Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adrian S. Herlambang
"ABSTRAK
Industri semen di Indonesia sekarang sedang mengalami pertumbuhan yang
sangat pesat, karena peningkatan permintaan semen disertai dengan perluasan
kapasitas perusahaan-perusahaan semen di Indonesia. Pada tahun 1993 Indo
nesia akan mengalami kelebihan kapasitas kurang lebih 9.502 ribu ton yang harus
dicarikan pasar di pasar internasional. Itu berarti tiga kali peningkatan ekspor
semen tahun 1989.
Tetapi selama ini ekspor semen dari Indonesia, yang telah mampu menunjang
perolehan devisa sejak tahun 1985, mengalami hambatan dari dalam negeri
sendiri yaltu bila pasar dalam negeri mengalami kekurangan semen dan harga
membumbung tak terkendali pemerintah menghentìkan ekspor semen. Bahkan
pada bulan Oktober 1990 penghentian ekspor semen disertai dengan pembebasan
bea masuk untuk impor.
Situasi semacam ini bila dibiarkan terus-menerus tanpa dicarikan jalan
keluar dan ditangani secara nasional, akan merusak citra produsen semen
Indonesia dimata mitra dagangnya di luar negeri. Bila eksportir semen Indonesia
di luar negeni tidak dapat dipercaya lagi, maka dalam jangka panjang akan
sangat membahayakan.
Bila melihat potensi permintaan pasar semen internasional dan potensi In
donesia untuk melakukan ekspor, sebetulnya Indonesia mempunyai kekuatan yang
sangat besar untuk melakukan ekspor semen. Untuk wilayah Asia, Indonesia
mempunyai biaya transport yang paling murah. Padahal di dalam industri semen,
biaya angkutan merupakan unsur biaya yang dominan. Di samping faktor
kelebihan kapasitas, secara ekonomis pasar ekspor lebih menarik dìbandingkan
pasar di dalam negeri, karena pada pasar domestik harga telah ditentukan
pemerintah melalui HPS (Harga Pedoman Setempat).
Indocement sebagai perusahaan semen terbesar dengan lokasi produksi
terletak berdekatan dengan wilayah pemasaran domestik yang paling potensial
yaitu DKI dan Jawa Barat dan dengan fasilitas-fasilitas penunjang ekspor seperti
fasilitas transportasi menuju pelabuhan ekspor yang dimiliki sangat berkepentingan
untuk menyelesaikan masalah ekspor semen karena bila pasar di dalam negeri
mengalami stagnasi, maka akan berpengaruh buruk terhadap Indocement. Masalah
ini harus diselesaikan secara terpadu dengan memperbaiki kelancaran pasok
semen di dalam negeri terlebih dahulu, yaltu dengan melakukan pemantauan
produksi semen nasional, sehingga risiko eksportir Indonesia dapat diperkecil.
Kekosongan semen didalam negeri sebaiknya tidak diatasi dengan penghentian
ekspor semen, tetapi sebaiknya diatasi dengan cara impor, sehingga kontrak
ekspor yang telah disepakati tidak tertanggu dan reputasi eksprotir semen In
donesia diluai negeri tetap terjaga dengan balk. Cara lain yang dapat ditempuh
adalah dengan melakukan investasi pabrik di negara lain sehingga pasar internasbflal
dapat dipasok balk dan indonesia maupun dan negara lain tempat didirikanflya
pabrik milk produsen semen Indonesia tersebut.
"
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rufidi Chandra
"Dari hasil pemetaan di lapangan terdapat empat (4) lokasi yang berpotensi untuk terjadinya bahaya gerakan tanah atau batuan. Potensi bahaya tersebut harus dikendalikan secara tepat untuk mengurangi atau menghindari bahaya yang berdampak pada aktivitas produksi, properti, lingkungan serta manusia.
Lokasi yang berpotensi terhadap gerakan tanah atau batuan tersebut adalah :
1. Kuari "A" bagian timur tingkat kendati risikonya tinggi terjadi gerakan tanah.
2. Kuari "B" bagian selatan tingkat kendali risikonya tinggi terjadi gerakan batuan.
3. Gunung Slindis tingkat kendali risikonya tinggi terjadi gerakan batuan.
4. Kuari "A" bagian barat tingkat kendali risikonya ketat terjadi gerakan batuan.
Hasil analisa potential loss pada setiap lokasi penelitian, sebagai berikut :
1. Berdasarkan analisa risiko ketidakstabilan lereng, gerakan tanah di lokasi Kuari "A" bagian timur, dapat mengakibatkan kerugian pada properti, proses, lingkungan maupun manusia (total) sebesar dari US $ 112.660 (most likely) sampai US $ 1.062.450 (Worst case).
2. Berdasarkan analisa risiko ketidakstabilan lereng, runtuhan batuan di lokasi Kuari "B" bagian selatan, dapat mengakibatkan kerugian pada properti, proses, lingkungan maupun manusia (total) sebesar dari US $ 109.960 (most lokely) sampai US $ 1.056.450 (Worst case).
3. Berdasarkan analisa risiko ketidakstabilan lereng, runtuhan bantuan di lokasi Gunung Blindis, dapat mengakibatkan kerugian pada properti, proses, lingkungan maupun manusia (total) sebesar dari US $ 11.930 (most likely) sampai US $ 478.450 (Worst case).
4. Berdasarkan analisa risiko ketidakstabilan lereng, runtuhan batuan di lokasi Kuari "A" bagian barat, dapat mengakibatkan kerugian pada properti, proses, lingkungan maupun manusia (total) sebesar dari US $ 108.860 (most likely) sampai US $ 1.254.000 (Worst case).
Analisa risiko lereng tambang dengan menggunakan metode analisa slope instability yang digabungkan dengan Workplace Risk Assessment and Control (WRAC), merupakan metode yang efektif dan efisien untuk memberikan hasil penelitian secara cepat dan tepat.
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam rangka mengontrol potensi bahaya gerakan tanah di lokasi penelitian yaitu 1). Pendekatan rekayasa teknik dan 2).
Pendekatan rekayasa non teknik tentang resiko bahaya gerakan tanah dan batuan, serta cara pencegahannya.
Pendekatan ini biasanya merekayasa dua faktor penyebab gerakan tanah atau batuan yaitu dengan memperbesar faktor F (shear strength) dari batuan dan memperkecil N (shear stress) pada batuan. Rekayasa teknik umumnya relatif mahal dan penulis menyarankan di lakukan pada dua lokasi, yaitu : Kuari "A" bagian timur dan Kuari "A" bagian barat, karena pelaksanaannya lebih efektif dan biayanya lebih efisien.
Rekayasa teknik sangat sulit diterapkan pada lokasi Kuari "B" bagian selatan dan Gunung Blindis karena kondisi geologinya menyulitkan untuk dilakukan counter weight, mengurangi tekanan pori air, maupun memasang penyangga mekanik. Pada kedua lokasi tersebut, lebih tepat pengendalian risikonya memakai pendekatan rekayasa non teknik.
Pendekatan rekayasa non teknik adalah upaya peningkatan peran masyarakat, instansi terkait, serta seluruh karyawan dalam rangka mengurangi resiko bahaya gerakan tanah atau runtuhan bantuan.
Daftar Bacaan : 27 (1954 - 2003)

Risk Analysis on Mine Slope in the Cirebon Plant Site, PT. Indocement Tunggal Prakarsa West JavaFrom mapping result in the field there are four (4) locations which have a potential to occurring a dangerous land movement or rock movement . The potential dangerous must be controlled as quickly as to reduce or avoid dangerous which will affect to the activity of production, property, environment and also to the human it self.
The locations, which have potential against land or rock movement, are:
1. Quarry "A" at East Side the risk of control level is high to be a land movement
2. Quarry "B" at South Side the risk of control level is high to be a rock movement.
3. Mt. Blindis the risk of control level is high to be a rock movement.
4. Quarry "A" West Side the risk of control level is tight to be a rock movement.
Result of potential loss analysis on every research location is as follow :
1. Based on the risk analysis of slope instability, land movement at the location Quarry "A" East side, could caused a damage on property, process, environment, even human being (total) as much US $ 112.60 (most likely) up to US $ 1.062.450 (Worst case).
2. Based on the risk analysis of slope instability, rock fall at the location Quarry "B" South side, could caused a damage on property, process, environment, even human being (total) as much US $ 109.960 (most likely) up to US $ 1.056.450 (Worst case).
3. Based on the risk analysis of slope instability, rock fall at the location Mt. Blindis, could caused a damage on property, process, environment, even human being (total) as much from US $ 11.930 (most likely) up to US $ 478.450 (Worst case).
4. Based on the risk analysis of slope instability, rock fall at the location Quarry "A" West side, could caused a damage on property, process, environment even human being (total) as much from US 108.860 (most likely) up to US $ 1.254.000 (Worst case).
Risk analysis of mine slope by used the analysis method of slope instability which mixed with Workplace Risk Assessment and Control (WRAC), is an effective and efficient method to provide observation result as suit and quickly.
Some improvements in the frame to control the potential of dangerous of land movement in the research location are 1). Process of Technical Approach and 2). Process of Non Technical Approach about the dangerous of land and rock movement, and also the method to avoid.
Process of Technical Approach :
This approach usually process in two factor of the cause of land or rock movement which are to enlarge F Factor (shear strength) from the rock and to decrease N Factor (shear stress) on the rock. Generally technical process is relatively expensive and author suggest to do on two location, which are : Quarry "A" East side and Quarry "A" West side, because the implementation have more effective and the cost have more efficient.
Process of Non Technical Approach :
Technical process are very difficult to be applied at the location Quarry "B" South side and Mt. Blindis because their geology condition are difficult against their counter weigh, reducing their water pore, even to settle mechanic stager. For both locations, the controlling risk is more suites to use the process of Non Technical Approach.
Process of non-technical approach is the effort to increase the role of society, connected institution, and all staff in the frame to reduce the dangerous risk of land movement or rock fall.
References : 26 (1954 - 2003)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12707
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dany Prihardany
"Seiring dengan perkembangan dunia industri, banyak perusahaan yang menerapkan teknologi baru dengan tujuan meningkatkan produktivitas. Dengan meningkatnya teknologi juga akan berdampak pada perkembangan bahaya yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja apabila tidak diikuti dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan pekerja yang memadai. Faktor manusia adalah penyebab kecelakaan yang paling besar, oleh karena itu faktor manusia adalah faktor yang sangat dipertimbangkan dalam usaha pencegahan kecelakaan kerja.
Faktor manusia yang dibahas adalah mengenai motivasi, pengetahuan dan keterampilan pekerja terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan hubungannya dengan persepsi perkerja terhadap risiko. Dengan diketahuinya hubungan faktor-faktor tersebut, dapat dilakukan perbaikan atas kekurangan program keselamatan dan kesehatan kerja yang telah ada, sehingga kecelakaan kerja dapat dikurangi, bahkan dicegah.
Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan Plant 3-4 dan Plant 7-8 PT Indocement Tunggal Prakasa dengan jumlah keseluruhan responden sebanyak 178 orang. Desain penelitian observational melalui survey analitik dengan pendekatan cross-sectional untuk menganalisis hubungan motivasi, pengetahuan dan keterampilan dengan persepsi terhadap risiko dengan memakai uji Chi-Square dan analisa multivariat (regresi) dengan bantuan perangkat lunak SPSS.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pekerja Plant (110 orang/ 62,5%) mempurtyai persepsi yang baik dalam menunjang keselamatan operasi harian. Berdasarkan uji chi-square dan uji regresi yang dilakukan terhadap tiga variabel independen, diketahui bahwa faktor yang berhubungan secara signifikan dengan persepsi terhadap risiko Plant adalah faktor pengetahuan karyawan.
Berdasarkan penelitian ini didapatkan juga bahwa semakin baik keterampilan, maka persepsi karyawan terhadap risiko semakin memburuk. Ketidaksesuaian dengan teori ini disebabkan oleh karena kebanyakan pekerja telah berumur, sehingga mengakibatkan kemampuan fisik untuk melakukan pekerjaan berat di Plant berkurang, kemudian berakibat kepada menurunnya motivasi yang akhirnya memperburuk persepsi karyawan terhadap risiko.
Peneliti berharap penelitian ini dapat memberikan rekomendasi dan masukan kepada PT. lndocement Tunggal Prakasa Tbk dalam penyempurnaan program K3, khususnya yang berhubungan dengan perilaku karyawan guna mengurangi angka kecelakaan kerja serta memperbaiki kinerja perusahaan pada umumnya.
......Relation among Motivation, Knowledge and Skills of Occupational Health and Safety (OHS) and Perception of Risk at PT. Indocement Tunggal Prakasa, Tbk, Citeureup, BogorAlong with industrial development, many companies implement new technology to aim increasing of productivity. Increasing its development of technology have an impact to increase the number of hazard associated, which contribute an accident due to not balancing knowledge and skill development. Human factors are estimated as one of the most accident cause, so that human factors are strongly recommended in accident prevention effort.
Motivation, knowledge and skill of the workers and its relation to the perception of risk taking are the human factors described in this thesis. Based on relation among those factors, Occupational Health and Safety (OHS) program could be improved until accident prevented or minimized.
Population in this research are Plant 3-4 and Plant 7-8 of PT Indocement Tunggal Prakasa, Tbk, with quantity of respondent 178 persons. Observational research design through analytic Survey with cross-sectional method to analyze relation of motivation, knowledge and skills and perception of risk of workers using Chi-Square and Regression Test of SPSS Software.
Result of research showed that majority of Plant workers (110 persons/62.5%) having good perception of risk in performing their job safely. Based on Chi-Square and Regression test showing that the most significant influence to the perception of risk taking was knowledge factor.
Based on this research, it was found that the better the skill, the worse of perception, This unconformity to the theory due to most of workers was old, causing their capability to perform a hard job getting lessen then causing decreasing of motivation afterwards perception of risk taking getting worse.
Researcher hopping this research could give useful recommendation and input to PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk in completing OHS program especially related to workers behavior to cut down accident rate as well as to improve company performance."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T13058
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inna Indriati
"Banyak negara di wilayah regional Asia Pasifik termasuk Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 mengalami dampak memburuknya kondisi ekonomi, terutama karena depresiasi mata uang negara-negara tersebut. Akibat utamanya adalah langkanya likuiditas, tingginya tingkat bunga dan kurs mata uang asing. Kondisi ini mencakup pula pengetatan penyediaan kredit dan penghentian atau penundaan pelaksanaan proyek konstruksi tertentu.
Dalam menghadapi kondisi ekonomi yang masih belum stabil yang ditandal dengan masih berfluktuasinya kurs mata uang asing dan harga saham di pasar modal, manajemen masing-masing perusahaan dalam industri semen mengambil langkah-langkah antara lain; menaikkan harga jual, melakukan ekspor, melakukan penghematan biaya, melakukan investasi sesuai skala prioritas dan mencari alternatif dengan membeli produk-produk lokal dengan kualitas yang sama dengan komponen impor mesin dan suku cadang.
Dampak negatif krisis yang berkepanjangan berimbas pada kinerja perusahaan perusahaan yang bergerak dalam industri semen. Penurunan kinerja terutama dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:
Industri ini dipengaruhi oleh jatuh bangunnya sektor property. Akibat krisis yang terjadi menimbulkan keterpurukan sektor ini diinana terjadi penundaan proyek konstruksi dan berkurangnya daya bell masyarakat.
Fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing menyebabkan semakin besarnya beban hutang luar negeri yang harus ditanggung perusahaan. akibat beban bunga yang jumlahnya besar.
Krisis ekonorni yang terjadi memberikan tekanan negatif terhadap laju perkembangan konsumsi senen nasional indonesia. Konsumsi semen nasional menurun menjadi 19,24 juta ton tahun 1998, kemudian menurun kembali ke 18,77 juta ton di tahun 1999. Untuk tahun 2000, konsumsi semen nasional menìngkat ko 22,33 juta ton tetapi masih jauh di bawah tingkat konsumsi yang pemah dicapai pada tahun 1997.
Perkembangan sektor perumahan, sektor komersil dan berbagai proyek industri merupakan tiga faktor kunci berkembangnya penggunaan semen di Indonesia. Konsumsi semen berkorelasi positif dengan keadaan umum, aktivitas ekonomi khususnya sektor konstruksi. Adapun penelitian dilakukan melalui studi pustaka yaitu berdasarkan laporan keuangan yang diterbitkan masing-masing perusahaan selama periode krisis moneter dan artikel beberapa media yang berhubungan dengan topik yang diteliti.
Kinerja ketiga perusahaan mengalami penurunan dari tahun 1997 hingga 2000 dan pada tahun 2001 mengalami peningkatan. Harga saham INTP dan SMCB overvalue sedangkan harga saharn SMGR undervalue. Dari ketiga perusahaan yang diteliti, Semen Gresik memiliki kinerja yang cukup baik karena dapat bertahan selania masa krisis meski mengalami penurunan laba bersih, sedangkan PT Semen Cibinong sebaiknya perlu melakukan efisiensi mengingat perusahaan belum mampu bekerja secara optimal dalam menggunakan sumber daya yang ada disamping besamya beban hutang dalam mata uang asing yang ditanggung. Dengan keberhasilan restrukturisasi hutang (debt to equity) yang dilakukan PT Indocement prakarsa, perusahaan ini mampu memperbaiki kinerja keuangannya."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T3094
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rr. Noeke Oktoliani K.
"ABSTRAK
Sebagai salah satu pendukung pada sektor konstruksi. industri semen sangat
dibutuhkan untuk pembangunan fisik seperti gedung-gedung perkantoran. perumahan
dan jalan. Tetapi pada masa krisis ekonomi saat ini, konsumsi semen dalam negeri
menurun karena tidak berjalannya kegiatan pembangunan dibidang konstruksi dan
turunnya daya beli masyarakat. Konsumsi semen nasional masih meningkat pada
tahun 1997 dan mulai menurun pada tahun 1998 hìngga 30%. Hingga tahun 1999
jurnlah perusahaan yang memproduksi semen tercatat 10 buah. dengan 5 perusahaan
diantaranya adalah BUMN (Badan Usaba Milik Negara) dan 5 perusahaan laìnnya
milik swasta. Sedikitnya jumlah perusahaan yang memproduksi semen telah
menempatkan industri semen sebagai industri yang bersifat oligopolistik, sehìngga
kondisi ¡ni sering dikaitkan dengan terjadinya ke[angkaan suplai semen dan fluktuasì
harga semen di pasaran.
Pemerintah semula menerapkan regulasi melalui penetapan harga seperti HET
(Harga Eceran Tertinggi) pada tahun 1974-1979 dan kemudian sejak bulan April
1979 diganti dengan HPS (Harga Pedoman Setempat) yang diikuti dengan
regionalisasi penjualan semen. Dengan dihapuskannya HPS oleh pemerìntah pada
bulan November 1997 berarti selanjutnya harga semen akan ditentukan okh
penawaran dan permintaan pasar.
Berkaitan dengari deregulasi tersebut, PT.Indocement Tunggal Prakarsa,
kemungkiflan akan mengbadapi persaingan yang semakin ketat dalarn industri semen
ini dan di sisi lain juga mendapatkan peluang dalam menciptakan pangsa pasar barn
diluar wilayah pemasarannya selama ini.
Sebagaimana diketahui, persaingan yang terjadi dalam industri semen yang
semakin ketat rnendorong perusahaan-perusahaan semen untuk memperoleh posisi
yang Iebih kuat dengan menggunakan berbagai cara antara lain, memberikan harga
jual yang kompetitif. menggunakan media iklan sebagai sarana informasi dan
promosi, serta memberikart layanan yang Iebih baLk pada para pelanggannya. Selain
itu, produk semen telah menjadi suatu kebutuhan utama yang tetap bagi industri
properti dan konstruksi, sehingga perusahaan semen yang telab menjadi pemimpin
(leader) dalam industri ¡ni akan dapat lebih berkembang lagi.
Produk semen yang tidak memiliki perbedaan dalam bentuk dan kualitas
menyebabkan para produsen hams berkompetisi berdasarkan barga, dimana cil
Indonesia harga semen ditentukari oleb mekanisme pasar. Strategi bersaing yang
dapat diterapkan PT indocernent Tunggal Prakarsa dalam menghadapi persaingan di
industri semen ini adalab dengan strategi cosi leadership atau biaya terendah.
Langkah yang dapat dilakukan oleh perusahaan dalam menerapkan strategi
tersebut antara lain dengan menekan biaya produksi seefi sien mungkin dad aktivitas
rainai nilai perusahaan. Dengan mengoptimalkan masing-masing aktivitas dan rantal
nilai yang dimilikinya, perusahaan dapat menekan biaya produksi dan mengambil
margin yang besar dan penjualan semennya sehingga perusahaan dapat membangun
citra dan semen ?Tiga Roda? pada masyarakat melalul prornosi dan media ikian,
menetapkan harga jual yang kompetitií menjalin hubungan pernasaran dengan para
konsumen, ineningkatkan pelayanan perusahaan, sefla melakukan perluasan proyek
guna menambab kebuluhan kapaskas produksi Keunggulan strategik lain yang
dimiliki perusahaan yaitu sebagai market leader dapat rnemungkinkan perusahaan
untuk menetapkan acuan hargajual semen bagi para pesaingnya
Masuknya Heidelberger sebagai investor strategis yang menanamkan dana
di PT Indocement Tunggal Prakarsa alcan dapat membantu perusahaan dalam
mengembangkan jangkauan pemasarannya, balk di pasar dornestik maupun pasar
global. dengan menggunakan jalur perdagangari strategis Heidelberger
Meskipun industri semen kini termasuk pada tipe standard cycles dan
halangan untuk masuk ke dalam industri ¡ni cukup besar, pemain-pemain baru
mutai terlihat dan tuait meramaikan industri ¡ni. Hal ini menunjukkan bahwa
prospek industri semen sebenarnya rnasìh cukup menjanjikan di tengah kondisi
ekonomi dan politik yang hingga saat ¡ni masih belum stabil.
"
2001
T5327
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library