Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hinchliffe, Alan
England: John Wiley & Sons, 2005
541.22 HIN m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Flowers, B. H.
London: John Wiley & Sons, 1970
541.2 FLO p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Barrow, Gordon M.
Tokyo: McGraw-Hill, 1962
539.12 BAR i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Florida: Academic Press , 1984
539.721 12 ELE
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Petrus Y.B M.Betan
"ABSTRAK
Tanaman Salam (Eugenia polyantha Wight) merupakan tanaman tingkat tinggi yang banyak tumbuh di Indonesia. Tanaman ini berasal dari Langkawi, Kelantan dan termasuk dalam famili Myrtaceae. Tanaman mi banyak manfaatnya antara lain sebagai penyedap masakan dan banyak digunakan sebagai obat tradisional untuk hipcrtensi, diabetes mcllitus. gangguan pcncemaan. dan lemah lambung.
Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan menentukan struktur molekul senyawa kimia daiam kulit batang tanaman Salam, Isolasi senyawa kimia ini dilakukan dengan cara perendaman dalarn pelatut metanol. Ekstrak metanol selanjutnya dipisahkan komponen kimianya dengan kolom kromatografi.
Kornponen hasil isolasi kemudian ditentukan struktur molekulnya dengan menggunakan spektrofotometer inframerah (IR) dan kromatografi gas - spektrometer massa (GC-MS).
Komponen hasil isolasi diduga merupakan senyawa ester 14-metil-metilpentadekanoat, 13-metil-metilpentadekanoat dan metilheksadekanoat dengan rumus molekul C17H34O2."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Syahrul Zain
"Sistem kuantum yang berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami dekoherensi kuantum yang merusak sifat-sifat kuantum. Untuk menguantifikasi dekoherensi state elektronik pada sistem molekul, dapat digunakan ekspansi density matrix dan aproksimasi crude Born-Oppenheimer untuk memperoleh evolusi puritas pada skala waktu pendek. Pada laporan ini, dipelajari dekoherensi sistem elektronik pada molekul untuk sembarang jumlah state karena interaksi dengan lingkungan nuklir. Untuk model lingkungan nuklir, digunakan model yang dikembangkan oleh Hu, Brian, & Sun (2021) berupa bath harmonik yang konsisten dengan energi reorganisasi (model MSH). Pada penelitian ini diformulasikan bentuk eksplisit skala waktu dekoherensi berdasarkan dinamika puritas pada skala waktu pendek dan model MSH sebagai lingkungan nuklir. Selain itu, dilakukan juga perhitungan puritas menggunakan metode hierarchical equation of motion sebagai komparasi. Sejalan dengan hasil penelitian Gu & Franco (2018) untuk dua dan tiga state, skala waktu dekoherensi elektronik untuk waktu pendek bergantung pada kontribusi dari tiga jenis fluktuasi operator nuklir yaitu energy gap permukaan energi potensial, kopling elektron-nuklir off-diagonal, dan interferensi keduanya. Pada kasus tanpa kopling off-diagonal, diperoleh dinamika puritas yang cukup sesuai dengan metode hierarhical equation of motion khususnya pada lingkungan dengan fungsi korelasi waktu yang konvergen dan waktu korelasi lingkungan yang panjang. Ketika kopling off-diagonal linier diperhitungkan, kompetisi antara ketiga jenis kontribusi dapat teramati. Selain itu, kopling off-diagonal linier menyebabkan jumlah state dapat memengaruhi ketahanan skala waktu dekoherensi terhadap perubahan fase relatif.

A quantum system interacting with its surrounding environment may undergo quantum decoherence that leads to destruction of quantum properties. In quantifying electronic state decoherence for molecular systems, a method based on density matrix expansion and crude Born-Oppenheimer approximation can be used to obtain short time purity dynamics. In this report, we study electronic decoherence dynamics in molecular system for arbitrary number of states due to electron-nuclear interaction. For the nuclear environtment, a multistate harmonic bath model (MSH model) developed by Hu, Brian, & Sun (2021) that comply with reorganization energies constrain was used. In this work we formulated a more explicit decoherence timescale expression based on short time purity dynamics and MSH model as nuclear environtment. For comparison purposes, calculation using hierarchical equation of motion method was also carried out. In accordance with the work of Gu & Franco (2018) for two and three states, we obtain that short time electronic decoherence timescale for system with abritrary number of state depends on contributions from three types of nuclear operator fluctuation: potential energy surface gap, off-diagonal electron-nuclear coupling, dan interference of both types. In absence of off-diagonal coupling, the obtained purity dynamics is in good agreement with hierarchical equation of motion method especially for the case of converging time correlation function and long environment correlation time. With the inclusion of linear off-diagonal coupling, competition between three types of contribution may be observed. We also obtain that the stability of decoherence timescale with respect to changes in relative phases of states may differ for different number of states. "
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pramono Sigit
"Latar Belakang: Kadar Soluble Vascular Cell Adhesion Molecule-1 (sVCAM-1) dan Soluble Intercellular Adhesion Molecule-1 (sICAM-1) diketahui meningkat pada pasien dengan stenosis mitral (SM). Namun, apakah kenaikan tersebut disebabkan oleh proses reumatik yang aktif ataukah karena pengaruh hemodinamik SM masih belum diketahui dengan jelas.
Tujuan: Meneliti pengaruh tingkat keparahan SM pada kadar sVCAM-1 dan sICAM-1
Metode: Penelitian ini berdesain potong lintang. Subjek penelitian dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok kontrol normal, kelompok pasien yang akan menjalani Komisurotomi Mitral Transvena Perkutan (kelompok pre KMTP), dan kelompok pasca KMTP ≥ 1 tahun. Dilakukan pemeriksaan kadar sVCAM-1 dan sICAM-1 pada ketiga kelompok tersebut, dan pemeriksaan ekokardiografi untuk menilai tingkat keparahan katup mitral (Mitral Valve Area (MVA) mean Mitral Valve Gradient (mMVG), Tricuspid Valve Gradient (TVG), mean Pulmonary Artery Pressure (mPAP) dan Left Atrial Volume Index (LAVI)) pada kelompok pre KMTP dan kelompok pasca KMTP ≥ 1 tahun.
Hasil: Didapatkan 23 orang kontrol normal, 26 pasien kelompok pre KMTP, dan 27 pasien kelompok pasca KMTP ≥ 1 tahun.. Kadar sVCAM-1 dan sICAM-1 pada kelompok pasien dengan SM (kelompok pre dan pasca KMTP ≥ 1 tahun) lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol normal (536,87 ± 251,68 ng/ml vs 536,87 ± 149,22 ng/ml; p<0,001 dan 270,04 ± 111,67 ng/ml vs 216,43 ± 50,60 ng/ml; p=0,006). Namun tidak didapatkan perbedaan kadar sVCAM-1 dan sICAM-1 antara kelompok pre KMTP dengan kelompok pasca KMTP ≥ 1 tahun (854,67 ± 227,26 ng/ml vs 809,22 ± 275,63 ng/ml; p=0,515 dan 279,98 ± 114,39 ng/ml vs 260,49 ± 110,38 ng/ml; p=0,539) . Tidak didapatkan hubungan antara tingkat keparahan katup mitral (MVA, mMVG, TVG, mPAP dan LAVI) dengan kadar sVCAM-1 dan sICAM-1 (p>0,05).
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antar tingkat keparahan katup mitral dengan kadar kadar sVCAM-1 dan sICAM-1

Background: Blood Soluble Vascular Cell Adhesion Molecule-1 (sVCAM-1) and Soluble Intercellular Adhesion Molecule-1 (sICAM-1) levels are increased in Mitral Stenosis (MS) patients, but whether this phenomenon is due to chronic rheumatic inflammation process or because of hemodynamic effect of mitral stenosis severity is not clear yet.
Objective: This research aims to study the effect of mitral stenosis severity on blood sVCAM-1 and sICAM-1 levels.
Method: This study is a cross sectional study. Research subjects were divided into 3 groups: control patients, pre BMV (Baloon Mitral Valvulotomy) group, and post BMV group (patients who have already undergone BMV for ≥ 1year). Blood sVCAM-1 and sICAM-1 were measured using quantitative sandwich immunoassay method in all groups, and echocardiographic study to evaluate MS severity (MVA (Mitral Valve Area), mMVG (mean Mitral Valve gradient), TVG (Tricuspid Valve Gradient), mPAP (mean Pulmonary Artery Pressure), and LAVI (Left Atrial Volume Index) measurements were performed to pre BMV and post BMV group at the same day with the blood sample collections.
Results: There were 23 normal subjects, 26 patients in pre BMV group, and 27 patients in post BMV group. The sVCAM-1 and sICAM-1 levels in patients with MS (pre BMV and post BMV group) were higher than normal control subjects (536,87 ± 251,68 ng/ml vs 536,87 ± 149,22 ng/ml; p<0,001 and 270,04 ± 111,67 ng/ml vs 216,43 ± 50,60 ng/ml; p=0,006), meanwhile there were no differences of sVCAM-1 and sICAM-1 levels between pre BMV and post BMV group (854,67 ± 227,26 ng/ml vs 809,22 ± 275,63 ng/ml; p=0,515 dan 279,98 ± 114,39 ng/ml vs 260,49 ± 110,38 ng/ml; p=0,539). There were also no significant correlation between mitral stenosis severity (MVA, mMVG, TVG, mPAP dan LAVI) with sVCAM-1 and sICAM-1 levels (p>0,05).
Conclusion: There were no correlation between mitral stenosis severity with blood sVCAM-1 and sICAM-1 levels.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Yatmani
"Suatu senyawa antioksidan telah diisolasi dari minyak kulit biji jambu mete (CNSL) An acardium occidentale, yang kemudian diteliti aktivitas antioksidannya dan dibandingkan dengan aktivitas antioksidan lain yang telah dikenal yaitu BHT ; BHA ; tokoferol dan asam askorbat.
Isolasi dilakukan dengan mengekstrak kulit biji jambu mete yang telah dihaluskan menggunakan pelarut karbon tetra klorida, hasil ekstrak difraksinasi dengan kolom khromatografi dengan pelarut campuran Khloroform : Etil Asetat : Metanol ( 95:5:2 v/v/v), fraksi pertama yaitu fraksi A yang diperoleh diuji aktivitas antioksidannya menggunakan metoda tiosinat dan TBA.
Penentuan struktur molekul fraksi A ditentukan dengan spektroskopi Infra Red ; Massa ; 1H NMR dan 13C NMR. Dari data menunjukkan bahwa fraksi A adalah suatu senyawa asam anakardat dengan nama asam , 6-[ 8 (z),11 (z) -pentadekadienil | salisilat.
Hasil pengujian aktivitas antioksidan ternyata asam anakardat mempunyai kemampuan aktivitas antioksidan yang baik."
Depok: Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jemima Nurani Jacobs
"Ruang Lingkup dan Cara Penelitian: Peneliti di Indonesia sering mengalami kesulitan memperoleh bahan baku seperti petanda protein untuk menentukan 'berat molekul'. Salah satu petanda protein adalah inhibitor tripsin kacang kedelai (ITK). Penelitian ini bertujuan mengisolasi dan memurnikan ITK dari biji kacang kedelai (Glycine max), Isolasi dilakukan dengan cara ekstraksi asam, diikuti 'salting out, dialisis dan pengendapan aseton. Pemurnian dilakukan dengan kromatografi kolom pertukaran ion. Aktivitas ITK fraksi 'kasar' dan 'murni' diperiksa dengan mengamati pengaruh hambatan terhadap aktivitas enzimatik tripsin, dengan substrat azokasein (proteolitik) dan BAPA/BAPNA (amidase). Azokasein yang dipakai sebagai substrat reaksi tripsin disintesis sendiri. Penilaian kemurnian ITK ?kasar? dan 'murni', juga tripsin dilakukan dengan elektroforesis gel 'slab' SDS-poliakrilamid. Sebagai pembanding pada penelitian ini digunakan inhibitor tripsin produk Sigma.
Hasil dan Kesimpulan : Dari 100 g biji kacang kedelai kering panen, diperoleh 1,16 g isolat (ITK 'kasar') setara dengan 418,46 mg protein. Pemurnian lewat kolom pertukaran ion menghasilkan 2 fraksi dengan 'recovery' protein total minimal 63,7 %. Azokasein yang disintesis hasilnya berbeda bila jenis alkohol yang digunakan juga berbeda. Pada penelitian ini baik ITK 'kasar` maupun 'murni' memperlihatkan hambatan terhadap reaksi enzimatik tripsin. Hambatan 50 % terjadi pads rasio inhibitor/enzim yang bervariasi; ITK `murni' 1 memperlihatkan angka yang paling tinggi. Elektroforetogram menunjukkan bercak ITK 'murni' II identik dengan SBTI (Sigma).

Scope and Method of Study: The chemicals required for laboratory investigations are quite often difficult to obtain, e. g. the standard protein markers for molecular weight determination. Among the markers used for that purpose is the soybean trypsin inhibitor. This work was carried out to isolate and purify trypsin inhibitor from soybean (Glycine max) seeds (SBTI). The procedure included an acid extraction, followed by salting-out, dialysis and an acetone precipitation. Purification was carried out by ion-exchange column chromatography. The protein content of the isolate and of the purified substance was determined by spectrophotometer. The activities of the crude and of the purified soybean trypsin inhibitor were tested against trypsin activity. The trypsin used was obtained commercially. Trypsin's proteolytic activity was performed on azo-casein while its amidase activity was tested on BAPA/BAPNA. The azo-casein was synthesized in the laboratory. The purity of the crude and of the purified soybean trypsin inhibitors, and of the trypsin itself was examined on a slab SDS-polyacrylamide gel electrophoresis (SDS-PAGE).
Findings and Conclusions: From 100 g of dried soy-bean seeds, 1.16 of product was isolated (= 418.46 mg protein). Further purification on an ion-exchange column yielded two fractions, with a minimum of 63.7% protein recovered. The azo-casein synthesis revealed two different products depending on the grade of alcohol used in the process. The crude and the purified soybean trypsin inhibitors showed inhibitory effects towards trypsin. The fifty percent inhibition occurred at varied inhibitor/enzyme ratios, the highest was shown by the purified SBTI I. The electrophoretogram showed that the purified SBTI II was identical to the SBTI (Sigma).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faris
"Bradiaritmia seperti total AV blok dan disfungsi nodus SA (NSA) memerlukan alat pacu jantung permanen (APJP), namun APJP memiliki potensi komplikasi akut dan jangka panjang. Sel punca mesenkimal (SPM) dapat mengatasi kerusakan nodus sinoatrial (NSA) dan nodus atrioventrikel (NAV), namun transplantasi SPM secara langsung pada hewan model memiliki angka keberhasilan rendah. Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan sel punca yang telah terdiferensiasi menjadi pacemaker-like cell seperti sel NSA atau NVA sehingga siap ditransplantasikan ke area disfungsi atau blokade. Penelitian ini bertujuan untuk mendiferensiasi SPM asal jaringan adiposa (SPMA) menjadi pacemaker-like cells. Penelitian ini menggunakan desain eksperimental dan dilakukan pada bulan Februari 2022 sampai Maret 2023 di IMERI-FKUI. Terdapat 5 kelompok penelitian, yaitu: 1) kultur SPMA tanpa intervensi (kontrol), 2) kultur SPMA yang didiferensiasi menjadi kardiomiosit, 3) kultur SPMA yang didiferensiasi menjadi kardiomiosit dan ditransfeksi gen Tbx3 (TBX), 4) kultur SPMA yang didiferensiasi menjadi kardiomiosit dan diberikan small molecules SB431542, serta 5) kultur SPMA yang didiferensiasi menjadi kardiomiosit, ditransfeksi gen Tbx3 dan diberikan small molecule SB431542 (TBX+SM). Pemeriksaan ekspresi gen penanda pacemaker-like cells (Tbx3, Cx30, Cx40, Cx43, HCN1, HCN3, HCN4, dan KCNN4) menggunakan metode qRT-PCR pada kelompok TBX, SM, dan TBX+SM menunjukkan peningkatan ekspresi gen Tbx3, Cx30, HCN1, HCN3, HCN4 dan KCNN4 yang berbeda bermakna terhadap kelompok kardiomiosit (p ≤ 0,001) sedangkan penurunan ekspresi gen Cx40 dan Cx43 berbeda bermakna dibandingkan kelompok kardiomiosit (p < 0,001). Eskpresi protein Tbx3 dan Cx30 menggunakan ELISA pada kelompok TBX, SM, dan TBX+SM berbeda bermakna terhadap kelompok kardiomiosit (p ≤ 0,001). Gambaran ekspresi protein Tbx3 dan Cx30 menggunakan metode imunofluoresensi menunjukkan pendaran positif pada kelompok TBX, SM, dan TBX+SM. Morfologi elektrofisiologis dengan patch clamp menunjukkan gambaran potensial aksi khas pacemaker-like cells pada kelompok TBX, SM, dan TBX+SM dinilai dari rasio action potential duration90/action potential duration50 (APD90/APD50). Disimpulkan transfeksi gen Tbx3, pemberian small molecules SB431542, dan kombinasi keduanya mampu mendiferensiasikan SPMA menjadi pacemaker-like cells.

Bradyarrhythmias, such as total AV block and SA node dysfunction, require a permanent pacemaker (PPM); however, PPM has the potential for acute and long-term complications. Mesenchymal stem cells (MSC’s) can repair damaged sinoatrial (SAN) and atrioventricular (AVN) nodes; however, transplantation of MSCs into animal models has a low success rate. To overcome this problem, it is necessary to have stem cells that differentiate into pacemaker-like cells, such as SAN or AVN cells, so that they can be transplanted to areas of dysfunction or blockage. This study aimed to differentiate MSC’s from adipose tissue (AMSC) into pacemaker-like cells. This study used an experimental design and was conducted from February 2023 to March 2023 at the IMERI-FKUI. There were five study groups, namely:1) AMSC cultures without intervention (control), 2) AMSC cultures that differentiated into cardiomyocytes, 3) AMSC cultures that differentiated into cardiomyocytes and transfected with the Tbx3 (TBX) gene, 4) AMSC cultures that differentiated into cardiomyocytes and administered SB431542, and 5) AMSC culture, which differentiated into cardiomyocytes, were transfected with the Tbx3 gene and administered SB431542 (TBX+SM). RT-qPCR expression of pacemaker-like cell marker genes (Tbx3, Cx30, Cx40, Cx43, HCN1, HCN3, HCN4, and KCNN4) in the TBX, SM, and TBX+SM groups showed increased expression of Tbx3, Cx30, and HCN1., HCN3, HCN4, and KCNN4, which differed significantly in the cardiomyocyte group (p ≤ 0.001), whereas the decrease in Cx40 and Cx43 gene expression was significantly different compared to that in the cardiomyocyte group (p < 0.001). ELISA of Tbx3 and Cx30 protein expression in the TBX, SM, and TBX+SM groups was significantly different from that in the cardiomyocyte group (p ≤ 0.001). Immunofluorescence analysis of Tbx3 and Cx30 protein expression showed a positive correlation in the TBX, SM, and TBX+SM groups. The electrophysiological morphology with the patch clamp showed a typical action potential picture of pacemaker-like cells in the TBX, SM, and TBX+SM groups, as assessed by the ratio of action potential duration90/action potential duration50 (APD90/APD50). It was concluded that transfection of the Tbx3 gene, administration of the small molecule SB431542, and a combination of both could differentiate SPMA into pacemaker-like cells."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>