Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jocelyn Nataniel
"Masalah limbah plastik polietilena tereftalat (PET) di Indonesia menjadi perhatian yang serius karena penguraiannya lambat dan berpotensi merusak lingkungan. Solusi yang menjanjikan adalah Ideonella sakaiensis polyethylene terephthalate hydrolase (IsPETase) yang dapat mendegradasi plastik dengan lebih cepat. IsPETase sebelumnya telah diekspresikan di Escherichia coli BL21 (DE3). Namun, IsPETase masih terekspresikan secara insoluble sehingga IsPETase perlu diamati ekspresi gen dan optimasi kondisi ekspresi pada E. coli Arctic Express (DE3). Penelitian bertujuan untuk mengamati ekspresi gen PETase pada E. coli Arctic Express (DE3) dan menentukan kondisi optimal untuk ekspresi. Penelitian ini melibatkan berbagai tahapan seperti peremajaan kultur rekombinan, produksi protein, dan pemanenan, yang dioptimalkan untuk kondisi ekspresi. Ekspresi gen PETase diamati pada fraksi ekstraseluler (dipekatkan), periplasmik (dipekatkan), dan sitoplasmik. Fraksi ekstraseluler belum terekspresikan secara optimal sehingga optimasi kondisi ekspresi dilanjutkan pada fraksi sitoplasmik (soluble) dengan media pertumbuhan Luria Bertani (LB), induksi IPTG 1,0 mM selama 8 jam, dan waktu sonikasi selama 10 menit menghasilkan aktivitas spesifik PETase 0,07 U/mg. Namun, pemurnian protein dan ekspresi perlu dilakukan dengan sel inang Bacillus.

The problem of polyethylene terephthalate (PET) plastic waste in Indonesia has become a serious concern due to its slow degradation and potential environmental damage. A promising solution is Ideonella sakaiensis polyethylene terephthalate hydrolase (IsPETase), which can degrade plastic faster. IsPETase has been expressed in Escherichia coli BL21 (DE3), but it is still expressed insolubly, so the expression of the gene and the optimization of the expression conditions in Escherichia coli Arctic Express (DE3) need to be observed. This study aims to observe the PETase gene expression in E. coli Arctic Express (DE3) and determine the optimal conditions for expression. This study involves various stages, such as refreshing culture, protein production, and harvesting, which are optimized for expression conditions. PETase gene expression was observed in the extracellular (concentrated), periplasmic (concentrated), and cytoplasmic soluble fractions. The extracellular fraction has not been optimally expressed, so expression optimization continued in the cytoplasmic fraction with Luria Bertani (LB) growth medium, IPTG induction of 1.0 mM for 8 hours, and sonication time for 10 minutes, resulting in specific activity of 0.07 U/mg. However, protein purification is required and expression is performed with Bacillus host cells."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Nauval Ariq Ms
"Penelitian ini mengkaji determinan intensi pembelian produk plastik daur ulang berbahan Polyethylene Terephthalate (PET) di Indonesia menggunakan pendekatan hybrid Structural Equation Modeling (SEM) dan Artificial Neural Network (ANN). Dalam konteks ekonomi sirkular, plastik PET daur ulang memiliki potensi besar untuk mengurangi limbah plastik dan emisi karbon. Namun, kesadaran masyarakat terhadap manfaat produk ini masih rendah, sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi intensi pembelian. Data dikumpulkan melalui kuesioner yang disebarkan kepada konsumen di berbagai wilayah Indonesia. SEM digunakan untuk mengevaluasi hubungan linier antar variabel laten, sedangkan ANN diterapkan untuk menangkap pola non-linier yang tidak teramati dalam SEM. Selain itu, Multi-Group Analysis (MGA) dilakukan untuk memahami perbedaan hubungan antar variabel pada kelompok generasi yang berbeda. Hasil SEM menunjukkan bahwa semua variabel memiliki pengaruh signifikan terhadap intensi pembelian. Sementara itu, ANN mengidentifikasi pola non-linier yang menunjukkan bahwa beberapa variabel tambahan, seperti literasi lingkungan (L) dan kontrol perilaku yang dirasakan (KP) memainkan peran penting dalam mendorong niat pembelian. Hasil MGA menunjukkan tidak adanya perbedaan signifikan antar generasi dalam intensi pembelian, meskipun terdapat beberapa perbedaan di beberapa variabel. Hambatan utama seperti persepsi kualitas rendah, harga yang dianggap mahal, dan kurangnya edukasi konsumen menjadi tantangan besar dalam implementasi produk ini di Indonesia. Penelitian ini berkontribusi untuk meningkatkan kesadaran para pemegang kepentingan, termasuk pihak industri dan pemerintah, agar dapat mengembangkan strategi yang lebih efektif dalam meningkatkan perilaku dan kesadaran masyarakat terhadap produk daur ulang, khususnya plastik PET. Melalui pendekatan ini, diharapkan stakeholder terkait dapat mendorong adopsi produk ramah lingkungan yang lebih luas dan mendukung pengurangan limbah plastik secara signifikan di Indonesia.

This study examines the determinants of purchase intention for recycled Polyethylene Terephthalate (PET) plastic products in Indonesia using a hybrid approach of Structural Equation Modeling (SEM) and Artificial Neural Network (ANN). Within the context of the circular economy, recycled PET plastic products hold significant potential for reducing plastic waste and carbon emissions. However, public awareness of the benefits of these products remains low. This research aims to identify the factors influencing purchase intention. Data were collected through questionnaires distributed to consumers across various regions in Indonesia. SEM was employed to evaluate linear relationships between latent variables, while ANN was utilized to capture non-linear patterns unobservable in SEM. Additionally, Multi-Group Analysis (MGA) was conducted to explore differences in variable relationships across generational groups. The SEM results reveal that all variables significantly impact purchase intention. Meanwhile, ANN identifies non-linear patterns showing that additional variables, such as environmental literacy (L) and perceived behavioral control (PBC), play crucial roles in driving purchase intention. MGA findings indicate no significant differences between generations regarding purchase intention, although some variations exist in certain variables. Key challenges, including low perceived product quality, high prices, and a lack of consumer education, remain significant barriers to implementing recycled PET products in Indonesia. This research contributes to raising awareness among stakeholders, including industry players and the government, to develop more effective strategies for enhancing public behavior and awareness toward recycled products, particularly PET plastic. By integrating SEM and ANN approaches, this study provides actionable insights that stakeholders can leverage to promote broader adoption of environmentally friendly products and significantly reduce plastic waste in Indonesia."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sony Aria Wiryawan
"ABSTRAK
Polyethylene terephthalate (PET) merupakan poliester termoplastik yang diproduksi secara komersial melalui produk kondensasi. PET adalah bahan dasar dari botol plastik dengan berat jenis berkisar antara 0.92-0.96 dan akan mengeras bila dipanaskan. Berdasarkan karakteristik fisik dari PET, dalam studi ini telah dilakukan penelitian limbah botol plastik PET sebagai bahan baku pembuatan agregat kasar ringan dan menggunakannya dalam campuran beton ringan. Agregat kasar ringan dihasilkan dari pembakaran botol PET, hasil pembakaran diperoleh agregat dengan bentuk tidak beraturan dan bersudut dengan tekstur permukaan halus. Karakteristik geometrik agregat ringan tersebut menyerupai agregat kasar pada umumnya. Pengujian sifat fisik agregat diperoleh berat jenis sebesar 1,316, penyerapan air 1,140%, berat isi 820 kg/m3, dan keausan agregat 28,40%. Dari pengujian kuat tekan hancur agregat terhadap 2 ukuran spesimen kubus diperoleh kuat tekan hancur agregat plastik kubus (5_5_5) cm lebih besar 1,06 kali dibandingkan dengan kubus (15_15_15) cm. Namun dalam perhitungan rancang campur beton ringan nilai kuat tekan hancur agregat kubus (15_15_15) cm yang digunakan. Dalam studi ini, agregat ringan plastik dan agregat halus normal (pasir alam) diklasifikasikan berdasarkan ukuran spesimen kubus yang digunakan yaitu kubus beton (5_5_5) cm dan (15_15_15) cm sehingga diperoleh beton ringan agregat bergradasi normal dan beton ringan agregat bergradasi modifikasi. Dari hasil pengujian beton ringan agregat plastik meliputi pengujian beton segar dan beton yang telah mengeras memperlihatkan beton segar agregat plastik mempunyai kelecakan yang baik, berat isi kering 1742 kg/m3, kuat tekan ratarata beton ringan bergradasi normal (263,333 ? 270,757) kg/cm2 dan kuat tekan rata-rata beton ringan bergradasi modifikasi (228,374 ? 263,333) kg/cm2. Kuat tekan beton yang didapat dengan menggunakan kuat tekan mortar maksimum masih dibawah kuat tekan target rencana sebesar 287,2 kg/cm2, modulus elastisitas sebesar (104612-104642) kg/cm2, Poisson?s Ratio (0,2201-0,2212). Berdasarkan pada hasil kuat tekan beton ringan terjadi penurunan kekuatan untuk beton ringan dengan spesimen kubus ukuran (5_5_5) cm sebesar 0,97 kali lebih kecil dibandingkan dengan beton ringan spesimen kubus ukuran (15_15_15) cm, hal ini diperkirakan terjadi karena agregat plastik dengan gradasi yang lebih kecil mempunyai porositas yang besar sehingga berpengaruh pada kuat tekan beton ringan yang dihasilkan. Besarnya porositas yang terjadi pada agregat dengan gradasi yang lebih kecil dikarenakan pola pemecahan yang berulang-ulang pada saat mendapatkan gradasi agregat tersebut dan diperkirakan timbul retak-retak pada struktur dalam agregat. Hal ini dapat dibuktikan dengan pengujian porositas dimana untuk agregat ringan ukuran (6.35-4.75) mm porositasnya sebesar 28,37% sedangkan agregat ringan ukuran (25,4-9,5) mm porositasnya hanya sebesar 12,67%.

ABSTRACT
Polyethylene terephthalate (PET) is classified as thermoplastic polyester that is commercially produced by condensation system. PET is used as the basic raw material to produce plastic bottle with specific gravity ranging between 0.92-0.96 and will become hardened when it has heated. Based on physical characteristic of PET, this study has been done an investigation about PET as basic raw material for lightweight coarse aggregates and the usage of these aggregates in lighweight concrete. Lightweight coarse aggregates for lightweight concrete produced from burned plastic PET bottle. The shape of aggregates were irregular and angular with smooth surface. The geometric characteristic of aggregates were generally look like of coarse aggregate. The test results of physical properties of aggregates such as specific gravity is 1,316, density is 820 kg/m3, and the resistance of abration is 28,40%. Aggregates crushing strength result of lightweight coarse aggregate show on a size cube of (5_5_5) cm has strength larger by 1,06 times compared to a size cube of (15_15_15) cm, but in the calculation of lighweight concrete mixture were used the aggregates crushing strength of cube (15_15_15) cm. In this study, lightweight coarse and fine aggregate were classified according to the size of concrete cube so there are two different type of lightweight concrete, a modification and normal grade. Based on test of lightweight concrete including fresh and hardened concrete show that the fresh concrete has good workability, dry weight of concrete 1742 kg/m3, the average strength of lightweight concrete with a normal grade were ranging between (263,333-270,757) kg/cm2 and a modification grade were ranging between (228,374-263,333) kg/cm2, strength of concretes results with the used that have maximum strength mortar were still below the target strength equal to 287,2 kg/cm2, modulus of elasticity was ranging between (104612-104642) kg/cm2, and Poisson?s ratio was ranging between (0,2201-0,2212). Based on the result of compressive strength of lightweight concrete, the decrease in strength of concrete cube (5_5_5) cm was occured because of the aggregates that were used have relatively high porosity. High porosity was occured because of repeatedly crushing process to get smaller aggregates, and its process would cause fracture in interstructure of aggregates. The result of porosity test show that lightweight coarse aggregate with size (6.35-4.75) mm or the smaller ones has porosity 28,37% compared by coarse aggregate with size (25,4-9,5) mm that has porosity only 12,67%."
2006
S35863
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abimantrana
"Hollow-CoreSlabbukanlah produk baru di dunia konstruksi. Namun, selama ini Hollow-CoreSlabidentik dengan produksi di pabrik secara pracetak dan melibatkan proses prategang. Sebuah rangkaian penelitian dilakukan, untuk meneliti mengenai perilaku dan kapasitas lentur Hollow-CoreSlabyang dibuat secara insitu non-prategang dengan menggunakan limbah botol PET sebagai pembuat lubang. Skripsi ini akan membahas mengenai pengaruh penambahan sengkang diagonal dan vertikal terhadap perilaku pelat Hollow-CoreSlab(HCS) insitu non-prategang dan feasibilitas pelaksanannya. Penelitian ini dilakukan secara eksperimental dengan menggunakan benda uji berdimensi 1750 x 600 x 150 mm3. Pada penelitian ini dilakukan pengujian pembebanan empat titik sehingga didapatkan perbandingan perilaku antara HCS insitu non-prategang yang diperkuat oleh sengkang dengan HCS insitu non-prategang yang tidak diberi perkuatan. Analisis dilakukan dengan membandingkan grafik beban-lendutan, grafik momen-rotasi, dan pengamatan visual dari pola retak dan keruntuhan yang terjadi pada benda uji.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa HCS insitu non-prategang dengan perkuatan sengkang memberikan kemudahan dalam hal pelaksanaan. Adanya sengkang membantu memastikan limbah botol PET yang digunakan tidak bergerak selama proses pengecoran. Selain itu, perilaku HCS insitu non-prategang yang diperkuat sengkang tidak berbeda dengan yang tidak diperkuat sengkang. Keruntuhan yang terjadi pada keduanya sama-sama didominasi oleh kegagalan lentur. Adapun kapasitas lentur HCS insitu non-prategang yang diperkuat sengkang meningkat antara 8-11 %. Penelitian ini memberikan pemahaman mengenai kemudahan pelaksanaan yang didapat dari adanya sengkang pada HCS insitu non-prategang, sehingga membuka kemungkinan untuk diaplikasikan pada proyek konstruksi.

Hollow-CoreSlabis not a new product in the construction world. But, Hollow-Core Slab has always been known as precast and prestressed concrete product. A series of experiment is therefore conducted, to study the behavior and bending capacity of a Cast In-site Non-prestressed Hollow-Core Slab, which was made using PET Plastic Botle Waste as it?s Void. This undergraduate thesis will discuss and explain the effect of added Stirrups, whether its diagonally or vertically assembled, to the behavior and manufacturing feasibility of Cast In-Site Non-prestressed Hollow-Core Slab. The study was done by experiment using samples of 1750 x 600 x 150 mm3. The testing was conducted using four-point-loading method, in order to obtain results that show behavior comparison of the tested samples. Analysis is conducted by comparing force-displacement graphs, moment-rotation graphs, and visual observation of crack pattern and failure mode.
From the results, it is discovered that HCS samples with added Stirrups are easier to be manufactured. The presence of Stirrups contributes in making sure that the PET Plastic Bottle Waste will not shift or move during casting. Besides of that, it is confirmed from this experiment that the presence of Stirrups does not change the failure mode of Cast In-site Non-prestressed HCS. Both variants, with or without added Stirrups, has a failure mode that is governed by flexural failure. Furthermore, the flexural capacity of HCS is 8-11 % increased by the presence of Stirrups. This study gives us understanding about how Cast In-Site Non-prestressed HCS can be manufactured in a simpler way, so to make it easier to be applied in the real-world construction project.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S599
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library