acak Lengkap (6 perlakuan dan 5 ulangan bagi setiap jenis ekstrak). Perlakuan ekstrak daun bayam duri menunjukkan prosentase perkecambahan 99% terdapat pada kontrol dan perlakuan kadar (1:30) bk/v; yang terendah (9%) kadar (1:10) bk/v. Panjang akar kecambah tertinggi (15,8 mm) terdapat pada kontrol; yang terendah (0,3 mm) kadar (1:10) bk/v. Panjang batang kecambah tertinggi (29,74 mm) terdapat pada kontrol; yang terendah (1,3 mm) kadar (1:10) bk/v. Berat basah kecambah tertinggi (18,01 mg) terdapat pada kontrol; yang terendah (6,16 mg) kadar (1:10) bk/v. Berat kering kecambah tertinggi (2,12 mg) terdapat pada perlakuan kadar (1:20) bk/v; yang terendah (2,01 mg) kadar (1:30) bk/v. Perlakuan ekstrak daun putri malu menunjukkan prosentase perkecambahan tertinggi (99%) terdapat pada kontrol dan perlakuan kadar (1:30) bk/v; yang terendah (64%) kadar (1:10) bk/v. Panjang akar kecambah tertinggi (4449 mm) terdapat pada perlakuan kadar (1:30) bk/v; yang terendah (2,23 mm) kadar (1:10) bk/v. Panjang batang kecambah tertinggi (95,15 mm) terdapat pada perlakuan kadar (1:30) bk/v; yang terendah (10,90 mm) kadar (1:10) bk/v. Berat basah kecambah tertinggi (47,25 mg) terdapat pada perlakuan kadar (1:30) bk/v, yang terendah (7,63 mg) kadar (1:10) bk/v. Berat kering kecambah tertinggi (2,20 mg) terdapat pada perlakuan kadar (1:15) bk/v; yang terendah (2,01 mg) terdapat pada kontrol. Uji Kruskal-Wallis menunjukkan ekstrak kedua macam tanaman tersebut berpengaruh terhadap prosentase perkecambahan, panjang akar, panjang batang, serta berat basah kecambah tomat tersebut, namun tidak berpengaruh terhadap berat kering. Uji Perbandingan Berganda menunjukkan pada data prosentase perkecambahan kedua macam ekstrak tersebut tidak terlalu berbeda nyata terhadap kontrol, berbeda nyata pada data panjang akar, panjang batang, dan berat basah kecambah tersebut, namun tidak berbeda nyata pada data berat kering kecambah."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Yani
"Perbuatan curang telah dimulai sejak jaman Cina kuno (Brickam dalam Klausmeier, 1985), dan perbuatan tersebut telah mengalami peningkatan selama 30 tahun terakhir (Schab dalam Anderman, Griesinger, & Westerfield, 1998). Peneliti sendiri pernah berdiskusi dengan beberapa orang teman bahwa perbuatan curang yang dilakukan oleh banyak mahasiswa dengan tanpa malu-malu. Para mahasiswa membentuk kolusi antara dua orang atau lebih untuk saling bekerja sama dalam ujian. Perbuatan curang yang dilakukan tanpa malu-malu tersebut, juga terkait dengan kondisi Indonesia saat ini yang sepertinya mengalami krisis dalam budaya malu. Banyak orang yang melakukan perbuatan yang menyimpang dari ketentuan umum yang berlaku tanpa disertai perasaan malu. Dalam perbuatan curang ini, masalahnya adalah perbuatan tersebut dilakukan oleh mahasiswa. Mahasiswa adalah orang-orang yang sebentar lagi akan terjun di masyarakat dalam berbagai bidang ilmu. Berkaitan dengan kondisi di atas, maka penelitian ini ingin mengetahui adakah rasa malu dan apakah makna rasa malu pada mahasiswa fakultas psikologi Universitas Indonesia yang melakukan perbuatan curang dalam ujian.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian studi kasus. Menurut Schramm (dalam Yin, 1989), metode penelitian studi kasus adalah usaha untuk menjelaskan bagaimana sebuah keputusan atau sehimpun keputusan diambil dan diterapkan serta apa yang menjadi hasil dari keputusan tersebut. Menurut Yin (1989), metode studi kasus merupakan strategi penelitian yang digunakan untuk mengeksplorasi suatu situasi. Data yang akan terkumpul melalui metode penelitian studi kasus ini nantinya akan berupa deskripsi tentang kejadian-kejadian (Raulin & Graziano, 1989). Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode wawancara. Wawancara adalah sebuah komunikasi antara dua orang atau dua pihak, dimana salah satu pihaknya mempunyai maksud dan tujuan tertentu yang melibatkan pemberian pertanyaan dan jawaban (Stewart & Cash, 1982). Metode pengumpulan data tersebut sesuai dengan penelitian ini yang ingin menitikberatkan pada dinamika internal individu, dalam hal ini adalah dinamika internal mengenai rasa malu pada mahasiswa yang melakukan perbuatan curang dalam ujian.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada rasa malu pada mahasiswa fakultas psikologi Universitas Indonesia yang melakukan perbuatan curang dalam ujian. Perbuatan curang dalam ujian akan membuat mahasiswa merasa malu dan menyesal, serta mengalami tuntutan untuk menghasilkan pencapaian yang positif. Rasa menyesal yang muncul setelah melakukan perbuatan curang dalam ujian akan membuat mahasiswa berkeinginan untuk belajar lebih giat lagi pada ujian berikutnya.' Namun, rasa menyesal, rasa malu, serta tuntutan untuk belajar lebih giat lagi tersebut hanya sesaat sifatnya. Keinginan mahasiswa untuk mendapatkan hasil ujian yang baik, membuat mahasiswa melakukan kembali perbuatan curang dalam ujian tersebut. Meskipun ada satu orang sampel (satu dari empat sampel yang digunakan dalam penelitian ini) yang benar-benar merasa menyesal dan bersalah.
Makna malu pada mahasiswa fakultas psikologi Universitas Indonesia yang melakukan perbuatan curang dalam ujian mengacu kepada harga diri dan peristiwa yang tidak menyenangkan. Dalam penelitian ini, sampel merasa malu ketika semua orang di kelasnya mengetahui perbuatan curang yang dilakukan oleh sampel. Namun, hasil dari penelitian ini tidak bisa digeneralisasikan, karena penelitian ini hanya menggunakan empat sampel yang tidak mewakili kelompok mahasiswa secara umum. Untuk itu, melalui penelitian ini peneliti menyarankan untuk penelitian lanjutan, yaitu dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan jumlah sampel yang lebifv besar, agar dapat dilakukan generalisasi terhadap data yang terkumpul."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S3185
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risky Adinda
"Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan adanya hubungan antara metakognisi moral dengan emosi malu dan emosi bersalah. Sampel penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Indonesia. Instrumen penelitian ini menggunakan Moral Metacognition Scale (McMahon & Good 2015) untuk mengukur variabel metakognisi moral, dan adaptasi TOSCA-3 dari Barlian (2013) untuk mengukur emosi malu dan emosi bersalah. Melalui penelitian ini, ditemukan bahwa metakognisi moral memiliki hubungan yang signifikan dengan emosi malu dan emosi bersalah. Kelebihan dan kekurangan penelitian serta saran untuk penelitian lanjutan dibahas dalam diskusi penelitian.

This research was conducted to prove the existence of a relationship between moral metacognition and shame and guilt emotions. The sample of this research is students of Universitas Indonesia. Instruments used in this research is the Moral Metacognition Scale (McMahon & Good, 2015) to measure moral metacognition, and the TOSCA-3 adaptation by Barlian (2013) to measure shame and guilt emotions. Through this research, it was found that moral metacognition is significantly correlated with both shame and guilt emotions. The strengths and weaknesses of this research, as well as recommendations for further research are discussed at the end of this report.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S63389
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Dyah Rachmawati
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara identitas moral dan emosi moral (emosi malu dan emosi bersalah). Emosi malu adalah perasaan negatif yang muncul saat kegagalan seseorang terekspos oleh publik sedangkan emosi bersalah adalah emosi negatif individu yang terasosiasi dengan perasaan personal karena telah melakukan kesalahan atau berperilaku buruk yang melanggar hati nuraninya (Cohen, dkk, 2011). Identitas moral adalah konsep diri seseorang yang memotivasi munculnya perilaku moral yang terdiri dari seperangkat sifat moral (Aquino & Reed II, 2002).
Penelitian dilakukan pada 1.353 mahasiswa (1.034 perempuan, 301 laki-laki; M = 20,15 tahun, SD = 1,50 tahun) di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Identitas moral diukur menggunakan Moral Identity Scale (Aquino & Reed II, 2002) sedangkan emosi malu dan emosi bersalah diukur menggunakan Guilt and Shame Proneness (Cohen, dkk, 2011).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa identitas moral memiliki korelasi prediktif positif yang signifikan terhadap emosi malu (β=0,167, p<0.01) dan emosi bersalah (β= 0,336, p<0,01). Dengan kata lain, identitas moral terbukti dapat berkontribusi sebagai prediktor dari emosi malu dan emosi bersalah. Penelitian selanjutnya diperlukan untuk membuktikan hubungan sebab-akibat pada variabel yang diteliti.

This study examined the relationship between moral identity and moral emotion (shame and guilt) in Indonesia. Shame is the negative feeling that arises when one?s failures and shortcomings are put on public display, while guilt is associated with a private sense of having done something wrong or having behaved in a way that violated one?s conscience (Cohen, et al, 2011). Moral identity is a self-conception organized around a set of moral trait (Aquino & Reed II, 2002).
The study was conducted on 1.335 students (1.034 females, 301 males; M = 20,15 years old, SD = 1,50 years old) in Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, and Bekasi. Moral identity is measured with Moral Identity Scale (Aquino & Reed II, 2002) whereas shame and guilt are measured with Guilt and Shame Proneness (Cohen, et al, 2011).
The result shows that moral identity has positive predictive correlation with shame (β= 0,167, p<0.01) and guilt (β= 0,336, p<0.01). In other words, moral identity has proven to be one of shame and guilt?s predictor. Future research is needed to provide evidence of the causal link in the observed variables.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S64287
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Rochmawati Minarno Putri
"Salah satu tujuan hidup manusia adalah mencapai kebahagiaan dan ketentraman. Berbagai cara dilakukan sebagai upaya untuk mewujudkannya. Riset ini membahas naskah klasik Jawa berjudul Serat Sandi Usada saha Serat Kamanungsan yang didalamnya memberikan pengetahuan kepada manusia untuk mencapai ketentraman hidup. Naskah ini ditulis menggunakan aksara Jawa dan bahasa Jawa pada tahun 1922 dan 1923. Tujuan penelitian ini menyajikan hakikat Serat Sandi Usada saha Serat Kamanungsan serta mengkaji ajaran moral mengenai ketentraman hidup yang terkandung di dalamnya. Pembahasan ajaran moral dalam teks ini diawali dengan membaca naskah melalui cara kerja filologi agar teks dapat dibaca oleh masyarakat luas. Proses analisis menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa naskah tersebut memuat ajaran untuk mencapai ketentraman. Kebahagiaan dan ketentraman dapat dicapai dengan meningkatkan kualitas diri dan kemampuan untuk menjalani kehidupan yang seimbang antara lahir dan batin. Dalam teks Serat Sandi Usada saha Serat Kamanungsan malu dan lapar merupakan cara untuk mencapai kebahagiaan dan ketentraman. Malu dan lapar adalah generator penggerak sistem laku kehidupan manusia.

Various ways are done to achieve the goals. This research discusses the classic Javanese manuscript entitled Serat Sandi Usada saha Serat Kamanungsan in which provides knowledge to humans to achieve peace of life. This manuscript was written using Javanese script and Javanese language in 1922 and 1923. The purpose of this study is to present the truth of Serat Sandi Usada saha Serat Kamanungsan and examine the moral teachings about the tranquility of life contained therein. Discussion of moral teachings in this text begins with reading the text through the work of philology so that the text can be read by the common people. Descriptive qualitative methods were used to analyze this book. Qualitative research are methods to explore and understand meaning ascribed to social or humanitarian problems. The results showed that the manuscript contains teachings to achieve peace. Happiness and peace can be achieved by increasing the quality of self and the ability to live a balanced life between body and mind. In the text of Serat Sandi Usada saha Serat Kamanungsan shame and hunger are ways to achieve happiness and peace. Shame and hunger are the generators that drive the behavior system of human life."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Shelvy Dwi Citra
"Penelitian mengenai uji daya antihelmintik ekstrak herba Mimosa pudica Linn. (putri malu) pada cacing Ascaris suum Goeze secara in vitro di Laboratorium Biologi Reproduksi dan Perkembangan Departemen Biologi FMIPA-UI, Depok telah dilakukan pada bulan Agustus 2005--Maret 2006. Penelitian bersifat eksperimental dengan 6 perlakuan yaitu KK- yaitu kelompok kontrol negatif, tanpa perlakuan; KK+ yaitu kelompok kontrol positif dengan pirantel pamoat konsentrasi 0,07% b/v; dan kelompok eksperimen (KE) dengan ekstrak herba M. pudica konsentrasi 0,2% b/v (KE1); 0,4% b/v (KE2); 0,6% b/v (KE3); dan 0,8% b/v (KE4). Setiap perlakuan terdiri dari 8 ulangan. Setiap ulangan berisi 4 ekor cacing Ascaris suum, terdiri dari 3 ekor betina dan 1 ekor jantan yang dimasukkan ke dalam medium racikan cairan usus buatan. Data rerata persentase kematian A. suum selama 24 jam menggambarkan KK+ menghasilkan rerata persentase kematian cacing tertinggi (100%), sedangkan KK- menghasilkan nilai rerata terendah (0%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa KE4 (konsentrasi 0,8% b/v) adalah kelompok eksperimen dengan rerata persentase kematian cacing tertinggi (81,25 ± 17,68%) dan berbeda nyata di antara KE (a = 0,05; P < 0,05). Hal tersebut membuktikan bahwa ekstrak herba M. pudica memiliki daya antihelmintik. Lethal concentration 50% (LC50) adalah 0,64% b/v."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
S31364
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>