Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Formalin merupakan bahan yang berbahaya karena dapat terakumulasi dalam tubuh dan dapat mengakibatkan antara lain penyakit kanker. Namun, pemanfaatannya sebagai bahan pengawet makanan sulit dikontrol/dicegah mengingat banyaknya industri rumah tangga yang menggunakan formalin sebagai bahan pengawet. Tersedianya sensor yang
sederhana dan murah dapat membantu konsumen dalam memilih makanan yang akan dikonsumsi. Penelitian ini bertujuan untuk membuat bentuk polianilin (PANI)/modifikasi PANI dengan adanya gugus –SO3H yang digunakan untuk mengidentifikasi formalin. PANI bentuk emeraldin terprotonasi dibuat dari anilin-HCl dengan menggunakan ratio Anilin/APS (Ammonium Peroksodisulfat) 1,25. Selanjutnya dari bentuk ini dibuat polianilin basa yaitu pernigranilin (teroksidasi penuh) dan emeraldin basa (setengah teroksidasi) serta modifikasinya melalui reaksi substitusi aromatik elektrofilik (SO3) yang berasal dari H2SO4 pekat menjadi polianilin basa tersulfonasi. Pembuatan pernigranilin basa tersulfonasi melalui dua metode yaitu metode A (berasal dari oksidasi emeraldin basa tersulfonasi) dan metode B (berasal dari pernigranilin basa yang direaksikan dengan H2SO4 pekat). Bentuk PANI/modifikasi PANI yang paling stabil ialah emeraldin basa, emeraldin basa tersulfonasi dan pernigranilin basa tersulfonasi dengan metode A. Berdasarkan pengujian formalin dengan ketiga bentuk tersebut,
iv
bentuk emeraldin basa tersulfonasi yang lebih sensitif karena memberikan penurunan absorbansi yang signifikan."
Universitas Indonesia, 2009
S30457
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Zainul Asrori
"Telah dilakukan pengamatan terhadap perubahan konduktivitas listrik akibat pemanasan pada Polianilin ( PANT ) yang diperoleh dari hasil polimerisasi Anilin dengan doping asam kuat H2SO4. HO, HCIO4 dan inisiator Amonium Peroksidisulfat. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa konduktivitas listrik PANT tergantung pada suhu dan lamanya pemanasan. Pada PANT dengan doping H2SO4 konduktivitas mulai turun drastis pada suhu 200 °C dan pada PAM dengan doping HCI konduktivitas listrik mulai turun pada suhu 120 °C. Sedangkan PANT yang diberi doping HCIO4 konduktivitas listriknya cukup stabil sampai suhu 150 °C. Penurunan konduktivitas listrik ini berkaitan dengan semakin meningkatnya fasa amoif pada PANT setelah dipanasakan. Analisis selanjutnya memperlihatkan korelasi yang konsisten antara turunnya konduktivitas listrik dengan meningkatnya fasa amoif dan lepasnya anion pada PAM yang bersangkutan."
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Fatimah
"Telah dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi doping Asam Perklorat terhadap sifat dielektrik Polianilin. Sintesis PANi konduktif dilakukan melalui serangkaian proses terdiri dari reaksi oksidatif kimiawi untuk melangsungkan proses polimerisasi selama 8 jam dengan hasil berupa PANi Emeraldin (PANi-ES). Tahapan proses sintesis PANi-ES ini diikuti dengan tahapan deprotonisasi untuk membentuk PANi basa atau PANi emeraldin-base (PANi-EB). Tahapan sintesis akhir adalah berupa tahapan untuk menimbulkan sifat konduktifitas listrik PANi melalui doping asam kuat perklorat (HClO4) dengan cara mencampurkan PANi-EB sebanyak 8 gram kedalam larutan asam perklorat dengan variasi fraksi volume 80-200 ml/l. Proses pengeringan PANi melaui metode pengeringan vakum mengambil waktu 1 minggu. Selama proses polimerisasi berlangsung dilakukan pengukuran temperatur larutan, perubahan pH dan viskositas serta ukuran rata-rata partikel PANi. Sampel yang terbuat dari PANi hasil sintesis tersebut kemudian dikarakterisasi dengan spektrofotometer FTIR (Fourier Transform Infrared Spectroscopy), LCR (Inductance (L), Capacitance (C), Resistance (R)) meter , PSA (Particle Size Analyzer), dan VNA (Vector Network Analyzer) untuk mengetahui gugus fungsi, konduktivitas, ukuran partikel, dan daya serap gelombang mikro dengan rentang frekuensi tertentu (8-12 GHz). Hasil karakterisasi berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa Polianilin (PANi) yang telah terdoping asam protonik (terprotonasi) telah menjadi polimer konduktif dan memiliki karakteristik puncak pita serapan IR pada bilangan gelombang antara 1325 cm-1 sampai 1575 cm-1. Ukuran partikel rata-rata Polianilin hasil sintesis adalah 20,7-36,24 mikrometer. Polianilin yang memiliki konduktivitas listrik tertinggi yaitu Polianilin dengan doping asam protonik HClO4 yang konsentrasinya 200 mL/L sebesar 5,2 mS/cm dan memiliki daya serapan gelombang mikro -3,45 dB pada frekuensi 10,44 GHz.

Results of a study which aimed at to determine the effect of concentration of Perchloric Acid to the dielectric properties of Polyaniline are reported. In this study, conductive PANi was synthesized through a series of chemical oxidative reactions to carry out the polymerization process for 8 hours, which resulted in a PANi Emeraldin (PANi-ES). The synthesize processes of PANi-ES were followed by de-protonisation stage to form emeraldin-base PANi (PANi-EB). The final stage of conductive PANi was a protonisation stage to generate the electrical conductivity in synthesized PANi. This physical property was obtained through doping treatment by mixing between PANi-EB of 8 grams in mass and Perchloric Acid solution of 80-200 ml/l volume fractions. The drying process of conductive PANi was carried out through a vacuum drying method which required at least 1 week duration. During the polymerization process taking place, the temperature, a change in pH and viscosity as well as the mean size of the particles of solution were evaluated. The synthesized PANi were characterized by FTIR (Fourier Transform Infrared Spectroscopy), LCR (Inductance (L), Capacitance (C), Resistance (R)) meter, PSA (Particle Size Analyzer), and VNA (Vector Network Analyzer) to determine the functional groups, electrical conductivity, mean particle size, and the absorption of microwaves in the specific frequency range (8-12 GHz). According to the test results, it is shown that Polyaniline (PANi) doped by protonic acid (protonated) became a conductive polymer characterized by infra-red absorption peaks at wave numbers between 1325 cm-1 and 1575 cm-1. The mean particle size of changed from each starting from 20.7 to 36.24 micrometers during polymerization. PANi which has the highest electrical conductivity (5.2 mS/cm) was obtained in polyaniline which doped by HClO4 of 200 ml/L volume fraction. It has a reflection loss value of -3,45 dB at the frequency 10,44 GHz."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S63180
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dennes Purnomo Putra
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh dari pembentukan PANI baik pada lingkungan asam kuat dan juga air, selain itu penelitian ini juga melihat potensi konduktivitas dari penambahan TiO2 baik pada PANI dengan campuran H2SO4 maupun pada PANI dengan campuran H2O. Proses sintesis pembentukan polimer dilakukan dengan metode Oxidative Polimerization dengan teknik batch dimana komponen komposisi yang dicampurkan yaitu anilin sebagai monomer, APS sebagai inisiator, H2SO4 sebagai pelarut pada lingkungan asam kuat, dan H2O sebagai pelarut dalam lingkungan air. Penelitian dilakukan selama 240 menit untuk setiap variasinya. Karakterisasi pada saat proses polimerisasi diukur dengan menggunakan pH meter, thermometer, conductivity meter. Penambahan TiO2 dilakukan setelah PANI kering dan berbentuk serbuk, kemudian dilakukan karakterisasi XRD, SEM, dan mengukur nilai konduktivitas dengan menggunakan metode Four Point Probe. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposit PANI menghasilkan nilai konduktivitas sebesar 1850 μS/m untuk polianilin dengan pelarut H2SO4 dan 1090 μS/m dengan pelarut H2O. Tingkat keasaman dari Polianilin hasil polimerisasi menggunakan H2SO4 sebagai pelarut memiliki nilai tingkat keasaman yang lebih tinggi dibandingkan air sebagai pelarut. Semakin tinggi persentase TiO2 yang digunakan dalam pembentukan komposit PANI/TiO2 maka semakin rendah nilai konduktivitas listrik yang dihasilkan.

This research aims to see the effect of PANI formation in both strong acid and water environments. Apart from that, this research also looks at the potential conductivity of adding TiO2 to both PANI with a mixture of H2SO4 and PANI with a mixture of H2O. The synthesis process for polymer formation is carried out using the Oxidative Polymerization method using a batch technique where the composition components mixed are aniline as a monomer, APS as an initiator, H2SO4 as a solvent in a strong acid environment, and H2O as a solvent in an aqueous environment. The research was carried out for 240 minutes for each variation. Characterization during the polymerization process is measured using a pH meter, thermometer, conductivity meter. The addition of TiO2 was carried out after the PANI was dry and in powder form, then XRD, SEM characterization was carried out and the conductivity value was measured using the Four Point Probe method. The results showed that the PANI composite produced a conductivity value of 1850 μS/m for polyaniline with H2SO4 solvent and 1090 μS/m with H2O solvent. The acidity level of polyaniline resulting from polymerization using H2SO4 as a solvent has a higher acidity level than water as a solvent. The higher the percentage of TiO2 used in forming the PANI/TiO2 composite, the ower the resulting electrical conductivity value.
 
"
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Netti Yulia Ningsih
"Bentonit merupakan salah satu mineral yang kelimpahannya cukup besar di Indonesia. Untuk meningkatkan daya guna bentonit maka dibuat bentonit terpilar Al dengan polianilin dan diaplikasikan sebagai agen pereduksi ion Cr(VI). Pengukuran dengan XRD menunjukkan pilarisasi dengan polikation Al menyebabkan basal spacing dari bentonit alam naik menjadi 18,41 Å. Sintesis Bent@Al@PANI dilakukan secara in situ dengan anilin 0,05 M sebagai monomer dan amonium peroksodisulfat (APS) 0,0625 M sebagai inisiator dalam polimerisasi fasa bulk. Perbandingan konsentrasi APS/anilin adalah 1,25.
Hasil uji FTIR dan spektrofotometer UV-Vis mengindikasikan bahwa polianilin yang diperoleh merupakan bentuk emeraldin salt (ES). Hasil pengukuran dengan spektrofotometer UV-Vis menunjukkan Bent@Al@PANI 0,05 M dengan waktu reaksi 10 menit, pH 3,0, massa 0,1 g mampu mereduksi Cr(VI) 1,92x10-4 M sebesar 83,03 %. Tetapan laju reduksi orde satu untuk Cr(VI) diperoleh sebesar 0,72 menit-1.

Bentonite is a mineral that has a large abundance in Indonesia. To improve the usage of it, polyaniline-modified Al-pillared bentonite was synthesized and applied as a reductant of Cr(VI) ion. XRD measurement showed that the pillarization of bentonite using Al polycation caused the basal spacing value of bentonite to be 18,41 Å. Bent@Al@PANI was synthesized by in situ process with aniline 0,05 M as monomer, and ammonium peroxodisulfate (APS) 0,0625 M as initiator of bulk polymerization. Concentration ratio of APS/aniline was 1,25.
The analysis result of FTIR and UV-Vis spectroscopy indicated that the result of synthesis was polyaniline in its emeraldine salt form. The result of measurement by UV-Vis characterization showed that 0,1 g of Bent@Al@PANI 0,05 M with 10 minutes reduction time and pH 3,0, resulted 83,30 % reduction percentage of Cr(VI) 1,92x10-4 M. First order reaction rate constant of Cr(VI) was found to be 0,72 min-1.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T35428
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Rahmawati
"Modifikasi elektroda glassy carbon (GC) sebagai sensor kimia parasetamol dikembangkan secara molecular imprinted polymer (MIP). Pembentukan lapisan polimer polifenol atau polianilin pada permukaan elektroda GC di sekeliling parasetamol sebagai molekul cetakan dilakukan dengan teknik elektropolimerisasi secara voltametri siklik. Hasil optimasi pembuatan elektroda GC MIP fenol pada perbandingan konsentrasi fenol dan parasetamol 1x10-4 M : 1x10-2 M, diperoleh nilai sensitivitas 0,0183 µA/ppm dan batas deteksi 3,9786 ppm. Modifikasi elektroda GC MIP fenol pada pengukuran persen kadar parasetamol yang kelinieran diperoleh pada rentang konsentrasi 10 ppm sampai 700 ppm. Aplikasi untuk obat komersial Parasetamol tablet didapatkan kadar 98,38 % dan Bodrex® tablet adalah 95,21%. Hasil optimasi elektroda GC MIP anilin pada perbandinagn konsentrasi anilin dan parasetamol 1x10-1 M : 1x10-2 M, diperoleh nilai sensitivitas 0.0243 µA/ppm dan batas deteksi 2,2010 ppm, untuk elektroda GC MIP anilin kelinieran diperoleh pada rentang konsentrasi 10 ppm sampai 1200 ppm. Aplikasi pada sampel obat komersial parasetamol 100,90 % dan Bodrex® diperoleh 97,18%. Berdasarkan penelitian dan aplikasi pada sampel obat, analisis dengan menggunakan elektroda GC MIP dibandingkan dengan metode KCKT kedua metode tersebut masuk dalam rentang persyaratan yang terdapat pada Farmakope Indonesia.

The modification of glassy carbon (GC) electrodes as paracetamol chemical sensors has been develoved by using molecular imprinted polymer (MIP) based on polyphenol and polyaniline. The formation of polyphenols or polyaniline polymer layer on the surface of GC electrodes as the molecular molding around the paracetamol molecule is performed electrochemically using cyclic voltammetry technique. For polyphenol based MIP fabrication, phenol to paracetamol concentration ratio with the value of 1x10-4 M : 1x10-2 M gives the optimum results giving the sensitivity value 0.0183 A/ppm and LOD 3.9786 ppm. The modified electrode also shows a linearity in the paracetamol concentration range between 10 to 700 ppm. In addition the paracetamol detected using the modified electrodes reveals 98.38% and 95.61% similarity to that of shown on the label of Paracetamol and Bodrex® respectively. Meanwhile, for polyaniline-based MIP fabrication the optimum aniline to paracetamol concentration ratio is 1x10-1 M : 1x10-2 M which gives the sensitivity value 0.0243 A/ppm, LOD 2.2010 ppm and range of linearity 10 to 1200 ppm. In respect of commercial medicine application, the detection using polyaniline-based modified electrode shows 100.90% and 97.18% similiarites to that of shown on the label of Paracetamol and Bodrex® respectively. The detection of paracetamol using both MIP modefied electrodes is also comparable to the detection using conventional method such as HPLC.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T34608
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Roni Kharman Sholeh Sardjito
"ABSTRAK
Telah dilakukan sintesis polimer konduktif melalui proses rekayasa polimerisasi anilin menjadi Polyaniline Emeraldine Salt (PANi-ES). Penetralan sifat PANi diperoleh setelah proses pencucian sehingga berubah menjadi Polyaniline Emeraldine Base (PANi-EB). Tahapan ini dilanjutkan dengan tahapan pengkayaan muatan listrik melalui proses protonasi beberapa jenis garam (KSO4, KCl, K2CO3 dan NaSO4) dalam kurun waktu 10 jam untuk menjadi PANi conductive. Proses polimerisasi dimulai setelah pencampuran antara larutan HCl mengandung anilin dan larutan HCl mengandung Ammonium Persulphate (APS). Berlangsungnya proses polimerisasi disertai dengan peningkatan temperatur, kekentalan, ukuran partikel serta perubahan warna larutan. Hasil karakterisasi terhadap larutan selama berlangsungnya proses polimerisasi menunjukkan bahwa kekentalan larutan meningkat dari 426 mPa.s menjadi 1315 mPa.s; ukuran partikel rata-rata naik dari 6 m menjadi 33 m. Peningkatan nilai kekentalan dan ukuran rata-rata partikel terkait dengan pembentukan dan pertumbuhan rantai polimer pada tahapan inisiasi dan propogasi. Proses polimerisasi berhenti ketika tidak lagi terjadi perubahan indicator laruran. Pengkayaan muatan melalui pemberian larutan garam telah meningkatkan nilai konduktivitas listrik PANi. Namun nilai konduktivitas PANi terbesar hanya diperoleh dari protonasi garam KCl sebesar 2,12 x 10-4 S/cm. Hasil karakterisasi PANi dengan FTIR memastikan bahwa pola serapan IR yang diperoleh adalah pola serapan PANi dan protonasi dengan garam tidak mempengaruhi pola serapan IR. Lalu, hasil karakterisasi dengan menggunakan Xray difraksi menunjukan persebaran atom yang tidak teratur atau amorf pada sekitar 2Ɵ = 25°. Disimpulkan bahwa, sintesis PANi conductive melalui proses polimerisasi dan pengkayaan muatan dengan larutan garam telah tercapai dengan baik.

ABSTRAK
Conductive polymer has successfully been synthesized through the engineering process of polymerization of aniline containing solution toward the Polyaniline Emeraldine Salt (PANi-ES) as the intermediate product. Deprotonation of PANiES was carried out through a cleaning treatment of PANi-ES by washing. To this stage the PANi-ES changed to the Polyaniline Emeraldine Base (PANi-EB). The stage of enrichment of PANi by electric charges was conducted through protonation process using some types of salt (K2SO4, KCl, K2CO3 and NaSO4) within 10 hours duration time of polimerization. The polymerization process begins after the mixing between the HCl solution containing aniline and HCl solution containing Ammonium Persulphate (APS). The course of the polymerization process was accompanied by an increase in temperature, viscosity, particle size and the color changes of the solution. Results of the characterization of the solution during the polymerization process showed that the viscosity of the solution increased from 426 mPa.s to 1315 mPa.s; The mean particle size increased from 6 m to 33 m. The increased in viscosity values and mean particle sizes associated with the formation and growth of the polymer chains during initiation and propogation process. The polymerization process stopped when there have bee no longer indicators change in the solution. Enrichment of electrical charges through the protonation by salt solution has improved the electrical conductivity values of the PANi. But the largest conductivity value of 2.12 x 10-4 S/cm for the PANi was obtained only from protonated by KCl. The characterization of enriched PANi as the final product with FTIR ensure that the IR absorption pattern is the typical that of PANi. Protonated with salt to the PANi does not affect the pattern of IR absorption. Then, The X-ray diffracton pattern indicates that the chains are strong disordered. The doped PANi shows a broad amorphous scattering aroung 2Ɵ = 25°. It is concluded that, the synthesis of conductive PANi through polymerization and electrical charge enrichment with salt solution has been successfully reached.
"
2016
S63701
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Linda Isnaeniyah
"Polianilin (PANI) merupakan salah satu polimer konduktif yang menarik karena memiliki karakteristik yang menguntungkan, seperti dapat memiliki konstanta dielektrik. Dengan demikian, PANI konduktif dapat berperan sebagai material dielektrik. Pada penelitian ini, telah dilakukan sintesis PANI konduktif melalui proses reaksi kimia untuk melangsungkan proses polimerisasi. Konduktifitas listrik PANI ditimbulkan melalui doping garam dengan cara mencampurkan PANI-EB sebanyak 8 gram kedalam 20-100 ml larutan kalium klorida 10 %. Keberhasilan sintesis PANI konduktif diindikasikan oleh spectrum FTIR dan pengukuran nilai konduktifitas listriknya.
Hasil evaluasi kedua indikator tersebut menujukkan bahwa semua PANI yang telah didoping memiliki puncak karakteristik transmisi IR antara lain pada angka gelombang 835,21, 1440,87 3059,20 cm-1. Sedangkan konduktifitas listrik yang diperoleh dari PANI-EB sebesar 0,006 mS/cm meningkat menjadi 4,3; 6,7 dan 11,2 mS/cm setelah didoping dengan KCl konsentrasi 10 % berturut-turut sebanyak 100mL, 60 mL dan 20 mL. Sifat konduktif ini mucul karena adanya pengikatan ion Cl- pada rantai polimernya.
PANI hasil sintesis melalui proses polimerisasi dan doping KCL ini bersifat dielektrik dengan nilai permitivitas listriknya adalah 0,05 ≤ ε? ≤ 19,97 dan 0,60 ≤ ε?? ≤ 18,69 dalam rentang frekuensi 8-12 GHz. Sebagai konsekuensi sifat dielektrik, PANI hasil sintesis memilki kemampuan menyerap gelombang elektromagnetik, meskipun pada jangkau frekuensi pengujian, nilai Reflection Loss (RL) yang baik diperoleh pada PANI dengan nilai konduktifitas yang rendah.

Polyaniline (PANI) is one of the conductive polymer which interesting because it has attractive characteristics like dielectric constant in addition to electric conductivity. Thus, conductive PANI can also be considered as dielectric materials. In this study, conductive PANI has been synthesized through the chemical reaction process to allow the polymerization process. Physical property of electrical conductivity in PANI was generated through doping treatment by mixing between PANI-EB of 8 grams in mass and 20-100 ml of 10 % potassium chloride salt solution. The success of the synthesis of conductive PANI was indicated by FTIR spectrum and their respective electrical conductivity values.
Results of evaluation for both indicators showed that all doped PANI have an infra-red spectrum characteristic of PANI indicated by absorptions at wave numbers 835.21, 1440.87 and 3059.20 cm-1. Whereas the electrical conductivity value obtained from PANI-EB was 0.006 mS /cm then increased to 4.3; 6.7 and 11.2 mS /cm after doped with KCl salt solutions with the amount respectively100mL, 60 mL and 20 mL. The electrical conductivity of PANI apparently presents due to the formation of ionic binding of Cl- ions in the polymer chains.
Hence, the synthesized PANI through polymerization and doping with KCL salt solution has resulted in the dielectric materials with a typical of the electric permittivity value of 0,05 ≤ ε? ≤ 19,97 and 0,60 ≤ ε?? ≤ 18,69 in the frequency range of 8-12 GHz. Consequently, the Synthesized PANI has the ability to absorb electromagnetic waves, though the value of Reflection Loss (RL) which obtained in current frequency low was relatively low.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S63181
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Masayu Farina Chairunnisyah
"Nanoserat (nanofiber) polianilin disintesis dengan metode polimerisasi antarmuka (interfacial polymerization) sistem dua fasa organik-air (aqueous) dari monomer anilin, (NH)4S2O8 (ammonium peroxydisulfat) sebagai oksidan, dan HCl sebagai sumber dopan proton. Faktor-faktor yang mempengaruhi ukuran partikel dalam polimerisasi interfasial adalah konsentrasi dopan, konsentrasi inisiator, dan konsentrasi anilin. Polianilin yang diperoleh merupakan bentuk emeraldine salt (ES) atau polianilin terprotonasi. Selanjutnya bentuk ES diubah menjadi emeraldin basa (EB) melalui reaksi deprotonasi menggunakan NaOH. EB dimodifikasi melalui reaksi substitusi aromatik elektrofilik (SO3) yang berasal dari H2SO4 pekat, dengan jumlah mol yang berbeda-beda, menjadi emeraldin tersulfonasi 1 dan emeraldin tersulfonasi 2. Sulfonasi dilakukan untuk meningkatkan kelarutan dan keasaman PANI. PANI dalam bentuk ES dan emeraldin tersulfonasi digunakan sebagai indikator boraks yang bersifat basa. Karakterisasi terhadap PANI dilakukan dengan menggunakan UV-Vis, FT-IR, PSA, dan SEM. Reaksi yang terjadi antara PANI dengan boraks berupa perubahan warna dari hijau menjadi biru. Karakterisasi dengan UV-Vis untuk melihat perubahan karakteristik absorpsi spesifik dan responnya terhadap boraks, serta PSA untuk mengetahui diameter partikel rata-rata. Hasil SEM memperlihatkan morfologi struktur berpori dan berserat dari PANI dengan diameter serat beberapa puluh nanometer yang saling bersilangan. Sedangkan hasil uji FTIR mengindikasikan bahwa polianilin telah berhasil disulfonasi dengan H2SO4 pekat. Urutan sensitivitas PANI sebagai indikator boraks adalah emeraldin tersulfonasi 2 lebih sensitif dari emeraldin tersulfonasi 1dan emeraldin tersulfonasi 1 lebih sensitif dari emeraldin terprotonasi terlihat dari daerah kerja dan linearitasnya.

Nanofiber polyaniline synthesized by the interfacial polymerization method by two-phase system of organik and water (aqueous) using aniline monomer, (NH)4S2O8 (ammonium peroxydisulfat) as oxidant, and HCl as a dopant proton. Factors effecting the size of particles in the interfacial polymerization were concentration of dopant, concentration of initiator, and concentration of aniline. The product obtained was polyaniline emeraldine salt (ES) or protonated polyaniline. Furthermore, the ES form was changed to emeraldin base (EB) by deprotonation reactions using NaOH. EB was modified by electrophilic aromatic substitution reaction (SO3) from H2SO4 with a different mol, become emeraldine sulfonated 1 and 2, to improve the solubility and acidity of the PANI. ES and emeraldine sulfonated used as indicator for borax. PANI were characterized by UV-Vis, FT-IR, PSA, and SEM. The reaction that occurs between PANI and borax was changing color from green to blue. Characterization by UV-Vis to see the specific absorption characteristics and its response to borax, and the PSA to know the average of particle diameter. The result of SEM showed a porous structure and fibrous morphology with diameter of several tens of nanometers which intersect While the result of FTIR show that emeraldine sulfonated have been produce successfully by H2SO4. According to the work area and the linearity, emeraldine sulfonated 2 is more sensitive than emeraldine sulfonated 1 and emeraldine sulfonated 1 is more sensitive than the protonated emeraldine as borax indicator."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S21
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Theofilus A. Tockary
"Polianilin, sebagai polimer terkonyungasi yang memiliki karakteristik reaksi redoks yang reversibel dan pola protonasi dan deprotonasi yang khas, sedang banyak diteliti kegunaan filmnya sebagai sensor optis pH. Cara pembuatan film polianilin beragam, di antaranya dengan metoda "dua wadah", metoda casting, dan metoda adsorpsi in situ pada suatu substrat. Dengan adanya pemahaman mekanisme reaksi polimerisasi pada bulk, pembuatan film polianilin dengan metoda adsorpsi in situ menjadi menarik untuk dikaji. Penelitian ini difokuskan untuk mengkaji pengaruh berbagai variabel reaksi dalam pembuatan film polianilin. Adapun variabel tersebut adalah konsentrasi HCI, rasio ammonium peroksodisulfat (APS)/ anilin, suhu, dan jenis substrat. Karakterisasi terhadap 2 produk polimerisasi, yaitu bubuk dan terutama film, masing-masing dilakukan dengan spektroskopi inframerah dan spektrofotometri UV-visible. Selain produk yang dihasilkan, berlangsungnya reaksi polimerisasi anilin dan deposisinya pada film juga dipantau dengan spektrofotometri UVvisible untuk mendapatkan informasi mengenai reaksi deposisi. Selanjutnya, salah satu film polianilin yang dihasilkan (pada kondisi polimerisasi dengan konsentrasi HCI 0,2 M, rasio APS/ anilin 1 ,25, suhu ruang (25-2rC)), diuji aplikasinya sebagai sensor optis pH. Aplikasi film polianilin sebagai sensor pH terbatas pada daerah pH 5-8, dengan linieritas hubungan pH dengan absorbansi pada panjang gelombang 600 nm sebesar 0,99. Agar dapat digunakan berulang kali maka film polianilin yang telah digunakan harus dimasukkan kembali pada larutan kondisioner yang berupa larutan HCI 0,1 M."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>