Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kahlil Rowter
1987
S17809
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Paskalis Pudyastowo
Abstrak :
Penelitian ini menggunakan data panel tingkat perusahaan untuk mengidentifikasi bagaimana dampak dan mekanisme berlangsungnya pengaruh aglomerasi industri terhadap intensitas energi padda sektor manufaktur di 6 provinsi di Pulau Jawa. Model pada penelitian ini menggunakan metode regresi panel data fixed effect serta two-stage least squares dan data pada rentang waktu 2010-2019. Topik penelitian ini menjadi penting dikarenakan upaya konservasi energi perlu dilakukan sebagai bagian untuk menjaga pertumbuhan ekonomi nasional, berkontribusi menjaga ketahanan energi nasional, serta mendukung pertumbuhan manufaktur sebagai sektor andalan. Sektor manufaktur sebagai konsumen energi nasional terbesar kedua menjadi patut diperhatikan terlebih pertumbuhannya yang diprediksi akan pesat di masa yang akan datang dapat berdampak banyak terhadap konsumsi energi nasional. Penerapan konservasi energi dapat terjadi bersamaan dengan pertumbuhan pusat-pusat aglomerasi manufaktur baru seperti pembangunan KEK yang sedang masif. Penelitian ini menggunakan data mencakup provinsi di Pulau Jawa karena sektor manufaktur nasional yang relatif masih terpusat di Pulau Jawa. Hasil dalam penelitian ini adalah aglomerasi industri signifikan berdampak negatif terhadap intensitas energi baik secara langsung maupun melalui mekanisme kualitas sumber daya manusia dan investasi mesin dan bangunan pada sektor manufaktur terkait. ......This study uses company-level panel data to identify the impact and mechanism of the ongoing influence of industrial agglomeration on energy intensity in the manufacturing sector in 6 provinces in Java Island. The model in this study uses the panel data fixed effect and two-stage leasts quares method and data in the 2010- 2019 timeframe. This research topic is important because energy conservation efforts need to be carried out as part of maintaining national economic growth, contributing to maintaining national energy security, and supporting manufacturing growth as a promising sector. The manufacturing sector, as the second largest national energy consumer, deserves attention, especially since its growth is predicted to grow rapidly in the future, which can have a large impact on national energy consumption. The application of energy conservation can occur simultaneously with the growth of new manufacturing agglomeration centers such as the development of the SEZ which is currently massive. This study uses data covering provinces on the island of Java because the national manufacturing sector is still relatively concentrated on the island of Java. The results in this study are industrial agglomeration that has a significant negative impact on energy intensity, both directly and through the mechanism of human resource quality and machine and building investment in the related manufacturing sector.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Darmawansyah
Abstrak :
Yang melatar belakangi penelitian ini adalah berlangsungnya transisi demografi di Indonesia, dimana pertmnbuhan penduduk usia kenja begitu pesat dcngan tingkat pendidian angkatan kerja yang semakin membaik dari tahun ke tahun. Selain itu texjadi uansformasi stmktur ketenagakesjaan di Indonesia, angkatan kerja muda cendenmg untuk bekerja di sektor non pertanian, salah satunya adalah sektor industri manufaktur. Tesis ini bertujuan melakukan analisis terhadap upah tcnaga kexja muda sektor industri manufaktur di Indonesia selama kunm waktu tahun 2000 - 2007. Dengan menggunakan metode deskriptif dan inferensial. Hasil penelitian menemukan bahwa upah rata-rata uenaga kexja muda sektor industri manufaktur laki-laki dan perernpuan selama tahun 2000 - 2007 berada di atas rata-rata upah minimum provinsi. Namun demikian terdapat juga tenaga kerja muda selctor industri manuthktur yang bekenja dengan upah dibawah rata-rata upah minimum provinsi. Jikn upah rata-rata tenaga kerja muda industri manufaktur selama tahlm 2000 - 2007 dikonlrol dengan indeks harga konsumen tahun 2000 - 2007, terlihat bahwa sebenarnya trend upah tenaga kezja muda industri manufaktur selama tahun 2000 - 2007 seperti parabola tcrbalik, artinya upah rata-rata antara tahun 2000 - 2003 mengalami trend kenaikan dan antara tahun 2003 - 2007 upah rata-rata mengalami trend penurunan dengan puncak tertinggi upah rata-rata tcnaga kelja muda sektor industri manufaktur pada tahun 2003. Temuan lainnya adalah tingkat pendidikan tenaga kerja muda sektor industri manufaktnr benpengaruh paling signifakan terhadap upah, semakin tinggi tingkat pendidikan semakin tinggi pula upah yang diterima. Penelitian juga menemukan bahwa pelatihan dapat meningkatkan upah tenaga kenja muda sektor industri manufaktur. Penelitian ini menyarankan untuk meningkatkan upah tcnaga kerja muda sektor industri manufaktur dapat dilakukan meningkalkan kualitas angkatan kexja muda melalui pelatihan dan mengkondisikan agar penduduk usia muda lebih memilih melanjutkan bcrsekolah daripada masuk ke pasar kexja dengan pendidikan rendah. ......Demographic transition at Indonesia is one of the backgrounds of this research, where the number of productive age people is growth quickly and education level of labor forces progressively be better from year to year. Besides those phenomena, ttis' happen structure transformation of labor forces at Indonesia; the young laborjbrces prefer for works' in non-agricultural sector than agricultural sector, one of them ls industrial manufacturing secton. This thesis is intent to analyze the wage of young labor of industrial manufacturing sector in Indonesia in time jrame between 2000 - 2007, using descrnntive and inferential method. Result of this research is finding that average of wage qt' young labor of industrial tnamdacturing sector both male and female in time frame between 2000 - 2007 be on averagely province minimum wages. But there were some young labor of inchastrial manufacturing sector who work with wage under averagely province minimum wage. U average of wage of young labor Q' industrial manufacturing sector in time jrame year 2000 - 2007 controlled by year consumer price index year 2000 - 2007, visually that trend of wage mf young labor of industrial manzwlcturing sector in time frame year 2000 - 2007 is like an upending parabola, its mean that the trend of wages between year 2000 - 2003 is increase and otherwise between years 2003 - 2007 the trend of wages is decreases with the highest wage on year 2003. Other finding is education level of young labor of industrial manufacturing sector positive influential slgnylcantly to wage. Research also finds that training can Increase the wage of young labor of industrial manufacturing sector. This research suggests to increase young the wage of young labor of industrial manufacturing sector can be done by increasing the quality of young labor forces' through conducting training and creating the condition in order that the young people prefer to school than enter to labor market with low education level.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T34251
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Luhur Selo Baskoro
Abstrak :
ABSTRAK
This paper investigates the determinants of foreign direct investment (FDI) inflow, focusing on the effect of labor productivity in the Indonesian manufacturing sector. Indonesia has the advantage of abundant labor supply in attracting FDI to bring positive externalities to its economy. Based on this background, this paper is aimed to study and to improve FDI inflow through a random effect analysis of 19 manufacturing industries from 2001 to 2014. The empirical result shows that labor productivity, wages, and export have become significant factors that attract FDI. FDI inflow in this sector tends to target non-labor industries. For the labor-intensive industries, the primary strategy is to increase labor quality through improvement in education, training, internship program, and worker certification. Improving research and development climate, and maintaining the quality of labor through health and social protection regulation can attain improvement in non-labor intensive industries.
Jakarta: Faculty of Economic and Business UIN Syarif Hidayatullah, 2019
330 SFK 8:1 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Kanty Raviandra Permana
Abstrak :
The existing literature on international trade has largely discussed trade performances in value basis, but relatively put little notice on how firms decide to import and export simultaneously – the so-called two-way trader –  in a different time dimension. This paper examines the likelihood of firm trade status and characteristics to its trade status in the subsequent period with random-effects logit framework employing firm-level data of Indonesia Industrial Statistics in 2011 and 2015. Results show that previous importer is more likely to become a two-way trader, while previous exporter and two-way trader have more likelihood to maintain the same status. This research also found that the most productive and largest firm is more likely to be a two-way trader and firm owned by foreigners is more likely to be a two-way trader. Finally, a firm involved in electronics and textile & garments industry is more likely to become a two-way trader in the subsequent period. ......Literatur yang tersedia mengenai perdangangan internasional sebagian besar telah membahas performa perdagangan perusahaan, namun relatif kurang memperhatikan keputusan perusahaan untuk mengimpor dan mengekspor secara bersamaan – yang disebut pedagang dua arah – dalam dimensi waktu berbeda. Penelitian ini mengeksplorasi pengaruh status perdagangan dan karakteristik perusahaan terhadap kemungkinan status perdagangan perusahaan pada periode berikutnya dengan melakukan estimasi regresi metode random-effects logit menggunakan data tingkat perusahaan dari Statistik Industri Indonesia tahun 2011 dan 2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan berstatus importir memiliki kemungkinan lebih besar untuk menjadi pedagang dua arah, sedangkan eksportir dan pedagang dua arah memiliki kemungkinan lebih besar untuk mempertahankan status yang sama di periode selanjutnya. Penelitian ini juga menemukan bahwa perusahaan yang paling produktif dan terbesar adalah pedagang dua arah dan perusahaan milik asing cenderung berstatus pedagang dua arah. Terakhir, perusahaan yang terlibat dalam industri elektronik dan tekstil & pakaian mempunyai kecenderungan lebih besar untuk menjadi pedagang dua arah pada periode berikutnya.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia , 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Asher Utama
Abstrak :
Setelah melakukan internasionalisasi, perusahaan domestik dihadapkan oleh kompetisi yang lebih luas dan ketat. Keputusan perusahaan untuk melanjutkan kegiatan perdagangan internasional di masa depan dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan untuk beradaptasi di pasar internasional, yang diperoleh lewat pengalaman atau keputusan di masa lalu. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perilaku adaptasi tersebut lewat analisis hubungan dinamis status perdagangan, yakni analisis tentang bagaimana perdagangan internasional perusahaan di masa lalu dapat mempengaruhi keputusan perdagangan internasional perusahaan di masa kini. Menggunakan model multinomial probit dengan data Survei Industri Besar dan Sedang Manufaktur di Indonesia pada tahun 2012 s.d. 2015, penelitian ini menemukan bahwa perusahaan yang telah melakukan perdagangan internasional memiliki probabilitas untuk mempertahankan status perdagangannya di masa depan lewat transmisi produktivitas. Penelitian ini juga menemukan bahwa keberlanjutan dari kegiatan ekspor dapat berasal dari aktivitas impor di masa lalu. Terakhir, penelitian ini menemukan efek yang sama pada perusahaan klasifikasi UKM namun dengan intensitas yang lebih kecil. ......After being engaged with international market, domestic companies are faced with a wider market and tougher competition. Theoretically, the company's decision to continue the international trade activities is influenced by the company's ability to adapt in the international market through the increased of productivity, which is gained through experience or past international trading activities. This study aims to see how the trading status of the company in the past can influence the company's decisions in the present. Using data from the Survey of Large and Medium Manufacturing Industries in Indonesia in 2012 s.d. In 2015, this study found that the company's international trading activities stem from (1) increased resilience stemming from past international trading experiences and (2) company import activities that increase the company's ability to export. Furthermore, this study found the same effect on firms classified as SME but with a smaller coefficient.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalina Syaharani
Abstrak :
Tujuan utama penelitian ini adalah menganalisis dampak manajemen modal kerja terhadap kinerja perusahaan dan nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur terpilih di Indonesia dan Thailand. Data sekunder untuk penelitian berasal dari Bursa Efek Indonesia dan Bursa Efek Thailand. Database 216 perusahaan dipilih untuk periode sepuluh tahun dari 2008-2017. Penelitian ini mencakup analisis empiris untuk memeriksa apakah manajemen modal kerja yang lebih efisien meningkatkan profitabilitas perusahaan dan nilai perusahaan. Cash Conversion Cycle menjadi alat ukur untuk menghitung efisiensi manajemen modal kerja. Ada dua pengukuran kinerja dalam penelitian ini, Tobin's Q digunakan sebagai indikator nilai perusahaan, sementara itu, ROA (Return On Asset) digunakan sebagai indikator profitabilitas pada perusahaan manufaktur. Penelitian ini menggunakan data panel dan analisis regresi untuk menguji hipotesis. Hasil penelitian menunjukkan hal yang serupa bagi kedua negara bahwa terdapat pengaruh yang signifikan negatif antara Cash Conversion Cycle dengan profitabilitas perusahaan manufaktur baik di Indonesia maupun Thailand. Sementara itu, Cash Conversion Cycle terbukti tidak mempengaruhi nilai perusahaan baik itu di Indonesia maupun di Thailand.
The main objective of this research to provide an analyze of the impact of working capital management on firms performance and firms value in selected manufacturing firms in Indonesia and Thailand. The secondary data was derived from Indonesia Stock Exchange and Thailand Stock Exchange. Database of 216 companies is selected for the ten-year period from 2008-2017. The research includes an empirical analysis to examine if more efficient working capital management improves firms’ profitability and firms’ value. Cash conversion cycle is the measuring tools to calculate the efficiency of working capital management. There is two performance measurement in this study, Tobin’s Q used for examined market valuation, meanwhile, ROA (Return On Asset) used as represent profitability on manufacture firms. This study used panel data and regression analysis to test the hypothesis. The results of the study show similar things for both countries that there is a significant negative effect between cash conversion cycle and manufacturing firm’s profitability in Indonesia and Thailand. Meanwhile, the cash conversion cycle proved to have no significant effect on firms’ value both in Indonesia and in Thailand.
2019
T54625
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
England Rhys Can
Abstrak :
ABSTRAK
This research examines the validity of the export competitiveness determination pattern using supply side industrial variables as proposed by Petri 1988 for the Indonesian manufacturing sector case for the 14 years beginning 2001 and ended 2014. Using the RCA index as a proxy for competitiveness, the statistical validity of the intensities of unskilled labor, physical capital, scale, and technology were tested as determinants, alongside which the export competitiveness of two significant neighbors, Singapore and Malaysia was included. After strict selection, pooled, robust least squares was used, yielding results that showed unskilled labor intensity, scale intensity, and the Malaysian export competitiveness as positive determinants, while technological intensity and the Singaporean export competitiveness are negative determinants of Indonesia rsquo s export competitiveness.
ABSTRACT
Penelitian ini menelaah validitas pola penentuan daya saing ekspor menggunakan variabel industrial yang digunakan oleh Petri 1988 , untuk kasus sector manufaktur Indonesia dalam jangka waktu 14 tahun 2001 sampai dengan 2014. Dengan menggunakan indeks RCA sebagai variabel proxy untuk daya saing, validitas secara statistika daripada variabel intensitas tenaga kerja tidak terampil, modal fisik, skala usaha, dan teknologi diuji; juga diuji adalah faktor daya saing negara tetangga Singapura dan Malaysia. Setelah pengujian intensif, penggunaan pooled least squares dengan metoda robust regression digunakan. Hasil menunjukkan bahwa intensitas tenaga kerja tidak terampil, intensitas skala usaha, dan daya saing Malaysia merupakan determinan positif, sedangkan intensitas teknologi dan daya saing Singapura merupakan determinan negative dari daya saing ekspor Indonesia.
2017
S68242
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Robert Adhi Ruddyanto
Abstrak :
ABSTRAK
Studi ini mengikuti studi Verhoogen 2008 pada sektor manufaktur di Meksiko dimana perdagangan dan ketimpangan upah adalah variabel yang dijelaskan oleh heterogenitas perusahaan pada kemampuan wirausaha/entrepreneurial ability. Dengan kemampuan wirausaha yang lebih tinggi maka partisipasi perushaan di pasar ekspor dan ketimpangan upah juga lebih tinggi. Depresiasi/devaluasi mata uang membuat kenaikan pada partisipasi ekspor dan ketimpangan upah menjadi lebih tinggi dibandingkan saat periode normal, khususnya untuk perusahaan dengan kemampuan wirausaha yang tinggi. Analisis pada survey manufaktur tahun 1996 dan 2012 di Indonesia menunjukkan bahwa perusahaan yang lebih produktif/memiliki kemampuan wirausaha yang lebih tinggi cenderung lebih berorientasi pada ekspor, sert memiliki ketimpangan upah dan porsi pekerja kerah-putih yang lebih tinggi. Namun, analisis pada perubahan porsi ekspor dan ketimpangan upah pada masa depresiasi 1997-1998 dan 2013-2014 menunjukkan bahwa sektor manufaktur Indonesia tidak dapat menggunakan depresiasi tersebut untuk meningkatkan porsi ekspor. Meskipun kemampuan wirausaha dapat menjelaskan lebih tingginya perubahan pada ketimpangan upah pada kedua masa depresiasi dibandingkan periode normal, peningkatan kualitas dan perbaikan strategi tidak dapat disimpulkan sebagai penyebabnya. Hasil analisis pada model yang dimodifikasi dengan menambahkan variabel kontrol kepemilikan asing dummy dan porsi bahan baku impor/import share menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan asing cenderung lebih berorientasi pada ekspor dan memiliki ketimpangan upah yang lebih tinggi, sedangkan porsi ekspor berpengaruh pada porsi impor.
ABSTRACT
This study follows Verhoogen 2008 on Mexican manufacturing firms where trade and wage inequality are both the explained variables for firm heterogeneity in entrepreneurial ability. Higher entrepreneurial ability means higher participance in the export market and higher wage disparity. Currency depreciation devaluation adds to higher overtime increases in export participance and wage inequality as compared to the increases in lsquo normal rsquo periods, especially for firms with higher entrepreneurial ability. The analysis on Indonesian manufacturing survey of 1996 and 2012 shows that firms that are more productive has higher entrepreneurial ability are more export oriented, has higher wage disparity, and has higher proportion of white collar employees. However, the analysis on the changes in export and wage disparity during currency depreciation of 1997 1998 and 2013 2014 shows that firms are unable to utilise the depreciation to boost their export share. Although firm entrepreneurial ability can explain higher change in wage disparity during the two depreciation periods compared to lsquo normal rsquo periods, it is unclear whether quality enhancement or better strategies is the main driver behind it. The analysis on the modified model with foreign ownership dummy and import share share control variables shows that foreign owned plants are more export oriented and have higher.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fariz Raffandi Marzuki
Abstrak :
Studi ini memberikan dua analisis untuk mengukur determinan sektor manufaktur dalam perdagangan internasional serta menentukan posisi sektor manufaktur dalam transformasi structural dan urutan setiap negara. Pertama, penelitian ini mencoba melihat determinan ekspor sektor manufaktur dan mencoba mengurutkan partisipasi manufaktur ASEAN-6 dalam GVCs. Kedua, penelitian ini mencoba menganalisis variabel determinan partisipasi GVC melalui dua pendekatan, backward linkages dan forward linkages, serta mengestimasi posisi negara-negara ASEAN-6 saat ini pada tahapan transformasi struktural. Pada langkah pertama, penelitian ini menggunakan Variabel Least Square Dummy (LSDV) pendekatan untuk menangkap setiap partisipasi negara sekaligus dengan estimasi variabel determinan. Pada langkah kedua, penelitian ini menggunakan model random effect untuk mengestimasi variabel determinan untuk setiap backward linkages dan forward linkages antara negara-negara ASEAN-6. kami menemukan urutan tingkat partisipasi manufaktur ASEAN-6 di mana Vietnam memimpin, diikuti oleh Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Indonesia. Kami juga menemukan bahwa tahap transformasi struktural ASEAN-6 berada pada level manufaktur terbatas yang bergerak menuju manufaktur maju. Kami juga melakukan enam skenario berbeda untuk melihat dampak dari setiap variabel kualitas kelembagaan. Kami menemukan bahwa Pengawasan Korupsi, Penegakan Hukum, Suara dan Akuntabilitas yang lebih tinggi secara positif meningkatkan partisipasi sektor manufaktur forward linkages, sementara Efektivitas Pemerintah, Stabilitas Politik, Penegakan Hukum, Kualitas Regulasi, Suara dan Akuntabilitas secara positif merangsang partisipasi sektor manufaktur backward linkages. Oleh karena itu, penting bagi negara-negara ASEAN-6 untuk memperkuat kualitas kelembagaannya terutama dari sisi efektivitas birokrasi dan penegakan hukum agar dapat bersaing dan memaksimalkan manfaat keterbukaan perdagangan internasional ......This study provides two analysis to measure the determinant of manufacturing sector on international trade, also determine the position of the manufacturing sector in the structural transformation and sequencing of each country. First, this study tried to oversee the determinant of manufacturing sector export and tried to rank the ASEAN-6 manufacturing participation on GVCs. Second, this study tried to analyze the determinant variable of GVCs participation through two approach, backward and forward linkages, and also estimate ASEAN-6 countries’ current position on structural transformation stages in. On the first step, this study used Least Square Dummy Variable (LSDV) approach to capture each country participation at once with determinant variable estimation. On the second step, this study used random effect model to estimate determinant variable for each backward and forward linkages between ASEAN-6 countries. we found the ASEAN-6’s order of manufacturing participation level where Vietnam is leading, followed by Singapore, Malaysia, Thailand, the Philippines, and Indonesia. We also found that ASEAN-6’s structural transformation stage is on the level of limited manufacturing moving towards advanced manufacturing. We also did six different scenarios in order to capture the impact of each institutional quality variable. We found that higher Control of Corruption, Rule of Law, Voice and Accountability positively increase manufacturing forward linkages, while Government Effectiveness, Political Stability, Rule of Law, Regulatory Quality, Voice and Accountability positively stimulate manufacturing backward linkages. Hence, it is important for ASEAN-6 countries to strengthen their institutional quality especially from the bureaucracy effectiveness and law enforcement in order to compete and maximize the benefit of international trade openness.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>