Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rendra Dandi Sugandi
Abstrak :
Telah dilakukan penelitian untuk menentukan persamaan faktor wedge dan PDD (Percentage Depth Dose) hingga kedalaman 31 cm beserta faktor outputnya.pada pesawat Linac Siemens Primus 2D Plus baik tanpa wedge dan dengan filter wedge ukuran 15o, 30o, 45o dan 60o. Pengukuran menggunakan water phantom Wellhoffer RFA 300 dan semikonduktor detektor (Photon Field Detektor, PFD3G dan Reference Field Detektor, RFD3G) . Luas lapangan yang yang digunakan bervariasi dengan ukuran 2 x 2 cm2, 3 x 3 cm2, 5 x 5 cm2, 10 x 10 cm2 dan 20 x 20 cm2. Pengukuran ini menggunakan metode SSD dengan jarak 100 cm dengan energi masing-masing 6 dan 10 MV. Digunakan persamaan umum :WF = a (Α)∗ d + b (Α) ,dimana, a(A) adalah nilai slope faktor wedge terhadap kedalaman yang masih tergantung luas lapangan A, yang kemudian menjadi a(A) = α∗Α + α1 dan d merupakan kedalaman (mm) serta b(A) adalah nilai perpotongan persamaan terhadap sumbu Y terhadap perubahan luas lapangan yang kemudian menjadi b(A) = β∗Α + β1. Sehingga didapat persamaan akhir :WF = (α∗Α + α1)∗d + β∗Α + β1.
Wedge factor and PDD measurements have been performed without and with wedge filter 15o, 30o, 45o dan 60o until 31 cm depth using Welhoffer water phantom and associated RFA 300 instrumentation on Siemens Primus 2d Plus linac machine. Field sizes were varied (2 x 2 cm2, 3 x 3 cm2, 5 x 5 cm2, 10 x 10 cm2 and 20 x 20 cm2. Measurements were done using SSD technique at 100 cm on 6 MV and 10 MV beams. General formula of: WF = α (Α)∗ d + β (Α) was used, where a(A) is the slope of wedge factor against depth d (mm) that still depends on field size as a(A) = α∗Α + α1 and b(A) is constant that can be calculated using b(A) = β∗Α + β1. The final expression used was :WF = (α∗Α + α1)∗d + β∗Α + β1.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S29294
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Lukmanda Evan
Abstrak :
Salah satu algoritma perhitungan dosis berkas elektron yang digunakan pada perencanaan radioterapi eksternal adalah algoritma Fermi-Eyges dengan model Hogstrom. Perbandingan antara hasil kalkulasi Fermi-Eyges model Hogstrom dengan hasil pengukuran langsung dilakukan dalam penelitian ini melalui analisa kuantitatif terhadap PDD untuk lima energi (6, 9, 15, 18, dan 21 MeV) dan lima ukuran lapangan (5 cm x 5 cm, 10 cm x 10 cm, 15 cm x 15 cm, 20 cm x 20 cm, dan 25 cm x 25 cm). Kalkulasi dosis dilakukan dengan perangkat lunak Matlab R2009b. PDD hasil perhitungan didapati memiliki diskrepansi rata-rata total 23,19% terhadap PDD hasil pengukuran. Hasil juga menunjukkan bahwa kalkulasi Fermi-Eyges Hogstrom kurang sesuai dengan data pengukuran pada energi tinggi dan lapangan kecil (diskrepansi rata-rata tertinggi ditemukan pada lapangan 5 cm x 5 cm energi 21 MeV senilai 46,33%) dan sesuai pada energi tinggi dan lapangan besar (diskrepansi rata-rata terendah ditemukan pada lapangan 25 cm x 25 cm energi 21 MeV senilai 5,49%). One of the algorithms utilized on electron beam external radiotherapy planning is the Fermi-Eyges (Hogstrom model) formulation. Dose calculation results of Fermi-Eyges (Hogstrom model) formulation for five energy (6, 9, 15, 18, dan 21 MeV) and five field-size (5 cm x 5 cm, 10 cm x 10 cm, 15 cm x 15 cm, 20 cm x 20 cm, dan 25 cm x 25 cm) are compared with those of experimental results for the same parameter. Dose calculation is performed with Matlab R2009b software. The result showed that calculated PDD disagreed by averaged 23,19% with the experimental result on all energies and field-sizes at all depths. Also shown by the result that Fermi-Eyges Hogstrom calculation disagreed significantly with measurement on high-energy, small field-sized beams (greatest discrepancy was found at 21 MeV, 5 cm x 5 cm beam as great as 46,33% averaged at all depths) while agrees on high-energy, large field-sized beams (least discrepancy was found at 21 MeV, 25 cm x 25 cm beam as much as 5,49% averaged at all depths).
2011
S1639
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bowo Prasetio
Abstrak :
ABSTRAK
Seiring dengan perkembangan teknologi, penggunaan physical wedge bisa digantikan dengan menggunakan virtual wedge yang terdapat dalam LINAC. Perlunya karakterisasi penggunaan virtual wedge yang dibandingkan dengan penggunaan physical wedge untuk kepentingan radioterapi. Dengan menggunakan detector PTW729 array, detector farner, solid water phantom dan fantom air dilakukan pengukuran profile berkas, wegde factor, dan percentage depth dose (PDD) physical wedge dan virtual wedge. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan 4 sudut wedge yang berbeda 15o, 30o, 45o, dan 60o kemudian divariasikan pada kedalaman dmax, 5 cm, 10 cm, dan 20 cm , luas lapangan 5x5 cm2, 10x10 cm2, 20x20 cm2 serta variasi posisi wedge pada posisi Target-Gun dan Left-Right. Dari pengukuran didapatkan bahwa Physical wedge mempunyai batasan terhadap luas lapangan, sudut wedge yang tersedia serta waktu penyinaran karena adanya atteunasi sinar dan pemasangan-pelepasan wedge pada tempatnya, Penggunaan virtual wedge bias digunakan untuk lapangan dibawah 10x10 cm2, sedangkan untuk diatasnya mempunyai gap yang mempengaruhi shape/bentuk kurva wedge, Wedge factor yang didapatkan sangat bagus, perlunya pencocokan dengan PDD dan perubahan orientasi posisi wedge, Wedge factor sudut 15o, 30o, 45o, 60o untuk physical wedge kurang dari 0.8, sedangkan untuk semua sudut virtual wedge hamper mendekati 1. PDD yang didapatkan mendekati PDD commissioning dengan persentase perbedaan kurang dari 5%.
Abstract
Along with technological development, the use of physical wedge can be replaced with virtual wedge contained in the Linac. The needed to characterize the use of virtual wedge is compared with the use of physical wedge for the benefit of radiotherapy. By using a detector array PTW729, Farmer detector, solid water phantom and water phantom measured beam profile, wedge factor, and the percentage depth dose (PDD) physical and virtual wedge. Measurements were performed by using four different wedge angles 15o, 30o, 45o, 60o and then varied in depth dmax, 5 cm, 10 cm and 20 cm, wide field of 5x5 cm2, 10x10 cm2, 20x20 cm2 and a variety of wedge position in the target position Target-Gun and the Left-Right. Physical measurements obtained from the wedge that has a wide range of fields, wedge angles are available as well as the irradiation time because of the light and mounting attenuation -release wedge in place, use of virtual wedge under the bias field is used for 10x10 cm2, while for the above has a gap that affects the shape / wedge shape of the curve, wedge factor obtained is very good, matching the need with PDD and changes the orientation of wedge position, wedge factor angle 15o, 30o, 45o, 60o to physical wedge is less than 0.8, while for all the virtual wedge angle almost close to 1. PDD commissioning approach obtained by the percentage difference of less than 5%.
2012
S42447
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Suharyati
Abstrak :
Telah dilakukan pengukuran PDD untuk berkas elektron 12 dan 16 MeV pada fantom akrilik homogen menggunakan TLD. Selanjutnya disisipkan material inhomogen untuk mengetahui perubahan PDD berupa rongga, almunium sebagai simulasi tulang dan gabus sebagai simulasi jaringan paru. Hasil pengukuran menunjukkan PDD dalam akrilik relatif lebih rendah dibandingkan pengukuran dalam air. Jangkauan praktisnya berbeda 8,4% untuk berkas 12 MeV dan 5 % untuk berkas 16 MeV. Pergeseran jangkauan praktis akibat rongga sebesar 37% untuk 12 MeV dan 31,5% untuk 16 MeV. Pergeseran jangkauan praktis akibat material tulang sebesar 20,3% untuk 12 MeV dan 21% untuk 16 MeV. ......A PDD measurement of 12 and 16 MeV electron beams has been done using TLDs in homogeneous acrylics phantom. An inhomogeneous material inserted between homogeneous phantom performed an air cavity, alumunium as bone simulation and cork as lung tissue simulation, to measure perturberation on PDD. The result shows PDD in acrylics relatively lower than in water. Practical range diffrences is 8,4% for 12MeV and 5 % for 16 MeV. Practical range shifted caused by air cavity is 37% for12 MeV and 31,5% for 16 MeV. Practical range shifted caused by bone material is 20,3% for 12 MeV and 21% for 16 MeV.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
T20862
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harjono
Abstrak :
ABSTRAK
Perlakuan radioterapi pada daerah paru memerlukan perhatian khusus karena dalam daerah tersebut terdapat berbagai jaringan dengan densitas massa maupun densitas elektron bervariasi, oleh karena itu setiap komponen mempunyai daya serap yang berbeda. Hasil pengobatan radioterapi dipengaruhi oleh ketepatan sistem perencanaan pengobatan (TPS) dalam menentukan distribusi dosis dalam pasien. Tujuan dari tesis ini adalah untuk mengetahui distribusi dosis (kurva isodosis dan PDD) dalam paru pada simulasi Monte Carlo perlakuan radioterapi kanker paru menggunakan sinar-x Megavolt. Penelitian ini menggunakan simulasi Monte Carlo program paket EGSnrc yang terdiri dari BEAMnrc, dan DOSXYZnrc. Distribusi dosis yang dihasilkan dari simulasi Monte Carlo kemudian dibandingkan dengan data TPS. Dalam simulasi ini, energi awal elektron yang optimum adalah 6,2 MeV untuk mengsimulasikan sinar-x 6 MV. Simulasi Monte Carlo pada citra CT pasien kanker paru sebelah kanan dengan kedalaman target 7.5 cm menghasilkan nilai PDD 84,4 % untuk lapangan 5 x 5 cm2 dan 80,3 % untuk lapangan 10 x 10 cm2. Untuk pasien yang sama kalkulasi TPS menghasilkan nilai PDD pada target 75,2 % untuk lapangan 5 x 5 cm2 dan 74,8 % untuk lapangan 10 x 10 cm2. Faktor koreksi untuk luas lapangan 5 x 5 cm2 adalah 1,0 ? 1,087. Sedangkan pada luas lapangan 10 x 10 cm2 diperoleh faktor koreksi 1,0 -1,066.
Abstract
2012
T31777
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fransisca Yulia Dimitri
Abstrak :
Pada fantom air dibuat mekanik sistem pengendali ketinggian detektor menggunakan motor DC sebagai penggerak detektor dengan metode pengendalian proporsional.Penentuan ketinggian detektor menggunakan PC(LabView).Drat ulir yang digunakan terbuat dari besi dan sensor rotary encoder menghasilkan pulsa 8026 cacahan untuk 1mm. Alat ini telah diuji mampu bergerak sejauh 200 mm dengan hasil yang mendekati setpoint dan didapat error yang paling besar adalah 9 cacahan. Hasil PDD menggunakan fantom air ini mendekati nilai PDD acuan dengan akurasi yang paling besar adalah 99.43%danstandardeviasi0.05%
Deepok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S29480
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Deinar Fadriahz
Abstrak :
ABSTRAK Dalam radioterapi selain lapangan simetri dapat pula menggunakan lapangan asimetri untuk terapi pasien dengan kasus kanker payudara, nasopharynx dan lumbal pelvis. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur distribusi dosis pada fantom akrilik untuk lapangan simetri dan asimetri sinar-x 6 MV dengan variasi kedalaman menggunakan PTW 2D Array. Metode yang digunakan adalah mengukur data untuk PDD lapangan simetri-asimetri (16x16 dan 20x20) cm pada variasi kedalaman 0.5, 1.5, 1.8, 3.0, 5.0, and 10.0 cm. serta mengukur dosis pada daerah tepi lapangan sampai tengah lapangan untuk kedalaman 1.8, 3.0, 5.0, and 10 cm. Hasil PDD dibandingkan antara data TPS dengan data PTW 2D Array. setelah kedalaman maksimum nilai PDD untuk lapangan simetri-asimetri menunjukan kecocokan dengan kalkulasi TPS dengan pernabdingan perbedaan hanya sampai 3% untuk lapangan simetri dan sampai 5% untuk lapangan asimetri. Untuk lapangan asimetri rasio antara daerah tepi lapangan dengan tengah lapangan kurang dari 1.0 % dengan rata-rata 0.86  0.01. Profil untuk lapangan asimetri menyerupai lapangan yang menggunakan wedge sempit dari tepi lapangan sampai dengan titik pengukuran 7 cm. Biasanya 2 lapangan asimetri digunakan untuk melindungi organ/jaringan sehat disekitar kanker dari dosis radiasi yang berlebihan. Perbandingan tepi lapangan dengan tengah lapangan sekitar 86%. Pada jarak 3 cm dari tepi lapangan dosis meningkat sekitar 90%. Oleh karena itu maka lapangan asimetri ini dapat digunakan untuk PTV pada jarak 3 cm dari tepi lapangan asimetri. Nilai PDD untuk lapangan simetri dapat pula digunakan untuk lapangan asimetri. Tidak ada perbedaan antara nilai PDD untuk lapangan simetri-asimetri dari eksperimen dengan kalkulasi TPS.
ABSTRAK In radiotherapy besides symmetrical fields, it is common also to use asymmetrical fields such as for treatment of patients with cancer of breast, nasopharynx, and lumbal pelvis. In this work dose distribution in acrylic phantom from symmetrical and asymmetrical fields of 6 MV X ray beams were measured at various depth using PTW 2D array ion chambers. Methods: Data for PDD (percentage depth dose) for symmetrical and asymmetrical fields of 6 MV X ray beams with the size of 16 x 16 cm and 20 x 20 cm were collected from measurements at the depth of 0.5, 1.5, 1.8, 3.0, 5.0, and 10.0 cm. At 1.8, 3.0, 5.0, and 10 cm depth, dose at several points close to edge-blocked area was also investigated. Results: After maximum depth, PDD for symmetrical and asymmetrical fields indicated good match with those TPS calculations, with difference up to 3% and 5% for symmetrical and asymmetrical field. For asymmetrical field ratio between dose at edge blocked point with that at center field point was always less than 1.0, at the average of 0.86  0.01, for those two fields and at all measured depths, however it is still higher than that occurred at other edge. However profile at asymmetrical side tend to simulate wedged field with small inclination from edge block point up to about 7 cm distance. Discussions : Usually two opposing asymmetrical fields are used to protect specific organ from divergent beams such as dose to lung from radiation treatment of breast cancer. At the asymmetrical edge the dose was about 86% of the dose at the field center. At 3 cm distance from this edge the dose raises to about 90%. Therefore in clinical practice this asymmetrical field is suitable for treating PTV that is located at about 2 cm from the asymmetrical edge. The PDD values for symmetrical fields can be used for asymmetrical field. Conclusions : There is no different between PDD values from symmetrical and asymmetrical fields, and from measured and TPS calculation.
2010
T29009
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Athalia Sunaryo
Abstrak :
Anak yang mengalami Pervasive Developmental Disorder-Not Otherwise. Specified (PDD-NOS), memiliki hambatan dalam memberi respon terhadap stimulus joint attention dari orang lain (Rocha, Schreibman, & Stahmer, 2007). Padahal joint attention merupakan pivotal skills atau keterampilan yang dibutuhkan untuk berkembangnya kemampuan pada area lain (Jones & Carr, 2004). Lebih lanjut, orang tua dikatakan memegang peranan penting dalam perkembangan joint attention response seorang anak (Schertz & Robb, 2006), Program intervensi dalam tugas akhir ini diberikan kepada I, anak laki-laki dengan PDD-NOS yang berusia 7 tahun 3 bulan. Tujuan dari program intervensi ini adalah untuk melatih keterampilan joint attention response I dengan ibu sebagai pelaksana intervensi. Metode yang digunakan adalah discrete trial training (DT'I`). Program imervensi ini dapat dikatakan efektif untuk melatih keterampilan joint attention response. Hasil intervensi menunjukkan I mengalami peningkatan sebanyak 3 dari 6 fase yang terdapat pada joint attention response training. Langkah yang jelas dan tersuuktur dalam DTT, pemberian social reinforce:-, meningkatnya stimulus dan orang tua, serta ketersediaan mainan yang bervariasi dilihat sebagai hal-hal yang mendukung dalam program intervensi. Di sisi lain, pilihan beberapa mainan, lokasi, retardasi mental ringan yang dialami I, serta usia I menjadi kendala dalam pelaksanaan program intervensi. ......Children with Pervasive Developmental Disorder-Not Otherwise Speciiied (FDD-NOS), have deficits in responding to others’ joint attention bids (Rocha, Schreibman, & Stahmer, 2007). Whereas, joint attention is a pivotal skills needed for other areas development (Jones & Carr, 2004). Moreover, parents are said to have the key role in a child’s joint attention response development (Schertz & Robb, 2006). Intervention program in this final project is given to L 7 years old boy I, who diagnosed with PDD-NOS. The purpose of this intervention program is to train l’s joint attention response skill implemented by his mom. Discrete trial training (DTT) is the method used for this intervention. This intervention program is effective to train joint attention response skill. Result shows the increasing of 3 from 6 phases included in joint attention response training. Clear and structured steps of DTT, social reinforoer, increased in parent’s stimulus, availability of various toys considered as supportive factors for intervention program. On the other side, choices of several toys, location, mild mental retardation, and age of I became the hindrance factors of intervention program.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
T34136
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Nugroho Oktavianto
Abstrak :
Telah dilakukan pengukuran relatif untuk mengetahui perubahan parameter dosimetri berkas sinar X 6 MV pada sumbu vertikal/sumbu normal terhadap permukaan dengan variasi sudut gantry 0º, 15º, 30º, 45º, dan 60º dari pesawat Linac Electa Precise 5991 milik Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung dengan luas lapangan 10x10 cm2, 15x15cm2 , dan 20x20 cm2. Rekonstruksi TPS dan simulasi Monte Carlo menggunakan parameter yang sama dengan pengukuran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi perubahan kedalaman maksimum yang dipengaruhi kenaikan luas lapangan dan sudut gantri dengan deviasi terbesar -33,3% pada luas lapangan 20x20 cm2 dan sudut gantri 600 terhadap luas lapangan 10x10 cm2 dan sudut gantri 00. Terjadi titik belok pada sumbu vertikal yang disebabkan karena adanya kemiringan permukaan, yang menurun dengan kenaikan sudut gantri. Hasil rekonstruksi TPS menunjukkan kesesuaian terhadap hasil pengukuran pada titik PDD maksimum, kedalaman 5 cm dan 10 cm, berbeda dengan hasil perhitungan Monte Carlo yang relatif lebih tinggi. Demikian pula untuk titik-titik di luar sumbu vertikal/sumbu normal. Rekonstruksi TPS mempunyai deviasi < 2%, sedangkan perhitungan Monte Carlo mempunyai deviasi < 2% hanya pada daerah kuadran (+). Pengamatan titik-titik pada sumbu utama berkas hanya dilakukan dengan rekonstruksi TPS karena keterbatasan kemampuan alat, hasil penelitian menunjukkan bahwa PDD pada kedalaman dmax, 5 cm, dan 10 cm pada sumbu utama untuk sudut gantri 150 sampai dengan 600 cenderung menurun untuk ukuran lapangan yang sama demikian juga pada daerah kuadran (+). ......Relative meauserement for change of dosimetry parameters X ray beam 6 MV Linac Electa Precise 5991 property of Hasan Sadikin Bandung?s hospital at the vertical central line from surface with incident obliquity 0º, 15º, 30º, 45º, 60º and 10x10 cm2, 15x15cm2, 20x20 cm2 field has been done. As in Reconstruction of TPS and Monte Carlo simuation with the same parameters measurement have been conducted. The result of the experiment showed the change of maximum depth because of the increase in the filed dan angle of gantri with deviation -33% at the 20x20 cm2 field and 600 angle of gantry to 10x10 cm2 field and 00 angle of gantry . To happened point of to drop at the vertical central line because change sloping field to surface and drop on with increase of angle?s gantry. The result of reconstruction of TPS to show not different with meaurement at point máximum PDD, 5 cm depth, 10 cm depth, point at off verical line, Monte Carlo calculation is higher. In all oint of reconstruction?s TPS has deviation < 2%, but calculation Monte Carlo just happen at the kuadran (+) area. Observation at the point in the central beam just done with reconstruction of TPS because the equipment capability limitation in the measurement, PDD at the depth of dmax, 5 cm, 10 cm, 150 to 600 angle of gantry in the central beam tilted decrease for the same field and kuadran (+) area too.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
T29077
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Hidayah
Abstrak :
ABSTRAK
Telah dilakukan pengukuran percentage depth dose (PDD),berkas tissue phantom ratio ( ), profil dosis, faktor keluaran dan volume averaging pada radioterapi lapangan kecil menggunakan Film Gafchromic EBT3, ionisasi chamber CC01 dan CC13. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan karakteristik keluaran berkas foton 6 MV lapangan kecil. Evaluasi pengukuran PDD dilakukan dengan menentukan nilai dan nilai . Profil dosis dianalisa berdasarkan nilai full width half maximum (FWHM) dan penumbra. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa nilai pengukuran dan dengan Film Gafchromic EBT3 memiliki perbedaan yang cukup signifikan pada Varian Clinac iX. Analisa pengukuran FWHM berkas profil, menunjukkan bahwa selisih nilai FWHM di setiap lapangan cenderung konstan yaitu ± 0.4 cm. Nilai deviasi terkecil dan terbesar faktor keluaran pada lapangan square terjadi ketika menggunakan ionisasi chamber CC13 yaitu 0.00% pada lapangan 1.6 × 1.6 cm² dan -23.05% pada lapangan 0.8 × 0.8 cm². Sementara pada lapangan circular, nilai deviasi terbesar terjadi ketika menggunakan ionisasi chamber CC13 yaitu 13.79% pada lapangan 0.8 × 0.8 cm². Nilai faktor koreksi volume averaging semakin meningkat seiring dengan semakin kecil ukuran luas lapangan. Hasil kalkulasi faktor koreksi volume averaging dapat memberikan kesimpulan bahwa Film Gafchromic EBT3 memiliki nilai faktor koreksi volume averaging yang lebih kecil dibandingkan dengan ionisasi chamber.
ABSTRACT
Percentage depth dose (PDD) measurements, tissue phantom ratio ( ), dose profile, output factor and volume averaging on small field radiotherapy using Gafchromic EBT3 Film, ionization chamber CC01 and CC13. The objective of this study was to determine the characteristic of 6 MV of depth and which were evaluated by PDD measurement. Dose profile was analyzed based on the value of full width half maximum (FWHM) and penumbra. The measurement showed that the value of and which analyzed by Gafchromic EBT3 Film indicated significant value to Varian Clinac iX. FWHM measurement demonstrated of the beam profile showed that difference FWHM value in each field tends to be constan is ± 0.4 cm. The lowest and highest deviation of the output factor in the square field occured when used ionization chamber CC01 around of 1.14% in the field of 0.8 × 0.8 cm² and -23.05% in the field 0.8 × 0.8 cm². On the other had, the higher deviation at circular field occurs when using ionization chamber CC13 at about 13.79% in the field 0.8 × 0.8 cm². In addition, the correction factor of the volume averaging increased with inversely proportional to size of the field. The result of calculation of volume averagingcorrection factor can be concluded that Gafchromic EBT3 Film has a smaller volume averaging correction factor compared to ionization chamber.
2017
T49226
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library