Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agus Jullar
Abstrak :
ABSTRAK
Perkembangan Pasar modal di Indonesia telah mengalami perkembangan yang pesat, terutama pada tahun 1981 sampai dengafl tahun 1983 serta tahun 1969.


Sampai dengan tanggal 4 November 1989, tidak kurang dari 84 perusahaan yang telah mengeluarkan saham dan obligasi, baik merupakan emisi pertama maupun sisi lanjutan dan perusahaan yang telah tercatat di Bursa Efek Jakarta.


Hal tersebut tidak terlepas dari peranan Pemerintah yang telah mengeluarkan serangkaian kebijaksanaan deregulasi dibidang moneter dan perbankan, termasuk pula mengenai pasar modal dalain rangka Paket Desember 1987. Sejak paket kebijaksanaan tersebut, terbuka kesempatan bagi peranan modal asing untuk berpartisipasi aktif di pasar modal kita.


Bersama itu pula Bapepam sebagai badan resmi pengelola pasar modal tidak lagi turut campur dalam penetapan harga saham pada pasar perdana, dalam hal ini yang menetapkan adalah penjamin emisi atau underwriter dari perusahaan yang menerbitkan saham atau emiten. Tetapi Bapepam melalui satu surat keputusan yang dikeluarkan oleh Ketua Bapepam telah menetapkan beberapa faktor yang nenjadi bahan pertimbangan dalam penetapan harga saham dipasar perdana seperti nilai kekayaan bersih, perkiraan penghasilan proyeksi, aluran kas, perkiraan tingkat deviden serta terangan mengenai hasil kegiatan perusahaan untuk masa sekurang-kurangnya 2 tahun terakhir.


Beberapa Pihak mengkhawatirkan kepatuhan Penjamin dan emiten untuk memperhatikan faktor-faktor yang telah ditetapkan oleh Bapepam tersebut.


Kekhawatiran ini bertitik tolak dari kenyataan, terutama berhubungan dengan Perilaku Para pemodal dan karakteristik investasi Pada saham Perdefinisi investasi pada saham adalah investasi yang beresiko, oleb sebab itu investor dapat menperoleh keuntungan yang besar tetapi dapat pula menanggung kerugian yang tidak kalah besarnya pula.


pertanyaan yang kemudian diajukan adalah apakah para investor atau masyarakat menyadari karakteristik tersebut.


Apakah tindakan yang mereka lakukan sekedar ikut-ikutan membeli saham, tanpa memahami informasi yang menyangkut perusahaan yang menerbitkan saham tersebut. Berbagai pertanyaan tersebut akhirnya mengarah kepada pertanyaan tentang kewajaran harga saham.


Menurut apa yang terjadi saat ini bahwa harga saham-saham yang ditawarkan belakangan ini terkesan terlalu tinggi, apalagi jjka dibandingkan dengan harga penawaran saham yang sudah lama terdaftar di Bursa. Perusahaan-perusahaan yang go public di tahun 1984 kebawah, umumnya merupakan perusahaan perusahaan yang sudah mapan tetapi harga saham yang mereka tawarkan relatif murah yaitu tidak ada yang sampai tiga kali nilai nominalnya.


Berbagai model dan pendekatan bisa saja dipergunakan untuk menaksir kewajaran harga saham. Bagi mereka yang percaya akan model tersebut kemudian akan membeli suatu saham kalau harganya dinilai masih terlalu rendah dan menjual suatu saham kalau dinilai harganya sudah terlalu tinggi. Apakah dalam kenyataannya keputusan itu selalu dapat memberikan hasil yang terbaik, dalam artian bisa menghasilkan tingkat keuntungan diatas tingkat keuntungan normal, masih merupak an suatu pertanyaan.


Apapun model yang di Pergunakan, maka model tersebut hanya bersifat membantu para analis dalam memperbaiki judgement mereka dan bukan menggantikannya. Hal ini disebabkan oleh karena harga saham saat ini sebenarnya merupakan cerminan prospek perusahaan dimasa yang akan datang yang dinilai dengan memperhatikan resiko dan opportunity cost yang dihadapi oleh para pemodal. Prospek perusahaan akan mempengaruhi penghasilan yang akan diterima pemilik saham yaitu dalam bentuk dividen dan capital gain, sedangkan risiko dan opportunity cost akan mempengaruhi biaya modal sendiri yang disyaratkan oleh pemodal.


Perdefinisi tidak ada satupun investor yang dapat mengetahui apa yang akan terjadi dengan perusahaan tersebut dimasa yang akan datang. Karena variabel-variabel yang mempengaruhi harga saham merupakan variabel-variabel yang bersifat acak.


Berbagai alasan bagi perusahaan urituk go-public, tetapi Umumnya karena alasan keuangan. Suatu perusahaan yang struktur modalnya terdiri atas hutang yang lebih besar dan modal sendiri, atau bila return lebih kecil dan biaya modal pinjamann maka Peruhashaan perlu untuk mengadakan restruk turisasi struktur Permodalannya. Salah satunya adalah melalui penjualan saham kepada masyarakat atau go-public.


Untuk Perusahaan yang go-Publik dengan motivasi mensubstitu si hutang menjadi modal saham mempunyai berbagai kemudahan, diantaranya tidak perlu dihadapkan kepada kesulitan membayar bunga dan angsuran hutang setiap waktunya.


Selain itu pula lingkungan usaha saat ini mendukung Perusahaan-perusahaan untuk memilih alternatif go-public.


Dalam ketentuan Pakto 1988 telah ditetapkan peraturan mengenai legal lending limit, hal tersebut menyebabkan sumber dana yang berasal dari kredit perbankan mempunyai keterbatasan sehingga tidak dapat diharapkan banyak.


Jadi pilihan akan banyak jatuh kepada pemilihan go-public. Selain dengan melakukan go-public berarti ada modal yang dapat ditarik dari perusahaan sehingga pemilik saham lama dapat rienginvestasikan di proyek lain, juga didukung dengan daya tarik pasar modal itu sendiri. Perusahaan-perusahaan dapat melihat dan merasakan betapa besar kemampuan dan murahnya dana yang dapat dihimpun dan pasar modal. Dividen yield telah inencapai tingkat serendah 5 %, jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan suku bunga kredit perbankan yang saat ini dapat inencapai 22 %.


Dari keadaan tersebut baik dilihat dari sisi intern perusahaan maupun keadaan lingkungan ekstern, telah mendo rong pemilihan pasar modal sebagai alternatif sumber pembiayaan bagi perusahaan
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library