"Setiap organisasi memiliki budaya organisasi sebagai pedoman bagi para anggotanya dalam bekerja. Kemenparekraf sebagai organisasi yang bersifat birokratis, juga memiliki budaya organisasi yang dapat dilihat dalam sebuah pelaksanaan program kerja. Salah satu program kerja yang diamati dalam penelitian ini adalah program kerja Direktorat Pemberdayaan Masyarakat yang bernama Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata). Untuk melihat bagaimana budaya organisasi tersebut digunakan, penulis mengamati pelaksanaan program Pokdarwis di salah satu destinasi wisata yaitu Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, tepatnya di Jakarta Selatan.
Metode penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang dilakukan dengan cara wawancara mendalam dan pengamatan terlibat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan program Pokdarwis tidak berjalan maksimal karena buruknya koordinasi eksternal antara Direktorat Pemberdayaan Masyarakat-Kemenparekraf dengan Dinas Kebudayaaan dan Pariwisata DKI Jakarta. Disamping itu, Kemenparekraf tidak menjalankan dimensi koreksi dengan baik dalam melaksanakan program kerja.
......
Every organization has their own organizational culture as a guide for their staf to work. The Ministry of Tourism and Creative Economy as a bureaucratic organization, also has an organization culture which can be seen in their program implementation. One of their program which describe in this study are made by Division of Community Based, named Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata). The writer observed it at one of the tourism destination, called Betawi Culture Village Setu Babakan at South Jakarta, in order to see how the organization culture works.
Research method used in this study is a qualitative approach with participant observation and in depth interview.
The research result shows that the program impletation does not work well because of the poor external coordination between the The Ministry of Tourism and Creative Economy and Departement of Tourism and Culture DKI Jakarta. Beside that, The Ministry of Tourism and Economic Creatif does not following the correction dimention well on running the program."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014