Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kewa Ariancy Pandhu
"Perforasi merupakan komplikasi utama apendisitis yang memerlukan tindakan laparatomi untuk mencegah terjadinya peritonitis maupun sepsis. Pasien yang mengalami apendisitis dengan COVID 19 sering menyebabkan kekeliruan dalam penentuan diagnosa akibat miripkan tanda dan gejala COVID 19 dengan appendisitis yang mengarah pada keterlambatan penanganan sehingga menyebabkan perforasi. Selama post operasi, tindakan optimal harus dilakukan untuk mencegah komplikasi. Salah satu tindakan yang dilakukan selama post operasi laparatomi eksplorasi adalah memastikan kelancaran aliran NGT dekompresi, drain ataupun luka pasien. Pemberian posisi miring sangat membantu dalam menjaga kepatenan aliran melalui pemberian posisi miring. Selama 5 hari dilakukan intervensi miring kiri miring kanan kepada pasien post laparatomi didapatkan aliran NGT maupun drain luka post operasi lebih paten terutama pada pemberian posisi miring kiri dengan kepala ditinggikan 45o. Melihat keefektifan tindakan miring kiri dengan elevasi kepala 45o dalam menjaga kepatenan aliran NGT dan drain luka maka tindakan ini dapat digunakan sebagai intervensi yang dapat diterapkan pada pasien post operasi laparatomi.

Perforation is the main complication of appendicitis which requires Laparatomy to prevent Peritonitis and Sepsis. Patient who is contracted with appendicitis and COVID 19 ofter cause misunderstanding in diagnosis due to similar signs and symptoms of COVID 19 with appendicitis that leads to delay in handling causing perforation. During post surgery, optimal measures should be taken to prevent complication. One of measures taken during post operative laparotomy exploration is to ensure the smooth flow of NGT decompression, drain or incision site. Providing patient in lateral positioning is helpful in maintaining flow patency by giving lateral positioning. For 5 days of intervention, left lateral positioning and right lateral positioning given to post laparatomy patient, NGT flow and wound drain were more patent, especially in left lateral positioning with head elevated 45 o. Seeing the effectiveness of left lateral positioning with head elevated of 45o in maintaining the patency of NGT flow and wound drain drainage, this procedure can be used as an intervention  that can be applied to post-laparatomy patient."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Alfrina Irene
"Nasogastric Tube atau disingkat NGT adalah selang khusus yang membawa makanan dan obat ke perut melalui nasofaring yang biasanya digunakan untuk pasien rawat inap yang tidak sadarkan diri atau memiliki kesulitan menelan. Terdapat banyak faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan dan persiapan obat yang akan diberikan melalui NGT karena dapat berpotensi membahayakan pasien atau tenaga kesehatan yang bersangkutan. Laporan ini dibuat untuk menghasilkan Panduan Pemberian Obat Melalui NGT pada RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo sebagai kegiatan Pemberian Informasi Obat (PIO) aktif oleh apoteker. Metode yang digunakan dalam laporan ini adalah dengan studi literatur melalui Formularium RSCM 2022 serta referensi penyiapan obat untuk NGT pada Handbook of Drug Administration Via Enteral Feeding Tubes Third Edition dan The NEWT Guidelines for administration of medication to patients with enteral feeding tubes or swallowing difficulties, NIOSH List of Antineoplastic and Other Hazardous Drugs in Healthcare Settings, dan Oral Dosage Forms That Should Not Be Crushed. Kesimpulan laporan ini adalah bahwa pembuatan Panduan Pemberian Obat Melalui NGT dilakukan dengan beberapa tahap yaitu mencari referensi pemberian obat melalui NGT, memilah daftar obat oral Formularium RSCM, mempelajari informasi sediaan, dan menyusun panduan.

Nasogastric Tube or abbreviated as NGT is a special tube that carries food and medicine to the stomach through the nasopharynx which is usually used for inpatients who are unconscious or have difficulty swallowing. There are many factors that need to be considered in selecting and preparing drugs to be given via NGT because they can potentially harm the patient or health worker concerned. This report was created to produce a guide for administering medication via NGT at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo as an active Providing Drug Information (PIO) activity by pharmacists. The method used in this report is literature study through the 2022 RSCM Formulary as well as references for drug preparation for NGT in the Handbook of Drug Administration Via Enteral Feeding Tubes Third Edition and The NEWT Guidelines for administration of medication to patients with enteral feeding tubes or swallowing difficulties, NIOSH List of Antineoplastic and Other Hazardous Drugs in Healthcare Settings, and Oral Dosage Forms That Should Not Be Crushed. The conclusion of this report is that the creation of a Guide for Giving Medication via NGT was carried out in several stages, namely looking for references for administering medication through NGT, sorting the list Universitas Indonesia of oral drugs in the RSCM Formulary, studying preparation information, and compiling the guide."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Zeta Auriga
"Pendahuluan: Pemasangan pipa nasogastrik (NGT) pada pasien terintubasi memiliki beberapa kesulitan. Beberapa metode pemasangan NGT telah diteliti dengan tujuan untuk mencari cara yang lebih mudah, cepat dan kurang traumatik bagi pasien. Metode chin lift merupakan cara baru yang digunakan untuk memasang NGT pada pasien terintubasi. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan keberhasilan, lamanya waktu pemasangan dan kejadian komplikasi bercak darah saat pemasangan NGT pada pasien terintubasi antara metode chin lift dan reverse Sellick.
Metode: Penelitian ini adalah uji klinis, acak dan tersamar tunggal yang dilakukan pada 210 pasien yang menjalani anestesia umum terintubasi lalu dilakukan randomisasi untuk dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok A menggunakan metode chin lift dan kelompok B menggunakan metode reverse Sellick untuk pemasangan NGT. Angka keberhasilan, lamanya waktu pemasangan dan kejadian komplikasi bercak darah dicatat pada penelitian ini.
Hasil: Tidak ada perbedaan bermakna (p=0,786) antara angka keberhasilan pemasangan NGT pada kelompok chin lift (79,2%) dengan reverse Sellick (81,7%). Lamanya waktu pemasangan dan kejadian komplikasi bercak darah saat pemasangan NGT juga tidak berbeda bermakna.
Simpulan: chin lift tidak meningkatkan keberhasilan pemasangan pipa nasogastrik (NGT) pada pasien terintubasi dibandingkan dengan metode reverse sellick.

Introduction: Nasogastric tube (NGT) insertion in intubated patients has several difficulties. Several researches of NGT insertion have been conducted aiming to find the fastest, easiest, and less traumatic method to the patients. Chin lift is the new method to insert the NGT in intubated patients. The aim of this study is to compare the success rate, duration of insertion, and the incidence of blood spot complications of NGT insertion in intubated patients between chin lift and reverse Sellick's methods.
Methods: This study is a single blinded randomized controlled trial. 210 patients who underwent general anesthesia and intubated were randomly allocated into two groups. Group A is the chin lift method and group B is the reverse Sellick's method. The success rate, duration of insertion, and the incidence of blood spot complications were noted in this study.
Results: There were no significant differences (p = 0.786) between the success rate of NGT insertion in the chin lift group (79.2%) and the reverse Sellick's group (81.7%). The duration of insertion, and the incidence of blood spot complications during NGT insertion were also not significantly different.
Conclusion: The chin lift method did not increase the success rate of NGT insertion in intubated patients compared to the reverse sellick method.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Suluh Tri Utomo
"Karya ilmiah ini bertujuan untuk memberikan gambaran asuhan keperawatan pada klien DM tipe 2 dengan ulkus DM yang mengalami penurunan intake oral. Intervensi dilakukan dengan cara menerapkan pemberian nutrisi secara intermittent enteral feeding. Intervensi tersebut bertujuan membantu mengatasi gangguan pemenuhan nutrisi harian klien. Hasil yang tercapai melalui intervensi pemberian nutrisi secara bertahap adalah tercukupinya kebutuhan nutrisi harian klien dan kestabilan kadar gula darah klien. NGT yang terpasang pada klien selalu mebutuhkan evaluasi lebih lanjut untuk menjamin adekuasi nutrisi yang diberikan. Peran perawat selain memastikan kecukupan kebutuhan nutrisi klien yaitu mengevaluasi faktor yang beresiko mengakibatkan intoleransi penerimaan makanan pasien. Oleh karena itu pelayanan rumah sakit diharapkan senantiasa saling berkerjasama melakukan pengkajian dan analisa secara berkesinambungan mengatasi permasalahan kondisi klien setiap hari."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Tobroni
"Hospital Acquired Pneumonia HAP merupakan pneumonia yang terjadi pada pasien yang dirawat dirumah sakit setelah 48 jam. Prevalesi kejadian HAP sangat tinggi khususnya pada pasien terpasang NGT. Peran perawat sangat dibutuhkan untuk menurunkan kejadaian HAP pada pasien terpasang NGT. Tujuan penelitian ini adalah menggambarkan hubungan antara tingkat pengetahuan perawat terhadap tingkat perilaku perawat tentang pencegahan HAP pada pasien terpasang NGT. Penelitian deskriptif dengan desain croos sectional ini menggunakan sampel 107 perawat. Hasil penelitian dianalisis dengan Chi-square menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan terhadap perilaku perawat p value= 0,001. Penelitian ini merekomendasikan, peningkatan pengetahuan perawat sangat diperlukan untuk meningkatkan perilaku perawat. Saran bagi peneliti selanjutnya adalah melakukan penelitian menggunakan metode observasi pada variabel perilaku.

Hospital Acquired Pneumonia HAP is a pneumonia in patient with NGT is high, that occurs in hospitalized patients after 48 hours. The prevalence of HAP occurrence is high in patients with NGT. The role of the nurse is needed to reduce the HAP's mortality in patients with NGT. The purpose of this study is to identifi the relationship between the nurse's knowledge and the nurse's behavior on prevention of HAP in NGT attached patients. This study was conducted by cross sectional design with 107 respondents. The data was analyzed with Chi square. The result showed a significant correlation between knowledge to nurse behavior p value 0,001. This study recommends that the improvement of nurse knowledge is needed to improve nurse behavior.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angelica Bunardi
"Asupan kebutuhan nutrisi dan obat yang cukup, berperan penting dalam tercapainya kesembuhan pasien. Namun, hal ini seringkali menjadi kendala bagi pasien yang secara fisik mengalami hambatan untuk diberikan asupan secara oral. Salah satu cara yang dapat digunakan oleh tenaga kesehatan di rumah sakit dalam mengatasi kendala ini adalah dengan menggunakan Enteral Feeding Tube (EFT). Salah satu contoh dari EFT sendiri adalah Nasogastric Tube (NGT) dimana selang dimasukkan melalui saluran orofaring posterior dan esofagus untuk tujuan akhir pemberian obat/nutrisi di lambung. Sediaan obat harus melewati tahap preparasi untuk disesuaikan sediaannya agar dapat disalurkan melalui NGT dan tetap dipertahankan karakteristik fisikokimia, biofarmasetik, dan faramkologis obat. Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan salah satu pelayanan farmasi klinik oleh apoteker yang dapat dilakukan di rumah sakit. PIO dapat disalurkan dalam beberapa jenis, salah satunya adalah pembuatan buku pedoman. RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo membuat buku pedoman daftar obat yang dapat diadministrasikan melalui NGT dalam rangka membantu memberikan informasi terkait jenis dan nama obat yang kompatibel untuk diadministrasikan menggunakan selang NGT. Buku pedoman tersebut terkahir diperbarui pada tahun 2018. Laporan ini menyajikan pembaruan buku pedoman yang memuat informasi terbaru terhadap beberapa obat yang tercantum dalam daftar obat yang digunakan dalam RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo pada tahun 2022 beserta tahapan pemberiannya untuk mencapai keberhasilan pengobatan yang tepat.

Adequate intake of nutritional and drug needs, plays an important role in achieving patient’s recovery. However, it is often be an obstacle for patients who physically experience difficulties in taking oral medicine. One way that can be used by health workers in hospitals to overcome this problem is to use an Enteral Feeding Tube (EFT). One of the example is Nasogastric Tube (NGT), where a tube is inserted through the posterior oropharynx and esophagus for the ultimate goal of administering drugs/nutrition to the stomach. The drug preparation will go through the preparation stage where it will be adjusted so that it can be channeled through the NGT hence still maintaining the physicochemical, biopharmaceutical and pharmacological characteristics of the drug. Drug Information Service (DIS) is one of the clinical pharmaceutical practice by pharmacists that can be performed in hospitals. DIS can be carried out in several types, including the manufacturing of guidebook. RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo involved in helping to provide information regarding the types and names of drugs that are compatible to be administered via NGT by creating a guidebook for the list of drugs that can be administered through the NGT. The guidebook itself was last updated in 2018. This report presents an updated guidebook that contains the latest information on several drugs from the list of drugs used in RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo in 2022 along with the steps of administration to achieve the success of proper treatment."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Purwati
"Perawatan pada pasien dengan perdarahan intraserebral pada fase subakut memerlukan pemantauan ketat di ruang rawat ICU. Masalah keperawatan yang terjadi pada pasien meliputi bersihan jalan napas inefektif, perfusi serebral inadekuat, ketidakstabilan glukosa darah, resiko defisit nutrisi, resiko ketidakstabilan cairan dan elektrolit, serta adanya risiko perluasan infeksi. Masalah gastrointestinal pada pasien ICH mengakibatkan gangguan penyerapan nutrisi dengan tingginya GRV yang berisiko terjadinya aspirasi. Salah satu intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah melalui pijat perut (abdominal massage). Laporan ini disusun untuk memaparkan analisis asuhan keperawatan pada pasien kritis dengan perdarahan intraserebral dalam penerapan abdominal massage untuk mengurangi residu lambung. Asuhan keperawatan diberikan secara menyeluruh sesuai masalah keperawatan pada kasus selama tiga hari. Sebagian intervensi meliputi abdominal massage yang dilakukan selama 20 menit sebanyak dua kali sehari. Setelah asuhan keperawatan diberikan didapatkan bersihan jalan napas yang belum efektif, perfusi serebral belum adekuat, glukosa darah belum stabil, defisit nutrisi tidak terjadi dengan peningkatan asupan, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dan perluasan infeksi masih mungkin terjadi. Residu NGT berkurang hingga 0 cc setelah dilakukan intervensi abdominal massage. Pemberian intervensi abdominal massage sebagai bagian dari keseluruhan asuhan keperawatan dapat diterapkan di berbagai ruang rawat untuk menurunkan GRV dan meningkatkan penyerapan nutrisi pasien dengan NGT.

Care for patients with intracerebral hemorrhage in the subacute phase still requires close monitoring in the ICU ward. The nursing problems occurring in the patient include ineffective airway clearance, inadequate cerebral perfusion, blood glucose instability, risk of nutritional deficit, risk of electrolyte and fluid imbalance, and the risk of infection spread. Gastrointestinal problems in ICH patients result in nutrient absorption disorders with high GRV, which poses a risk of aspiration. One of the interventions that can be done to address high gastric residue is through abdominal massage. This report is prepared to present an analysis of nursing care for critically ill patients with intracerebral hemorrhage in the application of abdominal massage to reduce gastric residue. Nursing care was provided comprehensively according to the nursing problems in the case over three days. Some interventions included abdominal massage performed twice a day. After nursing care was provided, it was found that airway clearance was still ineffective, cerebral perfusion was inadequate, blood glucose was unstable, fluid and electrolyte imbalance had not been resolved, and the spread of infection was still possible. GRV decreased to 0 cc after abdominal massage intervention. The provision of abdominal massage intervention as part of overall nursing care can be applied in various wards to reduce GRV and improve nutrient absorption in patients with NGT."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ishmah
"Suplementasi nutrisi melalui Nasogastric Tube NGT sebaiknya dilakukan pada anak atresia bilier yang mengalami malnutrisi. Keberhasilan pemberian nutrisi melalui NGT ditunjukkan dengan berkurangnya regurgitasi dan muntah selama proses pemberian nutrisi melalui NGT. Karya Ilmiah ini bertujuan untuk memberikan gambaran asuhan keperawatan pada anak dengan atresia bilier dan mengidentifikasi pengaruh optimalisasi pemberian nutrisi melalui NGT terhadap pencegahan regurgitasi dan muntah. Intervensi berupa optimalisasi pemberian nutrisi melalui NGT diharapkan dapat mencegah kejadian regurgitasi dan muntah selama/setelah pemberian nutrisi. Metode yang digunakan yaitu berupa edukasi, evaluasi dan pendampingan, serta memantau regurgitasi dan muntah selama perawatan pasien. Hasil menunjukkan bahwa kejadian regurgitasi dan muntah berkurang setelah dilakukan intervensi dengan metode tersebut. Karya ilmiah ini diharapkan menjadi pertimbangan bagi institusi rumah sakit untuk memaksimalkan peran perawat dalam optimalisasi pemberian nutrisi melalui NGT dengan melakukan edukasi, evaluasi, dan pendampingan.

Nutritional suplementation with nasogastric tube feeding should be given to biliary atresia children with malnutrition. The succsessful of nasogastric tube feeding showed by reducement of regurgitation and vomit in the process of nasogastric tube feeding. This paper aims to provide the description of nursing process in biliary atresia chidren and to identificate the effect of optimalization in nasogastric tube feeding toward the prevention of regurgitation and vomit. Nursing intervention such an optimalization of nasogastric tube feeding expected to prevent regurgitation and vomit while or after nasogastrice tube feeding. Methods which apply to optimize nasogastric tube feeding are education, evaluation, and assistance of nasogastric tube feeding to parents/caregivers and monitoring of regurgitation and vomit as long as the patient care is given. The result found that regurgitation and vomit could be reduced by doing the intervention with those methods. This paper is expected to be the hospital rsquo;s consideration in maximazing nurse rsquo;s role in optimizing nasogastric tube feeding with education, evaluation, and teaching. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover