Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 58 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Poverty could be seen as the son of development. At one side development is intended to create welfare and wellbeing for the human kind, but at the other side it high deman, on the contrary creates poverty? The answer lies in the paradigm used as guidance and framework for development...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"This book presents a hierarchical framework about important theoretical issues that are present in psychological thinking. These issues concern definitions of three major theoretical concepts in theory and practice : (a) paradigms, (b) theories, and (c) models. It focuses on defining, comparing, and contrasting these three conceptual terms. This framework clarifies differences among paradigms, theories, and models, terms which have become increasingly confused in the psychological literature. Paradigms are usually confused with theories or with models while theories are confused with models. Examples of misuses of these terms suggest the need for a hierarchical structure that views paradigms as conceptual constructions overseeing a variety of psychological theories and verifiable models."
New York: Springer, 2012
e20396274
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Mulia Sari
"Tesis ini bertujuan untuk mengetahui tipologi atau paradigma administrasi public Kementerian Dalam Negeri dan bagaimana mengoptimalkan tipologi administrasi yang ada dengan menggunakan teori tipologi administrasi public yang dikemukakan oleh J.V. Denhardt & R.B. Denhard yang membagi administrasi public kedalam tiga paradigma besar yaitu Old Public Administration (OPA), New Public Manajement (NPM) dan New Public Services (NPS). Penelitian ini menggunakan metode Kualitatif dengan mengambil lokasi di Sekretariat Jenderal Kementerian Dalam Negeri. Sekretariat Jenderal menjadi pilihan karena peran sentral Sekretariat Jenderal sebagai koordinator penyelenggaraan tugas dan fungsi teknis yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal di lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan pada saat yang sama Sekretariat Jenderal juga menyelenggarakan layanan publik kepada pemerintah daerah dan stakeholder lainnya. Dengan demikian, Sekretariat Jenderal diharapkan dapat merepresentasikan organisasi Kementerian Dalam Negeri secara umum. Berdasarkan hasil analisis, penyelenggaraan administrasi publik di Setjen Kemendagri cenderung mengarah pada tipologi gabungan antara OPA, NPM dan NPS dengan berbagai aspek yang dimiliki namun dominan pada OPA. Selanjutnya, terdapat beberapa langkah untuk mengoptimalkan paradigma yang ada dan reformasi birokrasi yang sedang dijalani menuntut untuk dilakukan perubahan dengan mengedepankan pelayanan kepada stakeholder.

The aim of this thesis is to determine the typology or paradigm of public administration in the Ministry of Home Affairs and how to improve it by examining the theory of public administration typology proposed by JV Denhardt & R.B. Denhardt that divided public administration into three major paradigms: Old Public Administration (OPA), New Public Management (NPM), and New Public Services (NPS). The author uses qualitative methods and set the Secretariat General of the Ministry of Homes Affairs as research locus given that it?s central role as a coordinator of Directorate Generals within the Ministry of Home Affairs and at the same time managing administrative services to the local government. Thus, the Secretariat General is expected to represent the Ministry?s organization in general. The research found that the public administration practiced in Secretariat General of the Ministry of Home Affairs tends to be classified to the combination of the Old Public Administration (OPA), New Public Management (NPM), and New Public Services (NPS) typology with more emphasis on the Old Public Administration (OPA) typology. Moreover, there are several aspects that need to get more attention for future improvement.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Epa Suryanto
"Tingkat perjalanan merupakan salah satu indikator bagi para perencana transportasi dalam mengambil keputusan terkait kebijakan dan pembangunan infrastruktur di masa mendatang. Dalam memperkirakan tingkat perjalanan, Department for Transport (DFT) United Kingdom (UK) menggunakan metode 'predict and provide', yang menggunakan variabel sosio-ekonomi sebagai acuan kebijakan perencanaan masa depan. Sementara itu, TRICS menggunakan metode 'decide and provide' dengan cara menentukan tujuan masa depan sesuai yang diinginkan dan menyediakan infrastruktur yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Metode ini menghitung tingkat perjalanan yang melibatkan penggunaan lahan dan gross floor area (GFA). Penelitian ini bertujuan untuk melihat pola tingkat perjalanan dari kedua pendekatan tersebut. Dengan menggunakan paradigma predict and provide, terdeteksi adanya kecenderungan penurunan tingkat perjalanan pada total semua tujuan perjalanan. Pada setiap tujuan perjalanan juga terdeteksi adanya penurunan kecuali pada tujuan perjalanan untuk berjalan kaki yang menunjukkan tren positif dan tujuan perjalanan untuk pendidikan yang stabil. Pada paradigma decide and provide, hanya tren penurunan tingkat perjalanan yang teridentifikasi pada moda angkutan pribadi dan bus, sedangkan moda lainnya tidak ditemukan adanya tren. Variabel-variabel dari kedua paradigma tersebut memiliki dampak yang bervariasi, tergantung pada berbagai faktor sosio-ekonomi dan demografi. Hasil penelitian ini memberikan informasi baru yang penting untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan bagaimana berbagai faktor mempengaruhi perilaku perjalanan.

Trip rate is one of the indicators for transport planners in making decisions regarding future policies and infrastructure development. In estimating trip rates, the Department for Transport (DFT) United Kingdom (UK) uses the 'predict and provide' method, which uses socio-economic variables as a reference for future planning policies. Meanwhile, TRICS uses the 'decide and provide' method which decides the desired future and provides the necessary infrastructure to achieve it. This method calculates trip rates involving land uses and gross floor space (GFA) that takes land use into account. This research aims to examine the patterns in trip rates for both of these approaches. Using the Predict ad Provide Paradigm a decreasing trend of trip rate has been detected in the total of all trip purposes. In each trip purpose, a decrease is also detected except for the trip purpose for walking which shows a positive trend and the trip for education that are stable or no trend. With the Decide and Provide Paradigm only a decreasing trip rate trend was identified in other private transport and bus modes, while others were not found. The variables of both paradigms have varied effects depending on a range of socioeconomic and demographic factors. These results provide important new information for identifying and classifying how various factors influence travel behaviour"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Peters, Anne
"A paradigm change is occurring, in the course of which human beings are becoming the primary international legal persons. In numerous areas of public international law, substantive rights and obligations of individuals arguably flow directly from international law. The novel legal status of humans in international law is now captured with a concept borrowed from constitutional doctrine: international rights of the person, as opposed to international law protecting persons. Combining doctrinal analysis with current practice, this book is the most comprehensive contemporary analysis of the legal status of the individual. Beyond Human Rights, previously published in German and now revised by the author in this English edition, not only deals with the individual in international humanitarian law, international criminal law and international investment law, but it also covers fields such as consular law, environmental law, protection of individuals against acts of violence and natural disasters, refugee law and labour law."
United Kingdom: Cambridge University Press, 2016
e20529213
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Lubis, Akhyar Yusuf
"Pada tahun 1960/1970-an terjadi suatu perubahan pandangan yang sangat mendasar dikalangan para ilmuwan dan filsuf terhadap ilmu pengetahuan. Perubahan itu dapat kita lihat dalam berbagai pembahasan yang dikemukakan para ahli dalam rangka Nobel Conference ke XXV, 1989 di Gustavus Adolphus College yang dibukukan dengan judul The End of Science? Attack and Defense (Elvee, 1992: 1-89). William D. Dean dalam kata pengantarnya membicarakan kematian atau berakhirnya ilmu pengetahuan; hal yang sama juga dikemukakan Ian Hacking di dalam tulisannya Disuned Science, Garold Holton melalui tulisannya "How to Think about the End of Science," sedangkan Sheldon Lee Glashow dengan j udul "The Death of Science". (Elvee, 1992: 23-32).
Kemudian pada tanggal 25-26 Maret 1989 dilakukan konferensi dengan tema "Alternative Paradigms Conference" yang diselenggarakan di San Fransisco dengan sponsor Phi Delta Kappa International dan The Indiana University School of Education. Sumbangan tulisan para ahli yang dibicarakan dalam konferensi itu diterbitkan dengan judul The Paradigm Dialog, diedit oleh Profesor Egon G. Guba dan Yvonna S. Lincoln -- keduanya adalah tokoh yang mendukung paradigma baru yang dikenal dengan nama konstruktivisme atau interpretativisme (contructivism, interpretativism). Paradigma baru tersebut banyak menjadi bahan pembicaraan dan meminta perhatian para ahli dalam konferensi itu, disamping pascapositivisme (Pascapositivismn) dan teori kritis (critical theory) (Guba & Yvonna S. Lincoln, 1990).
Tampaknya ada kaitan pemikiran yang berkembang dalam konferensi pertama dengan yang kedua walaupun sama-sama membahas problem epistemologi (khususnya metodologi) dalam dunia ilmiah. Bedanya, fokus pembicaraan pada konferensi Nobel lebih tertuju pada masalah metodologi ilmu-ilmu alam, sedangkan pada konferensi yang kedua lebih terfokus pada masalaf ilmu-ilmu sosial dan humaniora. Pokok pembicaraan para ahli pada konferensi Nobel berkaitan dengan perkembangan fisika akhir abad XX ini yang cenderung mengantarkan kita pada ketidakpastian. Persoalan utama yang melatarbelakanginya adalah tantangan pada kepercayaan "Science as a uned, universal, objective endeavor is currently being questioned" (Elvee, 1992: x-xi).
Keraguan terhadap kesatuan ilmu pengetahuan akan universalitas dan obyektivitas sudah mulai timbul sejak dasawarsa awal abad XX melalui beberapa penemuan (Neil Bohr, Werner Heisenberg, Erwin Schrodinger) yang menemukan bahwa pandangan fisika Newtonian tidak berlaku pada gejala-gejala subatomik. Fisika modern (Newtonian) telah mempromosikan gambaran dunia yang materialistik, mekanistik, dan obyektivistik. Namun ilmu fisika yang kemudian, yakni sejak Einstein, Broglie, Schrodinger, menemukan adanya suatu gambaran dunia baru yang mengemukakan bahwa unit terdasar realitas bukan lagi partikel atau materi, akan tetapi boleti jadi "energi kreatif' atau sekurang-kurangnya bukan lagi sesuatu yang bersifat fisik (Ferre, 1980).
Menurut fisika kuantum, realitas obyektif yang murni itu tidak ada. Sebaliknya yang ada adalah realitas menurut persepsi kita, menurut paradigma kita implikasi filosofis mekanika kuantum sangatlah luar biasa bagi epistemologi dan filsafat ilmu pengetahuan. Dalam perspektif ini, bukan saja ilmuwan mempengaruhi realitas, akan tetapi dalam tingkat tertentu ilmuwan bahkan menciptakannya (mengonstruksinya). Seorang ilmuwan tidak dapat mengetahui momentum partikel dan posisinya sekaligus, oleh karena itulah is harus memilih satu di antaranya. Secara metafisis, ilmuwan menciptakan sifat-sifat tertentu, karena ia memilih untuk mengukur sifat-sifat itu?"
Depok: Universitas Indonesia, 2002
D523
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Keliat, Budi Anna
"Masalah kesehatan jiwa di Indonesia cenderung terus meningkat, sehingga memerlukan tindak penanggulangan yang menyeluruh dan berkesinambungan. Pelayanan kesehtan jiwa merupakan bagian integral dari pelayanan visi menyeluruh dan berkesinambungan. Pelayanan keperawatan kesehatan jiwa merupakan bagian integral dari pelayanan visi kesehatan jiwa mempunyai falsafah, visi dan misi yang mengacu pada paradigma keperawatan tentang fenomena sentral yaitu manusia, lingkungan, kesehatan dan keperawatan. Untuk dapat memberikan keperawatan kesehatan jiwa yang holistis, komprehensif dan berkesinambungan sangat diperlukan perawat dengan pengetahuan dan ketrampilan khusus tentang keperawatan kesehatan jiwa sehingga memungkinkan mereka untuk dapat bekerja pada tiap tatanan pelayanan kesehatan.

The mental health problem in Indonesia is increasing which require a comprehensive and continuity of care. The mental health nursing service as an integral part of mental health services has its philosophy, vision and mision based on nursing paradigm of the central phenomena: man, environment, health and nursing intervention. Nurses need to be knowledgeable and skillful on mental health psychiatric nursing to enable them to work at different health sttings."
1997
JJKI-I-2-Juli1997-59
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>