Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Arimuladi Setyo Purnomo
"Indonesia dari pengiinpor beras terbesar di dunia menjadi negara berswasembada beras. Dengan adanya swaswmbada beras apa kah taraf hidup petaninya juga meningkat ? Untuk mengukur pendapatan petani dari hasil tanah sawahnya digunakan ganis kemiskinan dari Sajogyo yaitu, pendapatan yang disetarakan dengan beras 240 kg per kapita per tahun. Di Propinsi Java Timur salah satu penghasil beras adalah kabupaten Nganjuk, penggunaan tanah p.ertanian terbesar (47 %), mata pencahanian terbesar (61 %) sebagai petani. Jika dibandingkan luas sawah dengan jumlah petani maka rata-rata petani di Kabupaten Nganjuk adalah petani gurern (0,4 ha). Tujuan penulisan ingin mengetahui taraf hidup petani yang rata-rata petani gurem, apakah mereka dapat mencapai taraf hidup diatas 240 kg setara beras per kapita per tahun ? Séhubungan dengan tujuan, maka masalahnya adalah : wilayáh mana taraf hidup petaninya cukup ?, wilayah inana taraf hidup petaninya miskin?, mengapa demikian ?, apakah wilayah benpengairan padat taraf hidup petaninya dapat mencapai Cukup? Atas dasar masalah, maka hipotesanya adalah : Taraf hidup petani akan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya produktivitas, luas sempitnya tanah sawah, besar kecilnya jumlah keluarga petani dan ada tidaknya pengairan di wilayah tersebut. Untuk menjawab masalah dan hipotesa digun.akan perhitrngan K=I.A/X.r, K = taraf hidup petani, I produktivitas, A = luas X.r sàwah, r = jumlah keluarga, X = harga beras 240 kg. Apabila K <1 miskin, K = 1-1,50 hampir miskin, K = 1,50 cukup. Air yang cukup menentukan kehidupan tanaman di sawah, maka pengairan menentukan taraf hidup petani, korelasinya kuat (r=0,71). Pengairan menentukan tinggi rendahya produktivitas sawah yang mempengaruhi taraf hidup petani, korelasinya kuat (R = 0,72), intensita pengusahaan tanah sawah oleh petani dan banjir mempengaruhi produktivitas sawah pula. Luas dan sempitnya sawah petani disamping ada tidaknya pengairan mempengaruhi taraf hidup petani, korelasinya kuat (R = 0,76). Lereng dan ketinggian menentukan bisa tidaknya pengairan."
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1987
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Mahvitasari
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keberjalanan praksis literasi pada siswa SDN Grojogan di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Studi terdahulu yang membahas mengenai aspek-aspek yang berperan meningkatkan kemampuan literasi dikelompokkan dalam 2 aspek, yaitu aspek kecakapan (angka melek huruf latin dan rata-rata lama sekolah), dan aspek sumber daya literasi (perpustakaan, sekolah, taman baca, internet, komputer). Kedua aspek tersebut fokus menentukan kemampuan literasi berdasarkan data kuantitatif mengenai angka melek huruf, rata-rata lama sekolah, dan jumlah sumber daya literasi fisik tulisan maupun teknologi yang tersedia. Kedua aspek tersebut mempersempit makna literasi dan mengabaikan konteks sosial budaya sehingga pembelajaran tidak tepat sasaran. Peneliti berargumen bahwa di samping aspek kecakapan dan sumber daya literasi, aspek berupa budaya yaitu melihat literasi sebagai praksis sosial berperan penting dalam meningkatkan kemampuan literasi pada siswa SD. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik wawancara mendalam dan observasi kepada 9 aktor literasi (guru, siswa, orang tua) di SDN Grojogan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum aktor literasi tidak mengenal dan memaknai literasi atau memaknainya secara sempit hanya sebagai kemampuan membaca, menulis, dan berhitung. Terdapat berbagai tantangan yang dihadapi oleh aktor literasi dari kelas menengah ke bawah dalam praksis literasi, tetapi juga terdapat praksis literasi yang dapat dikembangkan dengan pendekatan literasi visual sesuai konteks sosial dan budaya siswa. Sekolah belum menjadi lokus literasi yang terhubung dengan baik dalam proses pembelajaran.
...... This research aims to analyze the implementation of literacy practices among students at SDN Grojogan in Nganjuk Regency, East Java. Previous studies that discuss aspects contributing to literacy skills can be categorized into two aspects: skill-related aspects (literacy rates in Latin script and the average length of schooling) and literacy resource aspects (libraries, schools, reading parks, internet, computers). Both aspects focus on determining literacy skills based on quantitative data regarding literacy rates, the average length of schooling, and the availability of physical and technological literacy resources. These aspects limit the meaning of literacy and overlook the socio-cultural context, resulting in ineffective targeting of learning. The researcher argues that in addition to skills and literacy resources, cultural aspects, which view literacy as a social practice, play a crucial role in improving literacy skills among elementary school students. This qualitative research uses in-depth interviews and observations with nine literacy actors (teachers, students, parents) at SDN Grojogan. The findings indicate that, in general, the literacy actors are unfamiliar with and have a shallow understanding of literacy, perceiving it merely as reading, writing, and arithmetic skills. Various challenges are faced by literacy actors, particularly those in lower-middle social class, regarding literacy practices. However, there are also literacy practices that can be developed using a visual literacy approach that aligns with the social and cultural context of the students. Schools have not yet become well-connected places of literacy within the learning process"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardhian Dwi Prabowo
"Tulisan ini membahas tentang pembangunan irigasi Widas dan pengaruhnya terhadap kondisi sosial-ekonomi dan lingkungan masyarakat Kabupaten Nganjuk tahun 1978-2010. Permasalahan yang dikaji dalam tulisan ini berkaitan dengan faktor-faktor yang mendorong pembangunan irigasi Widas, proses konstruksi dan pengaruh pembangunan irigasi Widas terhadap kondisi ekonomi dan lingkungan setempat. Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode sejarah yang dikonsepsikan oleh Kuntowijoyo, dengan tahapan pemilihan topik, pengumpulan sumber, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Sungai Widas memiliki manfaat penting bagi kehidupan ekonomi masyarakat khususnya sektor pertanian, namun keberadaannya sering menghadirkan bencana banjir, yang menyebabkan kerugian besar bagi masyarakat Nganjuk. Pembangunan irigasi Widas merupakan program yang dirancang untuk memberikan manfaat ganda, yakni pengendalian banjir Sungai Widas dan promosi produksi pertanian di kawasan Nganjuk. Pembangunan irigasi Widas berhasil meningkatkan produksi pertanian dan memperbaiki ekonomi masyarakat dengan terbukanya peluang melakukan perubahan pola tanam dan budi daya ikan air tawar, namun proyek ini belum mampu membebaskan masyarakat Nganjuk dari bencana banjir karena terganggunya tata hidrologis akibat kerusakan hutan di kawasan hulu Sungai Widas."
Kalimantan Barat : Balai Pelestarian Nilai Budaya, 2020
900 HAN 4:1 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Wan Al Kadri Sai Sohar
"ABSTRAK
Intensifikasi program kusta adalah salah satu upaya yang dilakukan untuk menurunkan angka kesakitan kusta, menurunkan angka kecacatan serta menghilangkan rasa takut terhadap kusta.
Intensifikasi program ini terdiri dari tiga komponen yaitu intensifikasi penyuluhan kesehatan, penemuan kasus baru serta pengobatan kombinasi.
Tujuan penelitian penilaian ini adalah untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan intensifikasi program, khususnya pengaruh terhadap pengetahuan, sikap dan praktek serta penemuan kasus kusta baru dengan kecacatan.
Hasil yang ditemukan adalah (1) intensifikasi program berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap masyarakat, meskipun dikontrol dengan pengaruh variabel pendidikan sebagai confounding (2)terhadap praktek masyarakat ternyata tidak ada pengaruhnya (3)terhadap kasus baru dengan kecacatan ternyata intensifikasi program berpengaruh meskipun dikontrol dengan pengaruh variabel umur dan tipe penyakit sebagai confounding.
Dari analisa data sekunder didapatkan bahwa(1) kasus baru ditemukan sebagian besar telah datang dengan sukarela tetapi masih ada yang datang dalam keadaan lanjut atau dengan kecacatan (2)sebagian kasus baru adalah tipe multi basiler.
Daftar bacaan : 40 ( 1978 - 1989 )"
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Ifyani
"ABSTRAK
Pada tanggal 29 januari 1907, sekitar 41 orang yang dipimpin Asisten Residen C.C.M Henny berangkat menuju desa Beron, tepatnya ke kediaman Darmojoyo selaku pemimpin kerusuhan. Asisten Residen kemudian memerintahkan agar Darmojoyo meletakkan senjata dan menyerahkan diri. Seruan tersebut tidak dijawab bahkan mereka bergelombang menyerang rombongan Asisten Residen tersebut. Pertempuran terjadi. Akhirnya pihak Assisten Residen dapat dicerai beraikan oleh kaum perusuh, hingga keluar dari desa Baron.
Rombongan kedua yang dipimpin oleh Wedana Werujayeng dan Wedana Berbek ketika mendengar tembakan dari arah rumah Darmojoyo, segera menuju ke rumah Darmojoyo untuk memberikan bantuan kepada rombongan Assiten Residen. Namun rombongan yang berjumlah sekitar 29 orang ini dapat dihalau pula dari desa Baron. Dengan demikian usaha menangkap Darmojoyo pada pagi hari tersebut dapatlah dikatakan gagal. Pada sore harinya datang bala bantuan militer dari Surabaya yang dipimpin Letnan satu Hardenberg, dan langsung menuju ke tempat kejadian. Setelah seruan Residen yang diulangi oleh Bupati Berbek untuk meletakkan senjata dan menyerah tidak dihiraukan, maka pasukan bersenjata mulai menembaki kaum perusuh yang terkepung di dalam rumah Darmojoyo.
Akhirnya kerusuhan dapat dipadamkan dengan meninggalkan korban sebanyak 19 perusuh tewas diantaranya Darmojoyo serta menawan lebih dari 66 perusuh. Sedangkan dari pihak pemerintah tercatat 5 orang tewas dan sekitar 10 orang luka-luka. Pada dasarnya untuk melihat kerusuhan petani yang terjadi di desa Baron, kekecewaan-kekecewaan yang dialami pada diri Darmojoyo menempati faktor yang sangat penting. Selain itu ketidakpuasan pra petani terhadap pabrik gula Baron dan Kujonmanis serta menyebarnya kepercayaan bahwa Darmojoyo sebagai Ratu Adil, ikut pula mendukung kerusuhan tersebut muncul kepermukaan. Dengan kata lain bahwa kepentingan pribadi berhasil digeser ke kepentingan sosial melalui Darmojoyo. Penelitian ini membuktikan keberhasilan penyelarasan pemanfaatan kepentingan pribadi dengan kepentingan sosial yaitu ketidakpuasan Darmojoyo dalam usahanya meraih jabatan formal desa (lurah dan kamituwa) dan tuduhan serta hukuman yang ditimpakan kepadanya, kemudian berhasil memobilisasi pengikut-pengikutnya dalam meletuskan aksi. Walaupun aksi sosial ini berhasil ditumpas oleh pemerintah kolonial, namun penelitian ini membuktikan betapa besar pengaruh seorang pemimpin desa.

"
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1995
S12268
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library