Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bambang Wibawarta
"ABSTRAK
Fubatatei Shimei dan Tsubouchi Shoyo merupakan pelopor Kesusastraan Jepang Modern. Tsubouchi membuat teori.-teori kesusastraan baru, berdasarkan teori-teori kesusastraan Barat. Teori-teori ini kemudian berkembang dalam karya-_karya Futabatei Shimei. Futabatei juga mendalami Bahasa dan Kesusastraan Rusia di Tokyo Gaigo Gakko.
Novel Ukigumo (awan mengambang) karya Futabatei yang dibahas dalam skripsi ini merupakan novel realis yang pertama kali menggunakan gaya penulisan Genbun Ichi (gabungan bahasa lisan dan tulisan) dalam kesusastraan Je_pang.
Novel ini menggambarkan keadaan masyarakat Jepang Meiji yang belum mapan. Saat itu terdapat dualisme antara bentuk-bentuk tradisional dengan unsur-unsur baru yang datang dari Barat, yang masuk seeara besar-besaran dengan adanya Restorasi Meiji tahun 1868.
Jepang yang sebelumnya menerapkan politik Sakoku (ne_geri tertutup) merasa terkejut oleh datangnya gelombang besar Restorasi Meiji yang tiba-tiba. Orang-orang yang tidak berkepribadian kuat merasa bingung oleh keadaan tersebut. Yang dikawatirkan Futabatei adalah nilangnya bentuk-bentuk tradisional, hanyut terbawa arus restorasi Meiji yang dahsyat.

"
1989
S13507
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erwan Tirta
"ABSTRAK
Asal mula agresi Jepang ke Taiwan pada tahun 1874 adala karena pada bulan Desember 1871 terjadi peristiwa pembunuhan massal terhadap 66 orang Ryukyu dan pada bulan Maret 1873 terjadi lagi peristiwa perampokan terhadap 4 orang Jepang (berasal dari daerah Okayama Prefektur) yang juga terdampar di pantai Tenggara Taiwan. Kaisar Meiji segera menunjuk Menlu Soejima Taneomi sebagai dubes berkuasa penuh untuk mengadakan perundingan dengan pihak Shinkoku.
Akan tetapi sikap pihak Shinkoku di dalam perundingan antara Jepang-Shinkoku pada tanggal 21 Juni 1873 menghindar dari tanggung jawab, dengan memberi alasan bahwa orang-orang primitif di bagian Timur pulau Taiwan adalah orang-orang 'yang tergolong di luar kebudayaan (kegai). Ini berarti bahwa' orang-orang primitif tersebut berada di luar teritori politik-ideologi-kebudayaan Shinkoku. Oleh karena itu, pada bulan April 1874 pemerintah Jepang memutuskan untuk mengadakan agresi ke Taiwan dengan menunjuk Letjen A.D. Saigo Tsugumichi sebagai Panglima Besar Urusan Taiwan (Taiwan Jimu Totoku). Lalu, Kantor Urusan Daerah Taiwan didirikan di dalam parlemen, dan anggota Majelis Tinggi merangkap Menteri keuangan Okuma Shigenobu menjabat sebagai kepala kantor tersebut.
Untuk agresi ke Taiwan, pemerintah Jepang meminta bantuan kepada negara.- negara Barat untuk menggunakan orang orang asing dan membeli atau menyewa kapal - kapal asing. Tetapi pada suatu saat pemerintah Jepang menghentikan agresinya, karena pemerintah Shinkoku menganggap dan mengambil sikap yang bermusuhan terhadap tindakan agresi Jepang ke Taiwan sehingga dubes Inggris H. Parkes, dubes Amerika John A. Bingham, dan dubes Rusia Orolovsky menghentikan bantuannya dan melarang kapal kapal mereka dan orang - orang mereka dari keikutsertaannya di dalam penyerbuan tersebut. Walaupun pemerintah Jepang memutuskan untuk menghentikan agresi, Saigo Tsugumichi tidak menyetujui keputusan tersebut karena takut para tentara memberontak. Oleh karena itu pemerintah Jepang memutuskan untuk menyerang Taiwan kembali.. Tanggal 17 Mel 1874 Saigo berangkat dari pelabuhan Nagasaki dan pada tanggal 22 Mei 1874 mendarat di Taiwan, langsung memulai penyerangannya.
Takluknya daerah primitif tersebut dapat terjadi atas perantara dan jasa baik dari dubes Inggris di Shinkoku, yaitu Thomas F. Wade yang memberikan saran di dalam berdiplomasi untuk menentukan isi dari perjanjian persetujuan bilateral antara Jepang dan Shinkoku yang terlaksana pada tanggal 31 Oktober 1874 di Gedung Kantor Departemen Luar Negeri (Zongli Yamen).
Pada tanggal 12 November 1874 kaisar Meiji mengeluarkan Surat Perintah Penarikan Mundur Pasukan, dan tanggal 3 Desember 1874 pasukan ditarik mundur dari Taiwan. Tanggal 27 Desember 1874 Saigo Tsugumichi kembali ke ibukota Tokyo.
Dengan penyelesaian diplomatik, akhirnya Jepang berhasil memperjelas dan menentukan status Ryukyu, yang selama berabad-abad menjadi wilayah taklukan Shinkoku dan sekaligus juga wilayah yang tunduk pada propinsi Satsuma. Tindakan Shinkoku yang tidak protes dan bahkan membayar ganti rugi kepada Jepang dapatlah diartikan membenarkan tindakan agresi Jepang ke Taiwan untuk membela kebenaran dengan menghukum orang-orang primitive tersebut. Peristiwa terdampar dan terbunuhnya penduduk Ryukyu oleh suku bangsa primitif Taiwan mempercepat dan memperjelas tuntutan pemerintah Meiji bahwa Ryukyu adalah termasuk wilayah kekuasaan Jepang. Kemudian mengenai status Taiwan juga jelaskarena penjelasan dari pihak Shinkoku yang mencerminkan sikap tidak bertanggung jawab, sehingga pihak Jepang mengklaim bahwa daerah primitif tersebut (sebelah Timur Taiwan) bukan merupakan daerah kekuasaan Shinkoku.

"
1989
S13639
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library