Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
R. Bur Anwar
"Dunia Islam di Asia dan Afrika di wilayah Timur Tengah adalah wilayah-wilayah yang secara geografis dan kultural sangat kaya dan menjanjikan. Bagi imperialis jalur perdagangan ini sangat baik untuk menopang pembangunan ekonomi dunia Islam yang sejak abad 18 menjadi mitra dagang Eropa dijadikan koloni pada abad 19. Kolonialisme dan Imperialisme barat dimulai dan ini berlangsung sampai dengan abad 20.
Sumber-sumber kekayaan alam di dunia Islam hanya dinikmati oleh sebagian kecil orang, yaitu kalangan elit pemerintahan, elit ekonomi serta para imperialis dan sebagian besar sumber-sumber vital dikuasakan kepada lembaga-lembaga asing. Keadaan seperti itu telah mengkristal menjadi sebuah struktur sehingga perubahan harus dilakukan baik secara ideologis maupun struktural dalam rangka memperbaiki nasib rakyat secara keseluruhan.
Munculnya Gamal Abdul Nasser pada pertengahan abad 20 merupakan mata rantai diujung lingkaran perjuangan di wilayah Islam, terutama di di timur tengah Arab. Ideologi perjuangan dan sepak terjang politik Gamal Abdul Nasser yang kemudian dikenal dengan sebutan Nasserisme, telah menimbulkan perhatian yang sangat besar, bukan hanya kalangan timur tengah arab tetapi juga didunia internasional. Hal ini karena timur tengah, terutama wilayah Arabnya merupakan wilayah yang menduduki posisi strategis bagi percaturan politik internasional dimana negara-negara besar yang berkepentingan memperbesar pengaruh dan kekuasaannya menjadikan wilayah ini sebagai incaran untuk dikuasai dan dieksploitasi sumber-sumbernya.
Penelitian tesis ini bertujuan untuk memberi kejelasan mengenai sejarah dan karakteristik Nasserisme sebagai ideologi politik yang dikembangkan oleh Gamal Abdul Nasser berdasarkan hal tersebut diatas maka untuk mengarahkan penelitian selanjutnya penulis merumuskan pokok permasalahan sebagai berikut: "Bagaimana sejarah dan karakteristik Ideologi Politik Pan Arabisme, politik dan ekonomi sosialisme arab yang dikembangkan Gamal Abdul Nasser".
Agar jawaban pokok permasalahan tersebut lebih terarah, selanjutnya penulis memperinci tujuan penelitian ini yang mencakup menganalisis dan mendeskripsikan sejarah dan karakteristik ideologi politik Pan Arabisme, ideologi politik ekonomi sosialisme arab yang dikembangkan oleh Gamal Abdul Nasser di timur tengah Arab.
Dari data yang telah di analisa diperoleh suatu kesimpulan bahwa karakteristik Pan Arabisme dan sosialisme Arab Nasser dapat dimengerti dari berbagai pernyataan persatuan arab untuk menjaga identitas, berkat martabat, dan kepentingan regional arab dan menghapus pengaruh-pengaruh imperialisme ekonomi barat yang kapitalistik.

By the cultural and geography the Islamic world in Africa and Asia on middle east territory was the territories which was very rich and promising for the imperialist, this trade way was very good to hold the economic development, since the 18th century the Islamic world got Europe trading company was become a colony in the 19th century. West Imperialism and Colonialism was begun and this is happening until the 20th century.
Natural resources in the Islamic world was only felt by a little part of people, such as government elite society, economy elite and Imperialism and a big part of vita, resources was held to foreign institutions. The situation was like be done not only ideologies but also structural in order to repair people destinies entirety.
Gamal Abdul Nasser appeared in the middle of the 20th century as a link in the end of struggle circle in the Islamic territory, especially in Middle East. Struggle Ideology and Politic of Carnal Abdul Nasser, which was known as Nasserism. It had appeared attention that is very big, not only in Middle east but also International. It was because middle east, especially its Arab territory, was a territory which held a strategy position to international politic, where big countries authority to be large their power and influence became this territory as a target to be held and exploitation their resources.
This thesis research aimed to give an explicit about Nasserism Characteristic and history as a politic Ideology that was developed by Gamal Abdul Nasser. Based of matters above, so that, to direct next research, the writer formulates subject of problem: "How characteristic and history of Arabism Pan Politic Ideology, Arab Socialism Economic and Politic which expanded by Carnal Abdul Nasser".
In order problem subject answer is more direction, the writer explains this research aim, which scope history description and analyze and characteristic of Arabism Pan Politic Ideology, Arab Socialism economy politic ideology that was expanded by Gamal Abdul Nasser in Middle East.
This research thesis is a history research category is observed from complex problem which is researched, and is observed from research sources is literature research.
From date, which had analyzed it, got a conclusion that the characteristic of Arabism Pan and Nasser Arab Socialism can be understood from all kinds of Arab society statement to keep identity, dignity and Arab Regional importance and deleting of Capitalistic west economy Imperialism influences.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T14793
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sudirman
"Penulis dalam Skripsi ini, mencoba menggambarkan bentuk gagasan nasionalisme Arab Nasser dan usaha-usahanya dalam merealisasikan gagasannya selama ini menjadi pemimpin Mesir. Gagasan nasionalismenya itu telah menjadi peranan panting keterlibatan Nasser dalam politik regional Arab. Didukung oleh faktor letak geografis dan sumber daya manusia Mesir, upaya realisasi gagasan Nasser mencapai puncaknya dengan terbentuknya Republik Persatuan Arab. Sejak pecahnya Republik Persatuan Arab pada tahun 1961 sambutan masyarakat terhadap gagasan Nasser terus menurun sampai perang Arab-Israel 1967 di mana Mesir mengalami kekalahan besar. Upaya-upaya selanjutnya selalu menemui kegagalan karena kendala internal maupun eksternal.Setelah menyajikan secara deskriptif, diperoleh gambaran bahwa pada akhirnya Nasser tidak berhasil merealisasikan gagasan nasionalisme Arabnya yang terdiri dari tiga sila yaitu persatuan, sosialisme, dan kemerdekaan.;Penulis dalam Skripsi ini, mencoba menggambarkan bentuk gagasan nasionalisme Arab Nasser dan usaha-usahanya dalam merealisasikan gagasannya selama ini menjadi pemimpin Mesir. Gagasan nasionalismenya itu telah menjadi peranan panting keterlibatan Nasser dalam politik regional Arab. Didukung oleh faktor letak geografis dan sumber daya manusia Mesir, upaya realisasi gagasan Nasser mencapai puncaknya dengan terbentuknya Republik Persatuan Arab. Sejak pecahnya Republik Persatuan Arab pada tahun 1961 sambutan masyarakat terhadap gagasan Nasser terus menurun sampai perang Arab-Israel 1967 di mana Mesir mengalami kekalahan besar. Upaya-upaya selanjutnya selalu menemui kegagalan karena kendala internal maupun eksternal.Setelah menyajikan secara deskriptif, diperoleh gambaran bahwa pada akhirnya Nasser tidak berhasil merealisasikan gagasan nasionalisme Arabnya yang terdiri dari tiga sila yaitu persatuan, sosialisme, dan kemerdekaan.;Penulis dalam Skripsi ini, mencoba menggambarkan bentuk gagasan nasionalisme Arab Nasser dan usaha-usahanya dalam merealisasikan gagasannya selama ini menjadi pemimpin Mesir. Gagasan nasionalismenya itu telah menjadi peranan panting keterlibatan Nasser dalam politik regional Arab. Didukung oleh faktor letak geografis dan sumber daya manusia Mesir, upaya realisasi gagasan Nasser mencapai puncaknya dengan terbentuknya Republik Persatuan Arab. Sejak pecahnya Republik Persatuan Arab pada tahun 1961 sambutan masyarakat terhadap gagasan Nasser terus menurun sampai perang Arab-Israel 1967 di mana Mesir mengalami kekalahan besar. Upaya-upaya selanjutnya selalu menemui kegagalan karena kendala internal maupun eksternal.Setelah menyajikan secara deskriptif, diperoleh gambaran bahwa pada akhirnya Nasser tidak berhasil merealisasikan gagasan nasionalisme Arabnya yang terdiri dari tiga sila yaitu persatuan, sosialisme, dan kemerdekaan.;Penulis dalam Skripsi ini, mencoba menggambarkan bentuk gagasan nasionalisme Arab Nasser dan usaha-usahanya dalam merealisasikan gagasannya selama ini menjadi pemimpin Mesir. Gagasan nasionalismenya itu telah menjadi peranan panting keterlibatan Nasser dalam politik regional Arab. Didukung oleh faktor letak geografis dan sumber daya manusia Mesir, upaya realisasi gagasan Nasser mencapai puncaknya dengan terbentuknya Republik Persatuan Arab. Sejak pecahnya Republik Persatuan Arab pada tahun 1961 sambutan masyarakat terhadap gagasan Nasser terus menurun sampai perang Arab-Israel 1967 di mana Mesir mengalami kekalahan besar. Upaya-upaya selanjutnya selalu menemui kegagalan karena kendala internal maupun eksternal.Setelah menyajikan secara deskriptif, diperoleh gambaran bahwa pada akhirnya Nasser tidak berhasil merealisasikan gagasan nasionalisme Arabnya yang terdiri dari tiga sila yaitu persatuan, sosialisme, dan kemerdekaan.;Penulis dalam Skripsi ini, mencoba menggambarkan bentuk gagasan nasionalisme Arab Nasser dan usaha-usahanya dalam merealisasikan gagasannya selama ini menjadi pemimpin Mesir. Gagasan nasionalismenya itu telah menjadi peranan panting keterlibatan Nasser dalam politik regional Arab. Didukung oleh faktor letak geografis dan sumber daya manusia Mesir, upaya realisasi gagasan Nasser mencapai puncaknya dengan terbentuknya Republik Persatuan Arab. Sejak pecahnya Republik Persatuan Arab pada tahun 1961 sambutan masyarakat terhadap gagasan Nasser terus menurun sampai perang Arab-Israel 1967 di mana Mesir mengalami kekalahan besar. Upaya-upaya selanjutnya selalu menemui kegagalan karena kendala internal maupun eksternal.Setelah menyajikan secara deskriptif, diperoleh gambaran bahwa pada akhirnya Nasser tidak berhasil merealisasikan gagasan nasionalisme Arabnya yang terdiri dari tiga sila yaitu persatuan, sosialisme, dan kemerdekaan. Penulis dalam Skripsi ini, mencoba menggambarkan bentuk gagasan nasionalisme Arab Nasser dan usaha-usahanya dalam merealisasikan gagasannya selama ini menjadi pemimpin Mesir. Gagasan nasionalismenya itu telah menjadi peranan panting keterlibatan Nasser dalam politik regional Arab. Didukung oleh faktor letak geografis dan sumber daya manusia Mesir, upaya realisasi gagasan Nasser mencapai puncaknya dengan terbentuknya Republik Persatuan Arab. Sejak pecahnya Republik Persatuan Arab pada tahun 1961 sambutan masyarakat terhadap gagasan Nasser terus menurun sampai perang Arab-Israel 1967 di mana Mesir mengalami kekalahan besar. Upaya-upaya selanjutnya selalu menemui kegagalan karena kendala internal maupun eksternal.Setelah menyajikan secara deskriptif, diperoleh gambaran bahwa pada akhirnya Nasser tidak berhasil merealisasikan gagasan nasionalisme Arabnya yang terdiri dari tiga sila yaitu persatuan, sosialisme, dan kemerdekaan. Penulis dalam Skripsi ini, mencoba menggambarkan bentuk gagasan nasionalisme Arab Nasser dan usaha-usahanya dalam merealisasikan gagasannya selama ini menjadi pemimpin Mesir. Gagasan nasionalismenya itu telah menjadi peranan panting keterlibatan Nasser dalam politik regional Arab. Didukung oleh faktor letak geografis dan sumber daya manusia Mesir, upaya realisasi gagasan Nasser mencapai puncaknya dengan terbentuknya Republik Persatuan Arab. Sejak pecahnya Republik Persatuan Arab pada tahun 1961 sambutan masyarakat terhadap gagasan Nasser terus menurun sampai perang Arab-Israel 1967 di mana Mesir mengalami kekalahan besar. Upaya-upaya selanjutnya selalu menemui kegagalan karena kendala internal maupun eksternal.Setelah menyajikan secara deskriptif, diperoleh gambaran bahwa pada akhirnya Nasser tidak berhasil merealisasikan gagasan nasionalisme Arabnya yang terdiri dari tiga sila yaitu persatuan, sosialisme, dan kemerdekaan."
Depok: Universitas Indonesia, 1994
S13414
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meital, Yoram
"Revolutionary Justice narrates the power struggle between the free officers and their adversaries in the aftermath of Egypts July revolution of 1952 by studying trials held at the revolutions court and the peoples court. The establishment of these tribunals coincided with the most serious political crisis between the new regime and the opposition, primarily the muslim brothers and the wafd party, but also senior officials in the previous government. By this point, the initial euphoria and the unbridled adoration for the free officers had worn off, and the focus of the public debate shifted to the legitimacy of the armys continued rule. Revolutionary justice focuses on what happened both within and outside the courtroom. The tribunals transcripts, which constitute the prime source of this study, afford a rare glimpse of the direct dialogue between opposing parties. The books principle argument is that the rhetoric generated by Egypts special courts played a crucial role in the denouement of the countrys political struggles, the creation of new historical narratives, and the shaping of both the regimes and the oppositions public image. The courtroom deliberations perpetuated the prevailing emergency atmosphere, which helped the junta tighten its grip on the helm and advance its plans for a new dispensation. At the same time, the responses of defendants and witnesses during the trials exposed weaknesses in the official hegemonic narrative. Paradoxically, oppositional views that the regime tirelessly endeavored to silence were tolerated and recorded in the courtroom."
Oxford: Oxford University Press, 2017
e20469921
eBooks  Universitas Indonesia Library