Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
M. A. Hamdah Rosjidah Aini
Abstrak :
Diare adalah salah satu penyakit yang dapat disebarkan melalui air (water borne diseases). Di Indonesia diare masih menduduki peringkat atas diatara sepuluh penyakit terbanyak dan penyebab kematian nomor dua, terutama pada bayi. Di Sumatera Selatan, angka kesakitan diare adalah 22,97 per 1.000 penduduk. Angka tersebut tinggi bila dibandingkan dengan angka Nasional 20,68 per 1.000 penduduk. Dan tujuh Kabupaten/Kota di Sumatera Selatan, angka kesakitan diare tertinggi adalah di Kota Palembang (35 per 1.000 penduduk). Di Kota Palembang, masyarakat yang menggunakan air bersih persentasenya rendah (77,5 %). Persentase air bersih memenuhi syarat kualitas bakteriologi juga rendah (60 %). Rendahnya cakupan air bersih dan rendahnya persentase air bersih memenuhi syarat kualitas bakteriologi tidak terlepas dari kinerja sanitarian Puskesmas dalam pelaksanaan program pengawasan kualitas air bersih, Evaluasi kinerja sanitarian dalam pengawasan kualitas air bersih belum pemah dilakukan. Peraturan Daerah yang mengatur tentang pengawasan kualitas air bersih pun belum ada. Yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah belum adanya gambaran kinerja sanitarian dalam pelaksanaan pengawasan kualitas air bersih di Puskesmas Kota Palembang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja sanitarian Puskesmas dalam pelaksanaan pengawasan kualitas air bersih di Kota Palembang. Populasi penelitian adalah sanitarian Puskesmas di Kota Palembang, sedangkan sampel penelitian adalah total populasi berjumlah 35 sanitarian. Janis penelitian adalah survei dengan rancangan penelitian cross sectional. Analisa data yang dipakai adalah analisa univariat (menggunakan distribusi frekuensi dengan ukuran persen) dan analisa bivariat (menggunakan uji chi square, dengan nilai alpha 5 %ICI 95 %). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sanitarian Puskesmas di Kota Palembang yang berkinerja buruk 71,4 % dan yang berkinerja baik 28,6 %. Yang berkinerja lebih buruk adalah sanitarian laki-laki (OR : 2,8), sanitarian yang berumur < 39 tahun (DR : 2,1), sanitarian dengan lama bertugas < 9 tahun (OR : 2,6), sanitarian yang memiliki pengetahuan kurang (4,3), sanitarian yang tidak pernah pelatihan (OR : 2,1), sanitarian yang tidak punya buku pedoman kerja (OR : 2,5), sanitarian yang tidak memiliki transportasi ke lapangan (OR : 2,6), sanitarian yang tidak punya peralatan (DR : 3,1), sanitarian yang tidak menerima insentif (OR : 2,2) dan sanitarian yang tidak mendapat dukungan teman (OR : 2,9). Saran bagi Dinas Kesehatan Kota adalah membuat Peraturan Daerah tentang pengawasan kualitas air bersih, meningkatkan perhatian, bimbingan dan petunjuk bagi sanitarian Puskesmas dalam meningkatkan kinerja sanitarian. Bagi pimpinan Puskesmas adalah membuat pembagian tugas yang jelas, meningkatkan dukungan bagi sanitarian, meningkatkan koordinasi lintas program dan lintas sektor dalam pelaksanaan tugas sanitarian dilapangan. Bagi sanitarian Puskesmas, supaya mengikuti pertemuan bulanan sanitarian dan bersama Ketua BAKLI serta pimpinan Puskesmas mendiskusikan serta mencari pemecahan permasalahan kinerja sanitarian di Puskesmas Kota Palembang, dan membuat contoh penyaringan air sederhana dari bahan yang murah dan mudah didapat, sehingga dapat dicontoh masyarakat. Perlu penelitian lain adalah mencari variable-variabel lain yang tidak diteliti oleh penulis dan melaksanakan penelitian dengan memakai pendekatan gabungan, kuantitatif dan kualitatif, supaya dapat menggali permasalahan dengan lebih dalam. ......Diarrhea is one of disease, which can propagate through water (water borne diseases)_ In Indonesia diarrhea still sit on the top of 10 most disease and number 2 death cause, especially to baby. In South Sumatra, diarrhea rate is 22,97 per 1000 resident. From seven regencies/towns in South Sumatra, diarrhea rate is very high in Palembang City (35 per 1000 resident). In Palembang City, resident who use clean water have a low rate (77,5%). Clean water percentage fulfill the bacteriology quality condition is low too (60%). The low clean water coverage and clean water percentage fulfill the bacteriology quality condition is still related with Puskesmas sanitarian performance in clean water quality observation program execution. Sanitarian performance evaluation in clean water quality observation is never been done. Area Regulation that arrange about clean water quality observation is not yet there. The problem in this research is no view from sanitarian performance of clean water quality observation in Palembang City Puskesmas. Research target is to know Puskesmas sanitarian performance of clean water quality observation in Palembang City. Research population is puskesmas sanitarian in Palembang City, while research sample is total population in amount of 35 sanitarians. Research type is survey with cross sectional research device. Data analysis used is univariate analysis (using frequent distribution with percent size) and bivariate analysis (using chi square test, with alpha assess 5%/CI 95%). Research result show that Puskesmas sanitarian in Palembang City which has bad performance is 71,4% and good performance is 28,6%. The worse performance men sanitarians (OR : 2,8), sanitarian age < 39 years (OR : 2,1), sanitarians with work age < 9 years (OR : 2,6), sanitarians with less knowledge (4,3), sanitarians who never get training (OR : 2,1), sanitarians with no work guidance book (OR : 2,5), sanitarians with no transportation to work place(OR : 2,6)_ Sanitarians with no tools (OR : 3,1), sanitarians who not except incentive (OR : 2,2), and sanitarians who not getting support from friends (OR : 2,9). Suggestion for City Health District is making Area Regulation about clean water quality observation, improving attention, counseling and guide for Puskesmas sanitarians in improving sanitarians performance. For Puskesmas Leader is making clear work division, improving support for sanitarians, improving pass by coordination program, and pass by sector in sanitarian duty execution on field. For Puskesmas sanitarian, to follow monthly sanitarian and with HAKLI Chief and Puskesmas leader discussing and searching resolve sanitarian performance problem in Palembang City Puskesmas, and making example of simple water distillation from cheap substance and easy to get, so can be followed by public. The need of other research is looking for other variables which not checked by writer and executing observation by using merger approach, quantitative, and qualitative, so that can dig the problem deeply.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T12759
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lenawaty Husin
Abstrak :
Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pelayanan kesehatan, dimana saat ini dunia telah memasuki era globalisasi dan perdagangan bebas, maka persaingan menjadi sesuatu yang tak bisa dihindari. Pelayanan kesehatan termasuk Puskesmas dituntut untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Salah satu indikator mengukur kualitas pelayanan kesehatan adalah kepuasan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai tingkat kepuasan pasien dan melihat bagaimana hubungan persepsi jarak ke Puskesmas dengan tingkat kepuasan pasien dan hubungan kaiakteristik pasien terhadap tingkat kepuasan. Penelitian ini menggunakan responden berupa pasien yang berkunjung di 36 Puskesmas di Kota Palembang, selama 4 hari berturut-turut dan jumlah sampel sebanyak 384 orang. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan Cross Sectional. Pengambilan sampel secara proporsional random sampling. Data primer didapat melalui pengisian kuesioner, penilaian kepuasan pasien dengan menggunakan kuesioner adalah salah satu Sara untuk mengetahui kelemahan dan kekurangan pelayanan yang telah diberikan oleh Puskesmas, sehingga puskesmas dapat segera melakukan perbaikan yang diperlukan sesuai dengan harapan pasien. Analisa statistik yang digunakan adalah analisa univariat untuk melihat gambaran deskriptif dari karakteristik Pasien BP umum Puskesmas di Kota Palembang, dan mengetahui hubungan persepsi jarak ke Puskesmas terhadap tingkat kepuasan pasien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengunjung BP Umum Puskesmas di Kota Palembang lebih banyak perempuan dari pada pengunjung laki-laki, tingkat pendidikan pasien yang berkunjung lebih banyak yang berpendidikan tinggi, pasien yang bekerja lebih banyak dari pasien yang tidak bekerja. Secara keseluruhan tingkat kepuasan pasien masih rendah, sehingga perlu langkah-langkah perbaikan, guna memenuhi harapan pelanggan atau pasien. Dari 384 responden yang bertempat tinggal jauh dari Puskesmas cenderung untuk tidak puas (66,7 %) dibandingkan pasien yang bertempat tinggal dekat, terutama dalam hal persepsi jarak ke Puskesmas. Pemerintah diharapkan mendapat masukan agar membuat kebijakan yang berorientasi pada kepuasan pelanggan; juga mendekatkan persepsi jarak ke Puskesmas dengan menggunakan sarana Puskesmas keliling dan membuka hotline 24 jam, pager. Dan untuk jangka panjang merubah sistem pelayanan Puskesmas, dengan merubah Puskesmas pembantu menjadi Puskesmas kelurahan sehingga setiap kelurahan ada Puskesmas; serta mengadakan survei mengenai tingkat kepuasan pasien secara berkala .Sehingga persepsi jarak ke Puskesmas menjadi mudah. Disamping itu, mengadakan penyegaran kepada petugas Puskesmas mengenai komunikasi interpersonal terhadap kepuasan pelanggan. Referensi 51 (1975-2004)
Along with science and technology development especially in health service field, which the world entering to globalization and free trade, so the competition become a matter that cannot be avoid. Health service including Puskesmas (health center of sub-district region) is striving for increasing service quality. One of indicators to measure health service is patient (customer) satisfaction. This research purpose to gain an illustration about patient satisfaction level and to see how distance relation perception to Puskesmas with its satisfaction and patient characteristic relation to satisfaction level. This research use respondent as patient who pay a visit to 36 Puskesmas in Palembang City, during 4 days in succession. This research has done by cross sectional approach. Take samples by proportional random sampling. Primary data get by questioners fulfilling as one way to know weakness and lack service has done by Puskesmas, so Puskesmas can improve it as same as patient' expectation immediately. Statistical analysis used is univariat to see description of general BP patient characteristic at Palembang City, and to know distance perception effect to Puskesmas against patient satisfaction level. Research result shown that patient who pay a visit general BP Puskesmas at Palembang City amount of woman greater than men, most of educational background level patient is high, employment greater than unemployment. As overall, patient satisfaction level is low, so that need to take improves it, to fulfill customer expectation (patient satisfaction)_ There 384 participant (respondent) who lived far from Puskesmas tend not satisfaction (66,7%) than patient who lived near Puskesmas. The government is expected to gain input critically to make customer satisfaction-oriented policies; also bring Puskesmas to close (distance perception) to Puskesmas, as by facilitate to Puskesmas-mobile that go around, customer care hotline 24 hours, and id caller. In the long term to make a change Puskesmas system, to turn assist-Puskesmas become Puskesmas (health center of lower sub-district area) so in future, each lower sub-district had a Puskesmas; to survey about patient satisfaction level gradually, finally, distance perception to Puskesmas is ease. Therefore, to make re-education and training program to Puskesmas' official, especially is interpersonal communication toward customer satisfaction. Reference 51 (1975-2004)
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T12797
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yona Wia Sartika Sari
Abstrak :
Secara global, populasi lansia terus bertambah seiring dengan kemajuan sektor kesehatan, yang ditandai dengan peningkatan harapan hidup dan angka kematian yang lebih rendah. Peningkatan jumlah lansia di Indonesia berlangsung dalam kurun waktu sekitar 50 tahun pada 1971-2021. Pada tahun 2021, proporsi lansia mencapai 10,82 persen, artinya Indonesia dapat dikatakan negara dengan struktur penduduk tua (ageing population). Diproyeksikan pada tahun 2045, persentase lansia Indonesia diperkirakan akan mencapai hampir seperlima dari seluruh penduduk Indonesia atau sekitar 19,9 persen. Sehingga diperlukan perhatian terhadap upaya peningkatan kualitas hidup lansia. Jumlah usia lanjut di Kecamatan Gandus sebanyak 4.979 jiwa dengan cakupan pelayanan usia lanjut sebesar 40,3% pada tahun 2021. Penurunan kondisi fisik dan mental penduduk lansia seiring dengan bertambahnya umur, mengakibatkan para lansia sangat rawan terhadap gangguan berbagai penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan mekanisme coping dengan kualitas hidup lansia setelah dikontrol variabel konfounding usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status tinggal bersama, dan status pernikahan. Penelitian ini dilakukan di wilayah Kecamatan Gandus Kota Palembang April-Juni 2022. Penelitian menggunakan desain studi cross sectional, pengambilan sampel yaitu simple random sampling, pengambilan data dilakukan melalui wawancara menggunakan kuisioner pada 110 responden lansia. Hasil penelitian ini menemukan bahwa pada responden yang memiliki kualitas hidup baik, 75% menggunakan coping adaptif. Hasil regresi logistik menunjukkan hubungan bermakna antara mekanisme coping dengan kualitas hidup lansia setelah dikontrol variabel pendidikan dan pekerjaan (p value = 0,001, CI = 2,0 - 14,8). Penggunaan mekanisme coping adaptif merupakan faktor meningkatnya kualitas hidup, peningkatan kualitas hidup ini meningkat pada lansia yang berpendidikan tinggi dan memiliki pekerjaan. ......Globally, the elderly population continues to grow along with the progress of the health sector, which is characterized by increased life expectancy and lower mortality rates. The increase in the elderly population in Indonesia lasted for 50 years in 1971-2021. In 2021, the proportion of elderly reached 10.82 percent, it means that Indonesia is described as a country with an aging population structure. It is projected that in 2045, the percentage of Indonesia's elderly is expected to reach almost one-fifth of the entire population of Indonesia or about 19.9 percent. Therefore, it is necessary to pay attention to efforts to improve the quality of life in elderly. The elderly population in Gandus District is 4,979 people with the elderly service coverage of 40.3% in 2021. The decline in the physical and mental condition of the elderly population along with increasing age, makes the elderly very vulnerable to various diseases. This study aims to determine the relationship between coping mechanisms and the quality of life in elderly after controlling for the confounding variables of age, gender, education, occupation, cohabitation status, and marital status. This research was conducted in the Gandus District, Palembang City in April-June 2022. The study used a cross-sectional study design, sampling was simple random sampling, data collection was carried out through interviews using questionnaires on 110 elderly respondents. The results of this study found that respondents who have a good quality of life, 75% have used adaptive coping. The results of logistic regression showed a significant relationship between coping mechanisms and quality of life in elderly after being controlled by education and work variables (p value = 0.001, CI = 2.0 - 14.8). The use of adaptive coping mechanisms is a factor to improve the quality of life, the improvement of the quality of life will increase in elderly with higher education and having a job.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library