Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwi Siswo Subagyo
"Terapi rumatan substitusi ketergantungan opioida merupakan komponen penting dalam pendekatan berbasis masyarakat , dalam arti disediakan untuk pasien rawat jalan . Hal ini akan membuat pasien tetap bertahan dalam masa terapi serta peningkatan waktu dan kesempatan untuk tetap berada dalam lingkup layanan kesehatan, psikologi, keluarga, perumahan, pekerjaan, isu finansial dan legal selama berhubungan dengan layanan terapi.
Terapi rumatan substitusi opioida ( Program Terapi Rumatan Metadon ) sebagai bagian dari sistem layanan kesehatan, sesungguhnya sudah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 2001 dalam rangka untuk mengurangi dampak lanjutan narkoba ( Harm Reduction).
Program ini dalam pelaksanaannya kurang maksimal ( kurang efektif ), cakupan program pengguna narkoba suntik baru mencapai 13,33 % ( program efektifbila cakupannya mencapai 70% ). Maka dengan berdasarkan hal ini perlu dilakukan penelitian efektifitas pelaksanaan Program Terapi Rumatan Metadon ( Harm Reduction) . Dalam hal ini penelitian dilaksanakan di Puskesmas Kecamatan Tebet, kita ketahui bersama bahwa puskesmas merupakan ujung tombak pelaksanaan pelayanan kesehatan masyarakat (PTRM).
Puskesmas Kecamatan Tebet, Propinsi DKI Jakarta dijadikan tempat untuk pelaksanaan penelitian karena merupakan satu-satunya puskesmas di DKI Jakarta yang menjalin kerjasama dengan Badan Narkotika Nasional dan melaksanakan Program Terapi Rumatan Metadon berdasarkan surat keputusan Ketua BNN Nomor : Skep /60/XI/2007/BNN tentang Pendistribusian Peralatan Dukungan Terapi dan Konseling , Peralatan Sarana Medis untuk OSC & ORC , Peralatan Penunjang dan Meubelair Klinik Adiksi Pusat T&R Lakhar BNN tahun anggaran 2007.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran tetang efektifitas pelaksanaan PTRM di Puskesmas Kecamatan Tebet dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, dengan menggunakan metode Kualitatif , dengan cara Deskriptif melalui pendekatan manajerial dan sosial.
Dalam penelitian ini di dapat bahwa , jumlah pasien terdaftar di Puskesmas Kecamatan Tebet pada setahun terakhir adalah sebesar = 239 orang, sedangkan yang aktif mengikuti Program Terapi Rumatan Metadon hanya = 125 orang . Pasien yang Non Aktif berjumlah 114 orang (dengan perincian sebagai berikut : dipenjara = 7 orang, meninggal dunia = 6 orang, pindah ke PTRM lain = 3 orang dan Drop-Out = 98 orang) .
Hasil dari penelitian ini adalah Program Terapi Rumatan Metadon ( PTRM) dinilai efektif , dengan kriteria pasien yang Drop-Out pada tahun I kurang dari 45% ( standar Depkes ). Bila dilihat dari hasil jumlah pasien yang bekerja, hasilnya adalah lebih dari 30% sudah mempunyai kegiatan tetap (bekerja atau sekolah ) dan kondisi kesehatan pasien yang semakin membaik menurut hasil pemeriksaan medis ,tetapi dinilai tidak efektif pada pasien yang dilakukan pemeriksaan urine sewaktu-waktu pada pasien yang dicurigai menggunakan opiat yaitu dengan hasil lebih dari 30% ( standar Depkes).
Program Terapi Rumatan Metadon dapat berjalan dipengaruhi oleh beberapa faktor , yaitu faktor internal ( SDM, Dana , Sarana dan Prasarana ) dan faktor eksternal dalam hal ini adalah faktor Lingkungan ( faktor keamanan, ketertiban , kebersihan dan kenyamanan ). Kendala yang ada di Puskesmas Kecamatan Tebet adalah masih kurangnya tenaga profesional yang melayani PTRM juga masih kurangnya sarana dan prasarana yang dibutuhkan.
Pada penelitian ini disarankan juga pada pihak Puskesmas untuk memenuhi kebutuhan tenaga ( Psikolog) dan lainnya , serta pemenuhan kebutuhan akan sarana dan prasarna yang utama yaitu ruangan pelayanan tempat gudang obat. Karena perawatan metadon membutuhkan waktu yang cukup lama, maka disarankan juga waktu pelayanan sebaiknya lama dan panjang ( saat ini buka hanya 2 jam saja ) , dan dalam pelaksanan kegiatannya terpisah dengan pelayanan umum lainnya .
Demikian gambaran hasil penelitian yang telah dilakukan, diharapkan dapat bermanfaat serta dapat dijadikan rekomendasi dalam menetukan kebijakan lebih lanjut, semoga.

Treatment substitution therapy heroin dependence is an important component in community-based approach, in the sense provided for outpatient. This will make the patient still survive in the therapy and increasing the time and opportunity to remain in the scope of health care, psychology, family, housing, employment, financial and legal issues related to the service during the therapy.
Treatment substitution therapy heroin (Program Treatment Therapy Methadone) as part of the system of health care services, the already implemented in Indonesia since 2001 in order to reduce the impact of advanced drugs (Harm Reduction).
This program is under implementation in the maximum (less effective), the coverage of the program a new needle drug users reach 13.33% (effective if -ranging program to reach 70%). But this is based on the need to do research the effectiveness of the program Treatment Therapy Methadone (Harm Reduction). In this research was conducted in the District Health Tebet, we know that with a health clinic is the spearhead of the public health service (PTRM).
Community Health Center Tebet District, DKI Province as a place for the research because it is the only health center in Jakarta that a drug addict cooperation with the Agency and the National Program Methadone treatment therapy decree based on the Chairman of NNB Tax: Skep / 60/XI/2007/BNN Support Tools on the distribution of Therapy and Counseling, Medical Facilities Equipment to OSC & ORC, and Tools Supporting Furniture Clinic Center Addict T & R Daily Activity NNB year 2007 budget.
Research was conducted with the aim to gain insight about the effectiveness of the implementation of the health PTRM Tebet District and the factors that to influence , using Qualitative methods, with the Descriptive through managerial and social.
In this research can be in that, the number of patients registered in the District health Tebet in the last year amounted = 239 people, while the active program Treatment Therapy follow Methadone only = 125 people. On the Non-patient of 114 people (with the details as follows: 7 = in jail person, dies = 6 people, moving to another PTRM = 3 people and Drop-Out = 98 people).
Results from this research program is Treatment Therapy Methadone is considered effective, the patient with the criteria that the Drop-Out in the year I of less than 45% ( Standard Department of Health ). When seen from the number of patients who work, the result is more than 30% already have a fixed activity (work or school) and the health condition of the patients improved according to the results of medical examinations, but not considered effective in patients who conducted urine checks on time patients suspected of using heroin he results with more than 30% (Standard Department of Health).
Treatment Therapy Program can run Methadone influenced by several factors, including internal factors (human resources, funds, facilities and infrastructure) and external factors in this case is Environmental factors (factor security, order, cleanliness and comfort). Constraints in The Health Tebet District is still a lack of professional staff who serve PTRM also still a lack of facilities and infrastructure required.
At this research also suggested the parties to meet the health needs of staff (psychologist) and the other, and the need for facilities and equipment the main room of the warehouse where drugs. Because the treatment methadone take a very long time, it also suggested the service should be long and long (open at this time is 2 hours only), and in the conduct separate activities with other public services.
Such a description of the research has been conducted, expected to be useful and can be a policy recommendation in to determine more, hopefully."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T 25583
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rumondang, Irvieny
"ABSTRAK
Latar belakang dan tujuan: Stres kerja banyak terjadi di bidang pelayanan berkaitan erat dengan masyarakat. Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) adalah bentuk pelayanan untuk pasien-pasien ketergantungan Napza, khususnya jenis opiat, yang ingin beralih ke substitusi oral metadon. Penelitian ini untuk mengetahui prevalensi kejadian terjadinya stres kerja pada petugas pelayanan PTRM dan faktor lain yang berhubungan.
Metode penelitian: Penelitian dengan desain potong lintang dilakukan pada bulan Januari ? September 2015, dengan subjek petugas PTRM aktif bekerja minimal 3 bulan. Data dikumpulkan melalui kuisioner yang meliputi karakteristik sosiodemografi, pengukuran stres kerja menggunakan kuisioner Survey Diagnostik Stres, dan pengukuran adanya stressor dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan kuisioner Holmes Rahe.
Hasil penelitian : Dari 87 responden didapatkan prevalensi stres kerja sebesar 69 %. Tidak terdapat faktor risiko yang paling berpengaruh yang berhubungan dengan terjadinya stres kerja (p>0,005). Dari analisa statistik tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara variabel umur, masa kerja, dan tugas rangkap, dengan risiko terjadinya stres kerja pada petugas PTRM. Disarankan memberikan penyuluhan rutin teknik relaksasi untuk mengurangi stres kerja, dan melakukan pemeriksaan lanjutan dan pengobatan bagi pekerja yang mengalami stres kerja.

ABSTRACT
Background:
Work stress can be found in many fields of services which conducting with community. The Program of Methadone Treatment, which called Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM), is a form of patients drug dependence service, in particular the type of opiate, who want to switch to methadone oral substitution. This study aimed to know the prevalence of work stress in the PTRM workers and other risk factors.
Methods: A cross-sectional design study was conducted in January - September 2015 at PTRM Puskesmas DKI Jakarta Province. Subjects consisted of active PTRM with minimum 3 months working tenure. The data collected were respondent?s characteristic of socio demography, measurement of work stress by using Survey Diagnostic Stress (SDS) Questionnaire, and measurement of home stressors by using Holmes Rahe (HR) Questionnaire.
Result and Recomendation: The prevalence of work stress of 87 respondents was 69%. There is no dominant risk factors relation to work stress (p˂ 0.005). Work stress was not significant relation to age, job experience, and double jobs in the PTRM workers. Suggested give regular counseling to reduce stress relaxation techniques work, and examination and treatment for workers who are experiencing stress.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Sartika
"Klien ketergantungan heroin yang menjalani Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) beresiko terjadinya masalah kekambuhan dan ketidakpatuhan, sehingga diperlukan upaya pencegahan untuk meningkatkan keterampilan strategi koping untuk mengatasi faktor dan situasi beresiko terjadi ketidakpatuhan dan kekambuhan. Penelitian quasi experimental dengan pendekatan pre-post test with control group ini ditujukan untuk mengidentifikasi pengaruh relapse prevention training (RPT) terhadap kekambuhan dan kepatuhan klien ketergantungan heroin yangmenjalani program terapi rumatan metadon di DKI Jakarta.
Hasil penelitian terhadap 56 responden yang terdiri dari 28 orang kelompok kontrol dan 28 orang kelompok intervensi menunjukan peningkatan kepatuhan secara bermakna (p=0,000) pada kelompok intervensi sebelum dan sesudah dilakukan RPT. Kejadian kekambuhan terjadi 3,75 % pada kelornpok kontrol. Relapse prevention training ini direkomendasikan untuk dikembangkan sebagai bentuk pelayanan kesehatan/keperawatan jiwa bagi klien ketergantungan heroin- yang menjalani PTRM.

Clients heroin addiction who undergo maintenance therapy Methadone Program (MMP) incompliance and relapse risk, so that prevention efforts are needed to improve the skills of coping strategies to remain obedient and recurrence can be prevented. The _research aims to find out the effect of relapse Relapse prevention training and compliance with heroin dependency clients who are undergoing methadone maintenance therapy program in Jakarta. Quasi-experimental research design approach with pre-post test control group.
The results showed a significant increase in compliance in the group that conducted the RPT of S6 respondents consisted of 28 men and 28 control group the intervention group showed a significant increase in adherence (P = 0.000) in the intervention group before and after RPT. 3.75% incidence of recurrence occurred in the control group. Relapse prevention training is recommended to be developed as a form of health care I nursing soul for clients who undergo MMP heroin dependence."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
T28430
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Wahyuni
"Program Terapi rumatan metadon (PTRM) merupakan upaya untuk mengendalikan infeksi HIV. Salah satu permasalahan dalam PTRM adalah 75 % drop out sebelum 5 bulan menjalani program (Depkes,2007). Penelitian ini mempelajari pengaruh frekuensi konseling terhadap kejadian drop out pada klien PTRM di Puskesmas kecamatan Tebet tahun 2013. Variabel dependent dalam penelitian ini adalah kejadian drop out, variabel independen utama adalah frekuensi konseling, variabel independen lain adalah jenis kelamin, umur, pekerjaan, akses ke tempat layanan, riwayat depresi, dukungan keluarga, hidup dengan seseorang yang mempunyai masalah penyalahgunaan Napza, riwayat penggunaan napza, riwayat konflik dan riwayat kriminal.
Disain penelitian kohort retrospektif dengan sampel sebanyak 58 orang klien baru PTRM Puskesmas kecamatan Tebet yang terdaftar pada tahun 2010 ? 2013. Hasil penelitian adalah klien yang mendapatkan konseling < 2 kali/bulan 1,97 kali lebih cepat drop out dibandingkan klien yang mendapatkan konseling ≥ 2 kali/bulan. Frekuensi konseling < 2 kali/bulan merupakan faktor risiko kejadian drop out pada klien PTRM di Puskesmas kecamatan Tebet tahun 2013. Konseling awal merupakan kunci keberhasilan program PTRM disarankan agar intervensi konseling awal diberikan sesuai dengan latar belakang klien minimal 2 kali per bulan.
......
Methadone maintenance therapy program (PTRM) is an effort to control HIV infection. One of the problems in PTRM is 75% drop out before 5 months of the program (MOH, 2007). The aims was to study the effect of counselling frequency on the incidence of drop out on clients PTRM in Tebet subdistrict health center in 2013. Dependent variable in this study was the incidence of drop outs, the main independent variable was the frequency of counseling, and other independent variables were gender, age, occupation , access to the service, history of depression, family support, living with someone who has a drug abuse problem, a history of drug use, a history of conflict and criminal history.
Retrospective cohort study with 58 sample a new client PTRM Tebet subdistrict health center which was registered in 2010 - 2013. Counseling < 2 times / month is a risk factor for the incidence of drop outs on the client PTRM in Tebet subdistrict health center in 2013. Providing initial counseling is key to the success of the program PTRM suggested that early intervention counseling provided in accordance with the client's background at least 2 times per month."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T41636
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library