Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ananda Tria Monica
"Tujuan penelitian ini untuk memperoleh gambaran mengenai gambaran karakteristik, pengetahuan, sikap dan perilaku perawat terhadap Perawatan Metode Kanguru (PMK) pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di ruang perinatologi RSUD Koja tahun 2015. Penelitian ini menggunakan desain metode survei. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan total sampel sebanyak 24 perawat yang bekerja di ruang perinatologi. Instrumen penelitian disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka yang telah di uji validitas dan reliabilitasnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh responden berjenis kelamin perempuan dengan rata - rata usia 28 tahun dan sebagian besar berada pada kategori usia 20 - 40 tahun.
Mayoritas responden (83,3 %) lulusan D3 keperawatan dengan pengalaman kerja 1 - 10 tahun di ruang perinatologi dan belum pernah mendapatkan pelatihan mengenai PMK. Sebagian besar perawat memiliki pengetahuan yang baik, sikap positif dan perilaku yang baik terhadap PMK. Penelitian ini merekomendasikan kepada pihak manajemen rumah sakit untuk memberikan pelatihan guna memberikan pemahaman yang benar terkait PMK dan membuat standar operasional prosedur terkait. Selain itu rekomendasi juga ditujukan bagi peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian PMK terkait dengan penyempurnaan instrument dan uji validitas dan realibilitas.

The purpose of this research was to assess the knowledge, attitude and practice of KMC for the LBWB among nurses working in perinatology ward Koja hospital This research used a survey method design. The total sample was taken consisting all 24 nurses working in perinatology ward. The KAP instrument was develop by researcher based on related studies and was assessed in term of its validity and reliability. Data was collected using self-administered questionnaire. All of the respondents were female who had an average age of 28 years old and almost of all was in the 20 - 40 age years group.
The majority of them (83,3%) had either one to 10 years working experience or degree of nursing. In addition, they had no previous experience of KMC training. The majority of respondents had relatively good knowledge, positive attitude and insufficient practice toward KMC. However, there was limitation on the instrument. Recommendation was made hospital management related to training on the correct comprehension different aspect of KMC as well as development of relevant standart operational procedure. Furthermore, specific recommendations were made to other researcher interested doing KMC study.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S61953
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kevin Bharata
"Latar Belakang Gejala common cold pada COVID-19 dan penyakit respirasi lain menyerupai satu sama lain sehingga seseorang yang mengalami gejala sering kali tidak melakukan perilaku preventif yang sesuai. Untuk mengatasi gejala tersebut, perilaku kesehatan yang sering diterapkan di masa pandemi COVID-19 adalah swamedikasi (self-medication). Swamedikasi ini dapat dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap karena perilaku kesehatan yang baik umumnya didahului oleh pengetahuan dan sikap yang baik juga. Akan tetapi, belum banyak studi yang meneliti hubungan antara pengetahuan dan sikap terhadap COVID-19 dengan swamedikasi common cold. Metode Penelitian dilakukan secara cross-sectional dengan data primer yang diperoleh melalui kuesioner yang sudah divalidasi oleh penelitian sebelumnya. Kuesioner yang digunakan menilai pengetahuan dan sikap terhadap COVID-19, serta perilaku swamedikasi masyarakat ketika mengalami gejala common cold. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Panjunan, Cirebon, dan sekitarnya sebagai wilayah binaan Pengabdian Masyarakat FKUI. Data dianalisis dengan uji Fisher dan dihitung rasio odds dengan interval kepercayaan 95%. Hasil analisis signifikan apabila p<0,05. Hasil Dari 94 responden, 86,2% memiliki pengetahuan baik, dan 95,7% memiliki sikap positif terhadap COVID-19. Sebanyak 95,7% responden mempraktikkan swamedikasi common cold. Tidak ditemukan perbedaan yang bermakna antara pengetahuan dan sikap masyarakat mengenai COVID-19 dengan swamedikasi common cold di Kelurahan Panjunan, Cirebon dan sekitarnya. Kesimpulan Pengetahuan dan sikap terhadap COVID-19 di Kelurahan Panjunan, Cirebon dan sekitarnya sudah tergolong baik. Selain itu, swamedikasi untuk gejala common cold merupakan perilaku kesehatan yang sering dilakukan oleh masyarakat di daerah tersebut. Maka dari itu, pengaturan kebijakan dan peningkatan kesadaran masyarakat melalui edukasi mengenai swamedikasi yang tepat perlu menjadi perhatian bagi Pemerintah dan stakeholder kesehatan lainnya.

Introduction Symptoms of the common cold in COVID-19 and other respiratory diseases resemble each other so someone who experiences these symptoms often do not carry out appropriate preventive behavior. In an attempt to alleviate these symptoms, the health behavior that is often practiced in the COVID-19 pandemic is self-medication. This selfmedication behavior can be influenced by knowledge and attitudes because good health behavior is generally preceded by good knowledge and attitudes as well. However, not many studies have examined the relationship between knowledge and attitude towards COVID-19 and self-medication for the common cold. Method The research was done with a cross-sectional design with primary data obtained through questionnaires that had been validated by previous research. The questionnaire used assesses knowledge and attitudes towards COVID-19, as well as people's self-medication behavior when experiencing symptoms of the common cold. The research was done in Kelurahan Panjunan, Cirebon, and surrounding areas as it is one of the areas supported by FKUI. Data were analyzed using Fisher's exact test and odds ratios with 95% confidence intervals were calculated. The results are significant if p value <0.05. Results Of the 94 respondents, 86,2% had good knowledge, and 95,7% had a positive attitude towards COVID-19. 95,7% of respondents practiced self-medication towards common cold. No significant differences were found between knowledge and attitudes about COVID-19 and self-medication for the common cold in Kelurahan Panjunan, Cirebon and its surrounding areas. Conclusion Knowledge and attitude towards COVID-19 in Kelurahan Panjunan, Cirebon and its surrounding areas are good. Self-medication for the common cold is a health behavior that is often carried out by the community in those areas. Therefore, setting regulations and increasing public awareness through education regarding proper self-medication for the common cold needs to be a concern for the government and other health stakeholders."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Radhe Ayu Dewi Amerta Ratih
"Memasuki abad ke 21, sampah Plastik Sekali Pakai (PSP) mencul sebagai salah satu permasalahan lingkungan hidup yang mendapatkan perhatian serius masyarakat dunia, seiring dengan hadirnya kesepakatan global tentang Sustainable Development Goals (SDGs) 2015-2030. Permasalahan PSP merupakan bagian penting dari target pencapaian SDGs ke 14 tentang Life Below Water dan 15 tentang Life on Land. Isu ini merupakan kajian menarik untuk dikaji karena bersifat intermestik (menganalisis keterkaitan isu Internasional dengan domestik). Skripsi ini mempresentasikan hasil penelitian kualitatif dan empirik terhadap isu tersebut dengan mengangkat konteks lokal Provinsi Bali sebagai studi kasus. Konsep Kemitraan Multipihak dan Pembangunan Berkelanjutan adalah konsep sentral yang digunakan untuk mengkaji dinamika relasi antara aktor negara dan non negara (NGO dan Sektor Bisnis) dalam mewujudkan Bali yang bebas dari sampah PSP. Temuan dalam penelitian ini adalah (1) kemitraan multipihak dapat menghadirkan solusi dalam penyelesaian timbunan sampah plastik di Pulau Bali, (2) walau terdapat dinamika tarik ulur kepentingan dalam proses perancangan dan implementasi, sektor bisnis dan NGO internasional dan lokal memainkan peran penting dalam membantu pemerintah menciptakan budaya dalam masyarakat untuk mengurangi penggunaan PSP. Dari temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Daerah, Masyarakat Lokal dan Kelompok Bisnis adalah major groups yang mempunyai peran penting dan strategis untuk mewujudkan pencapaian agenda pembangunan global (SDGs); dan kemitraan multipihak adalah pendekatan yang paling efektif untuk mensinergikan berbagai kekuatan dan keberagaman kepentingan untuk satu tujuan.

Entering the 21st century, Disposable Plastic Waste has emerged as one of the environmental problems that has received serious attention from the world community, along with the presence of a global agreement on Sustainable Development Goals (SDGs) 2015-2030. Disposable plastics issues are an important part to solve in achieving the target 14th SDGs about Life Below Water and 15 about Life on Land. This issue is an interesting study to be understood because it is intermestic in nature (analyzing the linkages between international and domestic issues). This thesis presents the results of qualitative and empirical research based on the local context of the Province of Bali as a case study. The concept of Multi-stakeholder Partnership and Sustainable Development are a central concept used to analyze the dynamics of relations between state and non-state actors (NGOs and the Business Sector) in realizing Bali free from disposable plastic waste. The findings in this study are (1) multi-stakeholder partnership presents as a solution in managing the plastic waste on the island of Bali, (2) although there are dynamics of interest in the design and implementation process, the business sector and international and local NGOs play an important role in helping the government creating culture in the community to reduce PSP use. From these findings it can be concluded that the Regional Government, Local Communities and Business Groups are the major groups that have an important and strategic role in realizing the achievement of the global development agenda (SDGs); and multi-stakeholder partnerships are the most effective approaches to synergize various modalities and diversity of interests for a single purpose."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Ismail Sampurna Putra
"Malnutrisi merupakan masalah besar yang harus dievaluasi lebih lanjut. Tingginya angka malnutrisi di Indonesia mengindikasikan bahwa Pengetahuan, Sikap dan Perilaku/PSP (Knowledge, Attitude and Practice) Ibu terhadap pertumbuhan bayi masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi korelasi antara Pengetahuan, Sikap dan Perilaku ibu terhadap bayi nya yang berumur 6-8 bulan, serta meningkatkan kualitas hidup bayi. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan menggunakan data sekunder dari penelitian sebelumnya, yang berjudul "Korelasi antara asupan folat dengan kadar folat serum bayi usia 6-8 bulan dan faktor-faktor yang berhubungan di kelurahan Kampung Melayu, Jakarta Timur" oleh Ernawati et al. PSP ibu diperoleh dari sebaran kuesioner dengan menggunakan linkert scale dan status gizi (Tinggi/Umur, Berat/Umur dan Berati/Tinggi) didapatkan dengan dilakukan pengukuran menggunakan alat. Subjek total yang berpartisipasi pada penilitian ini sebanyak 56 bayi. Jumlah bayi laki-laki lebih banyak (63.6%), daibandingkan dengan perempuan (36.4%). Median umur bayi adalah 6.84, yang tertua 8.84 dan termuda 6.08. Dihasilkan data bahwa kebanyakan ibu memiliki skor yang kurang untuk pengetahuan (47.3%) dan perilaku (45.5%). Tetapi, kebanyakan skor sedang untuk sikap (54.5%). Hanya korelasi antara Z-score Tinggi/Umur dengan Perilaku yang menunjukan hasil signifikan dengan korelasi positif (p<0.005; r = 0.261). Hal ini didasarkan bahwa perilaku merupakan bentuk tindakan langsung terhadap pengetahuan dan sikap, yang sangat berdampak baik terhadap pertumbuhan bayi. Penelitian ini menunjukan bahwa pengertian ibu terhadap asuhan bayi pada komunitas target masih rendah. Oleh karena itu, edukasi lebih lanjut dibutuh demi meningkatkan kualitas hidup bayi.

Malnutrition is a huge problem that has to be further evaluated. High level of malnutrition in Indonesia may indicate that the maternal Knowledge, Attitude and Practice (KAP) is still low. This research aims to evaluate the correlation between maternal KAP to nutritional status indicator of 6-8 month infant and elevate the quality of an infant’s life. The study design used for this research is cross sectional study as a secondary research part of Medical Research Unit FMUI entitled “Korelasi antara asupan folat dengan kadar folat serum bayi usia 6-8 bulan dan faktor-faktor yang berhubungan di kelurahan Kampung Melayu, Jakarta Timur” by Ernawati et al. The score of maternal KAP were obtained by questionnaires using Linkert-scale given to the mother and the nutritional status (Height/Age, Weight/Age and Height/Weight) was evaluated using measuring equipment. Results of the normality test of the subject using Kolmogorov-smirnov shows p value <0.001. Total subjects participated in this study were 56 infants Male babies participating are higher (63.6%), compared to female (36.4%). The median age of the respondents is 6.84, with the oldest and the youngest are 8.84 moths and 6.08 months respectively. Most of the mothers have poor knowledge (47.3%) and practice (45.5%). However, mothers have more moderate score on attitude (54.5%). The only result that has a significant with a positive correlation was between Height/Age Z-Score and Practice (p<0.005; r = 0.261). Since maternal practice is a direct application of knowledge and attitude, hence it is necessary for baby’s growth. This study showed that understanding the infant care among mothers in the target community is still low. Thus, further education to the mothers is essential to improve infants’ quality of life.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Astuti Ramandhani
"Timbulan sampah akan meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, sedangkan komposisi sampah mengalami perubahan setiap tahun akibat adanya perubahan pada pola hidup dan tingkat ekonomi masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterkaitan tingkat pendapatan penduduk terhadap timbulan dan komposisi sampah, mengetahui keterkaitan tingkat pendidikan terhadap Pengetahuan, Sikap dan Perilaku (PSP), mengetahui pengaruh besarnya iuran sampah terhadap minat masyarakat dalam menangani sampah, serta mencari potensi reduksi sampah di Kelurahan Mekar Jaya, Kecamatan Sukmajaya, Depok berdasarkan klasifikasi jenis perumahan dengan pendapatan tinggi, menengah dan rendah.
Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah kuantitatif dengan cara survei ke lokasi sampling dan didukung oleh kuesioner. Metode pengukuran timbulan dan komposisi sampah mengacu pada SNI 19-3964-1994. Sedangkan, uji statistik digunakan untuk mencari keterkaitan antara 2 variabel yang diamati, yaitu melalui uji Anova one-way, uji-t sampel independen dan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan, rata-rata penduduk yang berasal dari perumahan mewah menghasilkan timbulan sampah 0,240 kg/orang/hari atau 1,504 liter/orang/hari; perumahan menengah menghasilkan sampah 0,276 kg/orang/hari atau 1,594 liter/orang/hari; dan perumahan sederhana menghasilkan sampah 0,322 kg/orang/hari atau 2,502 liter/orang/hari.
Komposisi sampah organik sangat dominan dihasilkan pada ketiga jenis perumahan, sedangkan komposisi sampah anorganik paling tinggi dihasilkan oleh perumahan mewah. Timbulan sampah tidak dipengaruhi oleh tingkat pendapatan, namun komposisi sampah dapat dipengaruhi. Selain itu, Tingkat pendidikan warga tidak mempengaruhi Pengetahuan Sikap dan Perilaku (PSP) dan kemampuan membayar iuran sampah pun tidak mempengaruhi minat warga dalam mengelola sampah sendiri. Potensi reduksi sampah untuk perumahan mewah dengan pengomposan adalah sebesar 51,26% dan daur ulang sampah sebesar 17,60%; perumahan menengah adalah sebesar 61,92% sampah untuk pengomposan dan 9,83% sampah untuk didaur ulang; dan perumahan sederhana adalah sebesar 51,51% sampah untuk pengomposan dan 10,46% sampah untuk didaur ulang.

Solid waste generation will increase along with the population growth, whereas the solid waste composition changes each year due to changes in lifestyle and economic level of society. This study was aims to determine the relationship of income level towards generation and composition of solid waste, to know the relationship of education level on knowledge, attitudes and behavior (KAB), to know the impact of garbage fees to the interest of the community in dealing with waste, and to fine the potential reduction of garbage in the Sub-District Mekar Jaya, District Sukmajaya, Depok, based on classification of housing types with a high income, medium and low.
The approach used in this study is a quantitative by survey to the sampling locations and supported by the questionnaire. The measurement method of waste generation and composition refers to the SNI 19-3964-1994. Meanwhile, statistical tests were used to search for linkages between two variables observed through a one-way Anova test, independent samples t-test and chi-square test. The results showed, the average resident coming from luxury housing produced waste 0.240 kg/person/day or 1.504 liters/person/day; intermediate housing generate waste 0.276 kg/person/day or 1.594 liters/person/day; and low-income housing generate waste 0.322 kg/person/day or 2.502 liters/person/day.
The composition of organic waste produced very dominant in all three types of housing, while the highest composition of inorganic waste was generated by luxury housing. Solid waste generation is not influenced by income levels, but the composition of solid waste can be affected. In addition, education level does not affect the knowledge, attitudes and behavior of residents (KAB), and the ability's residents to pay garbage fees would not affect the public interest in managing their own waste. The potential of waste reduction for luxury housing with composting amounted to 51.26% and the recycling of waste by 17.60%; intermediate housing amounted to 61.92% of the waste for composting and 9.83% of the waste to be recycled, and low-income housing amounted to 51.51% of the waste for composting and 10.46% of the waste for recycling.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S705
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library