Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Derry Luthfy
"Energi surya merupakan salah satu sumber energi terbarukan yang tersedia melimpah dan ramah lingkungan terutama di negara tropis. Penggunaan pembangkit listrik tenaga surya semakin bervariasi, baik dalam bentuk pembangkitan besar-besaran di daerah yang luas dan terpencil maupun di tempat-tempat umum yang bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada pembangkit listrik yang praktis. Pada penelitian ini dilakukan simulasi perancangan PLTS on-grid di Kantin Fakultas Teknik Universitas Indonesia dengan pengujian dengan 2 metode yang berbeda. Metode pertama adalah perancangan berdasarkan beban harian pada kantin on-grid dan cadangan baterai on-grid, yang kedua adalah pemanfaatan area yang dapat dipasang panel surya on-grid dan baterai cadangan on-grid. Penelitian ini bertujuan untuk melihat tingkat kelayakan teknis dan ekonomis dari rancangan ini. Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa metode perancangan PLTS berdasarkan on-grid area yang tersedia menghasilkan tingkat keandalan ekonomi yang paling baik, dimana sistem ini dapat memberikan kontribusi penyediaan energi listrik sebesar 68,98% dari beban hari kerja dan 182,18%. dari beban. hari libur, dan dapat menghasilkan potensi energi sebesar 16.063 kWh per tahun.

Solar energy is one of the renewable energy sources that is abundantly available and environmentally friendly, especially in tropical countries. The use of solar power plants is increasingly varied, both in the form of large-scale generation in large and remote areas and in public places with the aim of reducing dependence on practical electricity generation. In this study, a simulation of the on-grid PV mini-grid design was carried out at the Canteen of the Faculty of Engineering, University of Indonesia by testing with 2 different methods. The first method is a design based on the daily load on the on-grid canteen and on-grid battery backup, the second is the utilization of the area that can be installed on-grid solar panels and on-grid backup batteries. This study aims to see the level of technical and economic feasibility of this design. From the results of the analysis, it can be concluded that the PLTS design method based on the available on-grid area produces the best level of economic reliability, where this system can contribute to the supply of electrical energy by 68.98% of the workday load and 182.18%. from the load. holidays, and can generate energy potential of 16,063 kWh per year."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Abdul Fathah
"Energi surya merupakan sebuah energi terbarukan yang dapat menjadi energi listrik. Berdasarkan Instruksi Gubernur Nomor 66 Tahun 2019 ayat 7 mengenai peralihan ke energi terbarukan dan mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil dengan menginstalasi PLTS pada seluruh gedung pemerintah daerah. Indonesia mempunyai potensi energi bekisar 4,8 kWh/m2/hari yang dapat mengurangi polusi dari penggunaan energi fosil. Pemakaian energi pada hampir disemua sekolah cukup besar di siang hari dan saat malam hari hampir tidak adanya profil beban. Pembangkit Listrik Tenaga Surya mampu memberikan energi berkelanjutan dan penghematan biaya pemakaian listrik. Perancangan PLTS mempunyai standar kelayakan teknis dan ekonomis. Standar kelayakan teknis seperti, parameter irradiasi di lokasi, daya yang dihasilkan harus lebih besar 50% dari daya puncak beban, serta pemakaian luas area yang tersedia harus lebih besar dari yang terpakai untuk perancangan plts. Standar kelayakan ekonomis berdasarkan nilai NPV harus positif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan baik secara teknis maupun secara ekonomis dari perancangan ini. Energi listrik yang dihasilkan PLTS berasal dari sel surya berjenis monokristalin yang mempuyai tingkat efisien 24% lebih tinggi dibandingkan jenis sel surya yang lain. Sistem perancangan PLTS yang digunakan terhubung langsung dengan PLN dengan menggunakan grid tie converter serta pencatat kWh expor-impor. Daya PLTS yang dihasilkan harus lebih besar dari 50% daya puncak beban yang ada. Dari hasil analisis penelitian dapat disimpulkan bahwa perancangan PLTS di SDN 01 Pejaten Timur mempunyai nilai kelayakan secara teknis maupun secara ekonomis. Penelitian ini layak secara teknis karena, tingkat irradiasi matahari yang ada di lokasi sebesar 4 kWh/m2/hari, daya PLTS yang dihasilkan sudah lebih besar dari 50% daya puncak beban, dan luas area yang terpakai untuk perancangan plts di area sekolah masih lebih kecil dengan luas area sekolah yang tersedia. Penelitian ini layak secara ekonomis karena, nilai NPV yang didapatkan positif selama 25 tahun umur PLTS. Perancangan PLTS ini mempunyai lama titik impas berada pada tahun ke 18 penggunaan dan sudah mendapatkan keuntungan.

Solar energy is a renewable energy that can be electricity. Based on Governor Instruction Solar energy is a renewable energy that can be electricity. Based on Governor Instruction Number 66 Year 2019 paragraph 7 regarding the transition to renewable energy and reducing dependence on fossil fuels by installing PLTS in all local government buildings. Indonesia has an energy potential of around 4.8 kWh/m2/day which can reduce pollution from the use of fossil energy. Energy use in almost all schools is quite large during the day and at night there is virtually no load profile. Solar Power Plants are able to provide sustainable energy and reduce electricity consumption costs. The design of PLTS has technical and economic feasibility standards. Technical feasibility standards such as irradiation parameters at the site, the power produced must be greater than 50% of the peak power, and the use of the available area must be greater than that used for the design of PLTS. Standard of economic feasibility based on NPV value must be positive. This study aims to determine the level of feasibility both technically and economically from this design. The electrical energy produced by PLTS comes from monocrystalline solar cells which have an efficient level of 24% higher than other types of solar cells. The PLTS design system used is connected directly to PLN using a grid tie converter and export import kWh recorder. The PLTS power generated must be greater than 50% of the existing peak load power. From the results of the research analysis it can be concluded that the design of PLTS in SDN 01 Pejaten Timur has technical or economic feasibility. This research is technically feasible because, the level of solar irradiation at the site is 4 kWh/m2/day, the solar power generation generated is greater than 50% of the peak load power, and the area used for designing solar power in the school area is still smaller with the size of the school area available. This study is economically feasible because, the NPV value obtained is positive for 25 years of PLTS. The design of this PLTS has a break even point in the 18th year of use and has already benefited."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ariyq Naufal Mizard
"ABSTRAK
Salah satu tantangan yang dihadapi oleh Indonesia saat ini adalah pemenuhan kebutuhan energi listrik yang terus meningkat dengan kondisi sumber energi yang semakin menipis. Salah satu solusi yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan membuat peraturan yang mengutamakan penggunaan sumber energi terbarukan sebagai sumber energi listrik, salah satunya yaitu energi surya. Pemanfaatan energi surya dapat diterapkan pada tempat ibadah yang memerlukan energi listrik untuk melaksanakan ibadah dan kegiatan keagamaan lainnya. Pada penelitian ini, dilakukan sebuah studi mengenai bagaimana implementasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya On-Grid 3,12 kWp pada Mushola Fakultas Teknik Universitas Indonesia (Mustek FTUI), Depok, Jawa Barat. Penelitian dilakukan dengan mencari tren daya dan konsumsi energi beban baik sebelum dan setelah pemasangan PLTS untuk diketahui besar penghematan listrik yang dihasilkan oleh pemasangan PLTS terhadap Mustek FTUI. Berdasarkan studi dan penelitian yang dilakukan, pemasangan PLTS 3,12 kWp pada Mushola Fakultas Teknik Universitas Indonesia menghasilkan penghematan energi listrik sebesar 32,19-55,67. Pengiriman daya yang dibangkitkan oleh PV untuk memenuhi kebutuhan Mustek umumnya terjadi pada pukul 10:00-14:00, dengan kondisi maksimal daya listrik terbesar yang dihasilkan PLTS terjadi pada pukul 11:30-13:00 sebesar 2.344 W dan daya yang diekspor menuju PLN sebesar 939 W. Sedangkan pada pukul 06:00-10:00 dan pada pukul 14:00-18:00 pengiriman daya untuk beban Mushola Fakultas Teknik umumnya berasal dari PLN.

ABSTRACT
The problem currently faced by Indonesia is to overcome the decline in fossil fuel energy sources as a source of electrical energy to overcome the increase in electricity demand. One of the solutions made by the government to overcome this problem is to make regulations that prioritize the use of renewable energy sources as a source of electricity, one of which is solar energy. The utilization of solar energy power plant can be implament in tabernacle where electricity is required the most for religious activities. In this research, a study was conducted on how the implementation and works of an 3.12 kWp On-Grid solar power system on Mushola Engineering Faculty of Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat. The research is done by searching the electric power and energy consumption before placing solar power plant and after plant with the purpose of knowing how much energy saving that has been done by installing solar power plant in Mushola of Engineering Faculty Universitas Indonesia. Based on the study and research that has been done, installing 3.12 kWp solar power plant to Mushola of Faculty Engineering Universitas Indonesia resulting in 32.19-55.67 electricity saving. Most of electric power that sourced from PV happened at 10:00-14:00, with at 11:30-13:00 is when the PV produced highest electric power equal to 2,344 W and export it to PLN up to 939 W. But during 06:00-10:00 and at 14:00-18:00, the electric power for Mushola of Engineering Faculty is sourced mostly from PLN.
"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Erliza
"Limbah air asin sebagai produk sampingan dari proses desalinasi PLTU dapat menyebabkan dampak buruk bagi lingkungan jika pembuangannya tidak diolah dengan baik. Di sisi lain, limbah air asin dapat menjadi sumber daya berharga/ valuable resources karena mengandung senyawa yang memiliki nilai jual seperti Na+ dan Cl- yang dibutuhkan industri. Strategi valorisasi mengubah paradigma limbah air asin yang merupakan “limbah/produk sampingan” menjadi “sumber daya” untuk berbagai tujuan dan aplikasi lainnya. Valorisasi limbah air asin menjadi larutan garam murni dengan kadar NaCl >200mg/L dapat menjadi bahan baku alternatif bagi industri Chlor Alkali Plant (CAP). Pendekatan penilaian sistematis harus diterapkan memperkirakan keberlanjutan dan kelayakan investasi dan bisnis pada teknologi valorisasi limbah air asin untuk menjadi bahan baku industri CAP, baik dari sudut pandang teknologi, maupun manfaat ekonomi, sosial, dan dampak terhadap lingkungan. Analisis biaya-manfaat digunakan untuk memilih teknologi valorisasi limbah air asin menjadi larutan garam murni untuk diterapkan di Indonesia. Teknologi valorisasi limbah air asin yang dianalisis adalah membran elektrodialisis dan gabungan teknologi membran reverse osmosis-osmotically assisted reverse osmosis (RO-OARO). Teknologi valorisasi menggunakan teknologi reverse osmosis - osmotically assisted reverse osmosis (RO-OARO) terpilih sebagai teknologi yang layak dikembangkan di Indonesia berdasarkan kriteria dalam analisis biaya-manfaat. Integrasi PLTS on-grid (PLTS dan jaringan listrik PLN) dengan sistem valorisasi limbah asin yang menggunakan membran RO-OARO disusun sebagai upaya mengurangi ketergantungan pasokan listrik PLN. Model goal programming dibangun untuk menentukan optimalisasi sistem integrasi PLTS on-grid dan sistem valorisasi limbah air asin dengan multi tujuan yaitu untuk memaksimalkan net present value (NPV) proyek, mengurangi emisi gas rumah kaca (CO2e), dan meminimalkan persentase kontribusi jaringan listri PLN yang dipasok. Hasil perhitungan analisis biaya-manfaat digunakan sebagai batasan tujuan pada model goal programming ini. Model ini mampu menunjukan jumlah panel fotovoltaik (PV) yang diperlukan, jumlah energi yang dipasok dari jaringan listrik PLN, dan jumlah energi surplus yang dijual ke jaringan listrik PLN. Hasil perhitungan menunjukan jumlah optimal panel PV yang dapat dibangun sebanyak 614 unit pada luas lahan 1.000 m2. Kapasitas maksimum yang dihasilkan PLTS sebesar 20,67 kWh/jam, berkontribusi sebesar 6% untuk memasok listrik ke sistem valorisasi limbah air asin, dan PLTS tidak menghasilkan kelebihan listrik yang dapat dijual ke PLN. Artinya, PLTS harus diintegrasikan dengan jaringan listrik PLN untuk memenuhi kebutuhan listrik sistem valorisasi limbah air asin agar tetap memiliki keuntungan di dalam kurun waktu 10 tahun.

The rejected brine as a by-product of the desalination process can harm the environment if the disposal does not appropriately treat. On the other hand, rejected brine is also a potential source because it contains valuable compounds, such as Na+ and Cl-, which the industry needs. The valorization strategy changes the paradigm of rejected brine, which is a “waste/by-product” into a “resource” for various purposes and other applications. The rejected brine valorization into NaCl solution with saturation more than 200mg/L can be an alternative raw material for the chlor alkali plant (CAP) industry. A systematic assessment approach should be applied to estimate the sustainability and feasibility of investment and business in valorization technology for rejected brines to become raw materials for the CAP industry, both from a technological point of view, as well as economic, social and environmental benefits. The cost-benefit analysis was used to select the technology for rejected brine valorization into a NaCl solution for Indonesia. The rejected brine valorization technology analyzed was electrodialysis membranes and a combination of reverse osmosis-osmotically assisted reverse osmosis (RO-OARO) membranes technology. Valorization technology using reverse osmosis-osmotically assisted reverse osmosis (RO-OARO) was selected as a feasible technology that developed in Indonesia based on the criteria in the cost-benefit analysis. Integrating PV on-grid (PV and grid) with a rejected brine valorization system using RO-OARO membranes is structured to reduce dependence on PLN's electricity supply. The goal programming model was built to determine the optimization of the integrating PV on-grid system and rejected brine valorization system with multiple objectives, namely to maximize the project's net present value (NPV), reduce greenhouse gas (CO2e) emissions, and minimize the percentage contribution of the PLN electricity network. The result of the cost-benefit analysis is used as a goal limitation in this goal programming model. This model is able to show the required number of photovoltaic (PV) panels, the amount of energy supplied from the PLN electricity grid, and the amount of surplus energy sold to the grid. The calculation results show that the optimal number of PV panels is 614 units on a land area of ​​1,000 m2. The maximum capacity produced by PV is 20.67 kWh/hour, contributing 6% to supply electricity to the saltwater waste valorization system, and PV does not produce excess electricity that can be sold to PLN. It means that PV must be integrated with the grid to meet the rejected brine valorization system's electricity needs to continue to profit within ten years."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chaizar Ali Fachrudien
"Pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) telah meningkat dengan signifikan pada satu dekade terakhir. Pada tahun 2014, International Energy Agency (IEA) mencatat bahwa kapasitas pembangkitan PLTS diseluruh dunia telah mencapai 177 GWp, dimana 99%-nya merupakan PLTS on-grid. PLTS on-grid merupakan sistem pemasangan PLTS yang terhubung dengan jaringan utilitas, sehingga dibutuhkan beberapa studi untuk menentukan kapasitas dan lokasi optimal pemasangan PLTS. Pemasangan PLTS dengan kapasitas dan lokasi optimal dapat mengurangi rugi daya saluran sehingga sistem distribusi akan semakin efisien.
Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi karakteristik penurunan nilai rugi daya saluran akibat penetrasi PLTS pada beberapa sistem distribusi radial dan mengembangkan sebuah perhitungan nilai rugi daya saluran terkecil berdasarkan karakteristik tersebut untuk menentukan kapasitas dan lokasi pemasangan optimal PLTS pada sistem distribusi radial. Terdapat 7 sistem distribusi yang diinvestigasi, yaitu 2 sistem distribusi standar The Institute of Electrical and Electronics Engineer (IEEE) dan 5 sistem distribusi Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Simulasi aliran daya dilakukan pada ke-7 sistem distribusi tersebut dengan menggunakan perangkat lunak DIgSILENT Powerfactory 14.1, dimana data yang diambil adalah data rugi daya saluran. Penetrasi PLTS divariasikan 10% - 100% dan lokasi pemasangan PLTS divariasikan dari bus terdekat gardu induk (GI) sampai bus terjauh dari GI. Karakteristik rugi daya saluran seiring pergeseran lokasi pemasangan PLTS ke ujung penyulang menghasilkan grafik polinomial orde 2 (y = ax2 ? bx + c, a > 0) dan grafik fungsi x dengan pangkat negatif (y = ax-c), sementara seiring kenaikan kapasitas PLTS menghasilkan grafik polinomial orde 2 dengan nilai a > 0.
Karakteristik tersebut digunakan pada perhitungan dengan pemrograman C untuk menentukan lokasi dan kapasitas optimal PLTS, dimana hasil penentuan titik optimalnya sesuai dengan hasil perhitungan DIgSILENT Powerfactory 14.1, akan tetapi memiliki perbedaan nilai rugi daya saluran sebesar 11.18%. Berdasarkan perhitungan DIgSILENT, lokasi optimal berada pada nomor bus dengan rentang 42.1% - 89.47% atau rata-rata pada nomor bus 67.25% dari bus GI dengan rentang kapasitas penetrasi optimal 80% - 90%.

The utilization of photovoltaic (PV) has risen significantly over the last decade. In 2014, International Energy Agency (IEA) reported that the photovoltaic generation capacity had reached 177 GWp around the world, where 99% of it were on-grid. On-grid photovoltaic is a photovoltaic installation system that is connected to the utility grid, therefore some studies are required to determine the optimum photovoltaic capacity and location. An optimum photovoltaic capacity and its location can minimize line loss, therefore the distribution system become more efficient.
This research aims to investigate the line loss reduction characteristics due to photovoltaic penetration on radial distribution grids and develop a minimum line loss calculation based on that characteristics to determine an optimum photovoltaic penetration capacity and location on that grids. 7 distribution grids were investigated: 2 distribution grids from the Institute of Electrical and Electronics Engineer (IEEE) standard and 5 distribution grids from the National Electricity Company of Indonesia (Perusahaan Listrik Negara, PLN).
The load flow simulation was done on these 7 distribution grids by using software DIgSILENT Powerfactory 14.1, where in the line loss data were taken. The photovoltaic penetration was varied from 10% to 100% and the location was varied from the nearest bus until the farthest bus from the substation. The line loss characteristics, corresponding to the shift on photovoltaic location up to the edge of the feeder yields a 2nd order polynomial graph (y = ax2 ? bx + c, a > 0) and an x function graph with a negative order (y = ax-c), wherein corresponding to the rise in photovoltaic capacity yields a 2nd order polynomial graph with a > 0.
These characteristics were used as a reference for making a C programming calculation to determine an optimum photovoltaic capacity and location, wherein the optimum value from C calculation was equal with DIgSILENT calculation, but the line loss calculation has different value 11.18%. Based on DIgSILENT calculation, optimum photovoltaic location was on bus number from 42.1% up to 89.47% or in average was on bus number 67.25% from substation bus, with optimum photovoltaic capacity was from 80% up to 90%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S65319
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novix Jefri Al Fama
"ABSTRAK
Sistem kelistrikan di Biak Papua saat ini masih tergantung pada Pembangkit Listrik Tenaga Diesel PLTD . Penggunaan PLTD menyebabkan Biaya Pokok Produksi BPP pada sistem ketenagalistrikan Biak menjadi tinggi. Oleh karena itu diperlukan Pembangkit Listrik Tenaga Surya PLTS On Grid untuk mengurangi beban dasar yang dipikul oleh PLTD pada siang hari agar dapat mengurangi BPP. Metode yang digunakan pada penelitian ini menggunakan metode Levelized Cost of Energy LcoE . Hasil analisis menunjukkan bahwa hibrida antara PLTD dengan PLTS On Grid 2.370 kWp 20 dari beban puncak sistem memiliki nilai Life Cycle Cost LCC dan Cost of Energy COE terendah dengan nilai LCC hibrida antara PLTD dengan PLTS On Grid 2.370 kWp sebesar Rp.5.223.989.322.145 dan COE sebesar Rp.2.789/kWh. Nilai COE tersebut masih di bawah harga tarif listrik yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Permen Energi dan Sumber Daya Mineral ESDM No. 17 Tahun 2013. Penerapan PLTS On Grid di Biak dapat menghemat biaya bahan bakar PLTD sebesar Rp.8.663.884.115 per tahun. Secara teknis dan ekonomis investasi PLTS On Grid di Biak layak untuk diterapkan.

ABSTRACT
Electricity system in Biak Papua use Diesel Power Plant. Cost of electricity production in Biak Papua considerably high as the system mainly operates Diesel Power Plants. A possible solution to decrease the production cost from the power plant sector is to replace the operating hours of the Diesel power plants and reduce basic load supplied by Diesel Power Plant with On Grid PV power plant. The method used in this study using the Levelized Cost of Energy LCOE method. The result of analysis shows that hybrid Diesel Power Plant and On Grid PV 2.370 kWp has lowest Life Cycle Cost LCC and Cost of Energy COE with LCC of hybrid Diesel Power Plant and On Grid PV 2.370 kWp is Rp.5.223.989.322.145 and COE is Rp.2.789 kWh. Cost of Energy COE still below the electricity tariff based on Permen ESDM No. 17 tahun 2013. Implementation of On Grid PV in Biak can save fuel cost of Diesel Power Plant as much as Rp.8.663.884.115 yearly. Technically and economically, PV On Grid investment in Biak is feasible."
2018
T51213
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Umar Hibatullah
"ABSTRAK
Indonesia merupakan salah satu negara yang potensial dalam hal pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah sudah menaruh perhatian dalam mengembangkan PLTS sebagai salah satu sumber energi terbarukan dalam mencukupi kebutuhan listrik baik di lokasi terpencil maupun di daerah perkotaan. Lokasi dan beban yang akan disuplai menentukan kapasitas PLTS yang akan terpasang. Khusus pada sektor industri, pemasangan PLTS on-grid di area atap perusahaan lebih bertujuan untuk mengurangi pemakaian energi listrik yang bersumber dari jaringan utilitas serta mengurangi emisi bahan bakar. Pada penelitian ini akan dilakukan perancangan serta simulasi sistem PLTS on-grid pada salah satu industri pengolahan air di Jakarta untuk melihat potensi penghematan energi berdasarkan energi keluaran PLTS. Tidak hanya itu, pada penelitian ini akan sedikit dibahas mengenai analisis ekonomi dalam menilai proyek perancangan system PLTS di perusahaan terkait dapat mendatangkan keuntungan atau tidak. Dari hasil simulasi PVSyst menunjukkan bahwa dengan pemasangan PLTS atap berkapasitas 100 kW dapat memberi kontribusi daya sekitar 143,386 MW dalam satu tahun. Analisis ekonomi juga menunjukkan waktu pengembalian modal (payback period) proyek ini adalah selama 11,46 tahun.

ABSTRACT
Indonesia is one of the potential countries in terms of the construction of photovoltaic system (PLTS). In the past few years, the government has paid attention in developing PLTS as one of renewable energy sources to meet electricity demands both in place of isolated power and urban areas. The location and load profile determine the capacity of PLTS that can be installed. Especially in the industrial sector, installing grid-connected photovoltaic system in the rooftop is more to reduce electricity use from the utility grid and of course to reduce fuel emissions. In this research, a design and simulation of grid-connected photovoltaic system will be installed at the water treatment industriy in Jakarta to see how much energy saving based on energy output from grid-connected photovoltaic system. Not only that, in this study will be a little explanation about assessing PLTS design with economic analysis projects in related companies can bring profit or not. The PVSyst simulation results show that by installing PLTS with a capacity of 100 kW can provide power contribution of around 143,386 MW. Economic analysis also shows the payback period of this project is about 11.46 years.
"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naufal Rizqullah
"Seiring dengan berjalannya waktu perkembangan teknologi saat ini sudah semakin pesat. Hampir seluruh peralatan dan teknologi yang digunakan memanfaatkan energi listrik sebagai sumber daya utamanya. Untuk memenuhi kebutuhan listrik tersebut diperlukan pembangkit listrik yang andal. Pembangkit listrik masa kini masih didominasi dengan pembangkit listrik yang menggunakan batu bara dan fosil. Walaupun pembangkit tersebut bisa menghasilkan listrik yang cukup terdapat efek samping seperti kerusakan lingkungan dan juga sumber daya yang semakin menipis. Oleh karena itu, pemerintah telah memberlakukan peraturan baru untuk menggunakan energi baru terbarukan (EBT) salah satunya dengan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Pada penelitian ini akan dibahas mengenai perancangan PLTS atap on-grid gedung LP3I Pasar Minggu berdaya 41,5 kVA. Perancangan PLTS ini dapat memproduksi energi selama setahun sebesar 19.394,2 kWh dan bisa berkontribusi ke kebutuhan listrik bangunan sebesar 46,5% dengan kebutuhan energi bangunan sebesar 41.701,2 kWh. Modal awal investasi yang diperlukan adalah sebesar Rp231.730.250. Perancangan PLTS ini mempunyai LCOE sebesar Rp629,06 per kWh di bawah nilai LCOE PT PLN (Persero) sebesar Rp.1.119 per kWh. Rata-rata penghematan tagihan listrik yang didapatkan per bulan sebesar Rp2.031.005 dengan pengembalian modal investasi didapatkan pada tahun ke-13.

As time goes by, the development of technology is increasing rapidly. Almost all equipment and technology used utilizes electrical energy as its main power source. To meet the needs of electricity, a reliable power plant is needed. Today's power plants are still dominated by power plants that use coal and fossils. Although the plant can produce enough electricity there are side effects such as environmental damage and also depleting resources. Therefore, the government has enacted new regulations to use new and renewable energy (EBT), one of which is by building a Solar Power Plant (PLTS). In this study, we will discuss the design of the on-grid PLTS roof LP3I Pasar Minggu building with 41.5 kVA power. This PLTS design can produce energy for a year of 19,394.2 kWh and can contribute to the electricity needs of buildings by 46.5% with building energy needs of 41,701.2 kWh. The initial investment capital required is Rp231.730.250. This PLTS design has an LCOE of Rp629,06 per kWh, below the LCOE of PT PLN (Persero) of Rp.1.119 per kWh. The average electricity bill savings obtained per month is Rp2.031.005 with a return on investment capital obtained in the 13th year."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salma Azra Fatimah
"

Energi listrik adalah salah satu energi yang sangat dibutuhkan demi keberlangsungan hidup manusia dengan peningkatan penggunaan setiap tahunnya. Di Indonesia sendiri, sebagian besar sumber energi pembangkitan listrik masih berasal dari batu bara, sehingga pemerintah menargetkan pengembangan PLTS atap hingga 3,6 GW pada tahun 2025. Demi mendukung program tersebut, PLTS eksisting tetap harus dijaga kinerjanya, di mana salah satu cara untuk menguji keandalan sistem tersebut adalah dengan melakukan evaluasi kinerja mengacu pada standar IEC 61724, yaitu standar untuk mengukur kinerja fotovoltaik. Penelitian ini melakukan studi mengenai implementasi PLTS Atap On-Grid 90 kWp di Gedung Energi 625 Pusat Penelitian Ilmu Penerapan dan Teknologi (Puspiptek), Serpong, Tangerang Selatan. Gedung ini merupakan pusat pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi berbasis penelitian. Sebagai data acuan, akan dilakukan simulasi data seharusnya menggunakan perangkat lunak PVsyst. Berdasarkan simulasi, dihasilkan energi keluaran PLTS tahunan sebesar 130.451 kWh dengan  performance ratio sebesar 81,30% dan capacity factor sebesar 16,21%. Sedangkan, hasil pengukuran menghasilkan energi keluaran tahunan sebesar 102.491 kWh dengan rasio performa sebesar 73,51% dan capacity factor sebesar 13%. Rata-rata penurunan produksi energi tahunan sebesar 6,32% dengan energy performance index yang diperoleh adalah 80,21%.


Electrical energy is one of the most important energies for human life and sustainability with a constant increase in usage every year. In Indonesia, most of the electricity generated comes from coal, resulting in the government targeting solar power plant development up to 3,6 GW by 2025. To support the initiative, all the existing solar power plants have to sustain their performance, and one of the methods is to evaluate the system's performance according to the IEC 61724 standard, which is a standard to measure the performance of photovoltaic. This research is studying the implementation of a 90 kWp On-Grid Rooftop Solar Power Plant in the Energy Building of Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek), Serpong, South Tangerang. This government-owned building is used as a center for the development and application of science and technology based on research. For data reference, a simulation with PVsyst software was conducted. Based on simulation, the yearly output energy yielded 130.451 kWh with a performance ratio of 81,30% and a capacity factor of 16,21%. While the measured data obtained a yearly energy output of 102.491 kWh with a performance ratio of 73,51% and a capacity factor of 13%. The average output energy degradation is 6,32% with an acquired energy performance index of 80,21%.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library