"Sosok pemimpin perempuan bukanlah hal yang asing bagi masyarakat Aceh, karena dalara sejarahnya daerah ini banyak melahirkan pemimpin perempuan, baik sebagai pemimpin kerajaan maupun pemimpin peperangan. Walaupun terdapat sejarah yang panjang tentang kepemimpinan perempuan Aceh, namun belum ada penelitian yang meneliti tentang karakteristik kepemimpinan perempuan Aceh, baik dulu dan sekarang. Padahal terdapat perbedaan tuntutan dari situasi dan kondisi daerah Aceh, saat masa peijuangan dengan keadaan sekarang ini( s esudah peijanjian perdamaian TNI- GAM).
Yulk (1989) mengartikan kepemimpinan sebagai suatu proses dimana pemimpin mempengaruhi anggota kelompok lain untuk mencapai tujuan kelompok yang spesifik. Cara pemimpin untuk mempengaruhi anggota kelompok untuk mencapai tujuan kelompok yang berbeda-beda, salah satu hal yang menentukan adalah gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh pemimpin tersebut.
Rosener (dalam Wren, 1995) mengatakan dibanding laki-laki, dalam memimpin perempuan lebih cenderung menggunakan gaya kepemimpinan transformasional Dalam kepemimpinan transformasional pemimpin berusaha untuk meningkatkan kesadaran bawahan akan hasil-hasil atau kinerja yang bemilai. Pemimpin memperluas dan mengangkat kebutuhan-kebutuhan bawahan, serta mendorong bawahan untuk melebihi minat atau keinginan pribadi mereka. Pemimpin memotivasi bawahannya untuk melakukan kinerja lebih dari yang diharapkan (Bass, 1985). Selain itu kepemimpinan transformasional bisa diterapkan dimana saja dengan segala situasi yang ada. Gaya kepemimpinan ini bisa diterapkan kepada semua jenjang kepemimpinan dan semua jenis organisasi (Bass, 1990) Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah; jika kepemimpinan transformasional dapat teijadi dimana saja, dan gaya kepemimpinan ini bisa mengakomodasi pencapaian tujuan kelompok, maka bagaimanakah profil gaya kepemimpinan transformasional pada pemimpin perempuan Aceh, dan perilaku kepemimpinan yang seperti apa yang diharapkan dari seorang pemimpin perempuan di Aceh.
Penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif, dengan menggunakan dua buah kuesioner sebagai alat ukumya, yaitu kuesioner gaya kepemimpinan transformasional dan kuesioner perilaku kepemimpinan yang diharapkan. Responden dalam penelitian ini adalah pemimpin perempuan beretnis Aceh. Dari hasil analisis data didapat suatu gambaran tentang gaya kepemimpinan transformasional dan perilaku kepemimpinan ideal menurut responden penelitian ini. Terdapat adanya kecenderungan untuk menjalankan kepemimpinan mereka dengan menekankan pada individual consideration, yaitu pemimpin memberikan perhatian kepada bawahan sehingga bawahan merasa diperhatikan dan diperlakukan khusus oleh atasan. Sementara itu perilaku kepemimpinan yang ideal menurut responden adalah perilaku pemimpin yang menggambarkan integration, yaitu pemimpin yang bisa menyelesaikan konflik dalam kelompok guna menjaga kesatuan kelompoknya. Hasil lain yang diketemukan dalam analisis data adalah terdapat adanya hubungan antara gaya kepemimpinan transformasional dengan beberapa faktor perilaku kepemimpinan ideal, yaitu demand reconciliation, initiation structure, tolerance of freedom, consideration, production emphasis, predictive accuracy, integration dan superior orientation."