Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bertyna Y.M.P.
Abstrak :
Kanker serviks merupakan saiah satu jenis penyakit kanker yang menyerang kaum wanita dan penyebab kematian utama atau tertlnggi kanker pada wanita. Semua wanita berisiko untukterkena penyakit Ini dan risiko ini akan meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Risiko ini dapat dihindari dengan melakukan tindakan pencegahan ataupun pengobatan. Bagi wanita yang sudah berusia 20 tahun ke atas - terutama bagi yang sudah menikah - dan yang sudah pernah melakukan hubungan seks sebelum usia 16 tahun, sebaiknya rajin memeriksakan dirinya melalui tes Pap atau Pap smear secara berkala. Sementara bagi wanita yang sudah terdiagnosis terkena penyakit kanker serviks stadium lanjut harus secepatnya melakukan tindakan pengobatan untuk mencegah terjadinya penyebaran penyakit tersebut di dalam tubuhnya. Jika tidak, penyakit itu dapat membawa efek yang paling buruk, yaitu kematian. Dalam kenyataannya, masih banyak wanita yang belum mau melakukan tindakan pencegahan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya penderita yang baru memeriksakan diri ke dokter setelah penyakitnya sudah memasuki stadium III atau IV. Faktor penyebab tegadinya kanker serviks ini bisa berasal dari berbagai hal, Namun, di Indonesia sendiri, penyebab utamanya adalah karena kurangnya kesadaran atau ketidaktahuan wanita akan pentingnya melakukan pemeriksaan serviks (Pap smear) tadi. Akibatnya, ketika gejala-gejala dari penyakit ini sudah berkembang, wanita hanya dapat melakukan tindakan pengobatan bagi penyakitnya dan bukan lagi tindakan pencegahan atau preventif, sehingga kemungkinannya untuk sembuh menjadi semakin kecil. Keputusan wanrta untuk mengambil tindakan pengobatan terhadap penyakitnya tidak terlepas dari faktor kognitif yang terjadi di dalam pikiran mereka. Faktor kognitif ini adalah keyakinan (belief). Keyakinan menggambarkan semua informasi yang sudah diketahui oleh seseorang dan menentukan sikap, intensi, dan tingkah laku seseorang. Penelitian ini sendiri hendak melihat bagalmana keyakinan kesehatan wanita penderita kanker serviks terhadap pengobatan penyakitnya. Gambaran keyakinan kesehatan wanita penderita kanker serviks ini dapat tercermin melalui kelima komponen yang terdapat dalam teori The Health Belief Model (HBM), yaitu perceived susceptibility, perceived severity, perceived benefits, perceived barrierc, dan cues to action. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan subjek penelitian sebanyak 5 orang. Hasil penelitian menemukan bahwa kelima orang subjek dalam penelitian ini memiliki high extreme susceptibility teriiadap penyakltnya. Hal ini berarti bahwa mereka mempersepslkan penyakitnya akan berkembang di masa yang akan datang dan karena rtu, perlu ditangani dengan segera. Bukti dari tingglnya persepsi akan kerentanan in! terilhat dari kedua jalur pengobatan yang mereka ambil, yaitu jalur pengobatan medis (modem) dan Jalur pengobatan aiternatif (tradisional). Namun, pada akhlrnya kelima subjek leblh memilih jalur pengobatan medis karena hasilnya dianggap lebih baik dibandingkan jalur pengobatan altematif. Kelima subjek juga mempersepslkan bahwa penyakitnya tergolong penyakit yang memiliki tingkat keparahan atau keseriusan yang tinggi (perceived severity). Mereka menyadari bahwa stadium penyakit mereka sudah berada pada tahap/stadium lanjut sehingga perlu dilakukan tindakan pengobatan sesegera mungkin untuk mencegah terjadinya perkembangan penyakit tersebut. Bentuk keseriusan dart penyakitnya ini juga terlihat dari konsekuensi medis dan sosial yang dirasakan oleh para subjek selama menjalani pengobatan tersebut, di mana mereka harus merasakan efek samping dari pengobatan dan terpaksa meninggalkan tanggung jawabnya sebagai seorang ibu, pegawai, maupun warga masyarakat di mana mereka tinggal. Di samping kedua komponen tersebut, kelima subjek juga mempersepsikan keuntungan (perceived benetits) dan hambatan-hambatan yang mungkin mereka terima (perceived barriers) jika mereka melakukan tindakan pengobatan bagi penyakitnya. Keuntungan utama selama jalannya pengobatan adalah didapatkannya kesembuhan dan ketenangan dari pengobatan. Hambatan utama selama jalannya pengobatan adalah kurangnya dana untuk menutupi biaya pengobatan. Hal ini dikarenakan rendahnya tingkat sosial ekonomi mereka. Cues to actior) juga berperan sebagai pemicu kelima subjek untuk melakukan tindakan pengobatan bagi penyakitnya. Cues to action ini dapat terbagi menjadi dua, yaitu cues to action intemal dan ekstemal. Yang menjadi cues to action intemal adalah terjadinya pendarahan yang terus-menerus dan banyak pada kelima subjek. Sedangkan, yang menjadi cues to action ekstemal adalah cerita-cerita atau nasihat dari keluarga, teman-teman dekat, tetangga, dan tim medis yang menangani kelima subjek; dari tayangan-tayangan televisi; dan dari informasi yang disebarkan melalui media cetak (majatah, koran, tabloid, dan buku). Terakhir, diketahui bahwa kelima subjek memiliki pandangan yang umum mengenai penyebab penyakitnya, berdasarkan sudut pandang agamanya masing-masing. Ada subjek yang beranggapan bahwa penyebab penyakitnya adalah karena kesalahannya sendiri, serta ada pula subjek yang menganggap bahwa penyakitnya merupakan cobaan yang berasal dari Tuhan.
Depok: Universitas Indonesia, 2002
S2839
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Aristiani
Abstrak :
ABSTRAK
Gaya hidup yang tidak sehat seperti kebiasaan merokok, minum-minuman beralkohol serta mengkonsumsi makanan yang berlemak tinggi dan berserat rendah dapat memicu terjadinya kanker. Menurut perkiraan Departemen Kesehatan, jumlah penderita kanker serviks di Indonesia hingga saat ini ada sekitar 200 ribu kasus setiap tahunnya. Kanker serviks cenderung menyerang wanita-wanita setengah baya (middle age) atau yang usianya sudah di atas 45 tahun. Penyebab terjadinya kanker serviks hingga saat ini belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor yang diduga mempengaruhinya, dua diantaranya adalah menikah di usia muda dan memiliki banyak anak. Dampak penyakit kanker serviks dapat mempengaruhi aspek fisik dan psikologis penderitanya. Menurut Kubler-Ross ada beberapa tahap reaksi yang biasa dialami pasien-pasien penyakit terminal dalam menghadapi kematiannya. Penelitian ini dilakukan untuk mendapat gambaran mengenai reaksi penderita kanker serviks terhadap penyakitnya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dan data diperoleh melalui metode wawancara dan observasi. Hasil penelitian pada 3 orang subyek: Subyek ke-1, ibu L berusia 60 tahun, menikah pada usia 20 tahun dengan 5 orang anak, sudah menopause, bekerja sebagai pedagang. Menderita kanker serviks stadium II B dengan gejala klinis kelelahan, keputihan dan pendarahan sentuh. Hampir semua tahap reaksi Kubler-Ross telah dialami oleh subyek ke-1, kecuali tahap penerimaan. Subyek ke-2, ibu S berusia 40 tahun, menikah pada usia 23 tahun dengan 3 orang anak, belum menopause, ibu rumah tangga. Menderita kanker serviks stadium II A dengan gejala klinis keputihan dan pendarahan sentuh. Subyek ke-2 mengalami semua tahap reaksi Kubler-Ross, kecuali tahap penerimaan. Subyek ke-3, berusia 63 tahun, menikah pada usia 18 tahun dengan 8 orang anak, telah menopause, bekerja sebagai tukang cuci pakaian dan memasak. Belum lama ini, subyek ke-3 kehilangan suaminya yang meninggal akibat kanker prostat. Subyek ke-3 menderita kanker serviks stadium IV A dengan gejala klinis keputihan, pendarahan spontan, nyeri di bagian pernt dan pinggang. Subyek ke-3 mengalami semua tahap reaksi Kubler-Ross. Dari penelitian ini diketahui bahwa tidak semua subyek mengalami kelima tahap reaksi Kubler-Ross, dan umumnya semua subyek yang menderita kanker serviks memiliki lebih dari 2 orang anak, bahkan diantara mereka ada yang menikah di usia muda (18 tahun). Semua subyek mengalami gejala klinis keputihan dan pendarahan sentuh atau spontan. Saran, sebaiknya setiap wanita menghindari faktor-faktor resiko penyebab kanker serta segera lakukan pemeriksaan dini bila merasakan gejalagejala kanker. Dukungan sosial dari keluarga, teman, staf medis dan masyarakat dapat memotivasi para penderita kanker serviks untuk menghadapi penyakitnya. Bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian terhadap pasien rawat inap, sebaiknya meminta izin untuk meminjam ruang khusus (jika ada), serta mempersiapkan diri sebelum melakukan proses wawancara.
2004
S3505
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library