Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Shidarta
Jakarta: Universitas Tarumanegara, 2007
340.1 SHI p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Widodo Dwi Putro
Depok: 2011
D1260
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Triarko Nurlambang
"Perkembangan ilmu geografi masih terus berlangsung sejalan dengan perubahan paradigma kehidupan. Perdebatan mengenai eksistensi ilmu Geografi masih terjadi, khususnya antara penganut aliran pemikiran positivisme yang konvensional dan relativisme yang post modern. Pad aera menguatnya komunitas cyber saat ini, maka paham relativisme tampaknya akan semakin menguat. Dalam perkembangan ilmu geografi perkembangan ini ditandai dengan munculnya virtual geography. Di Indonesia sendiri kelihatannya belum terlalu terusik oleh adanya perdebatan ini. Secara umum di Indonesia masih dalam aliran pemikiran positivisme."
2001
JUGE-2-Juli2001-18
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Akhyar Yusuf
"Sejak August Comte mengemukakan filsafat positivismenya, maka pandangan positivisme itu mendominasi dunia ilmiah sampai menjelang abad XX. Perkembangan ilmu pengetahuan selanjutnya, menggoyahkan asumsi ontologis, epistemologis, dan aksiologis positivisme yang menganggap alam semesta yang sederhana, mekanis, dan deterministik sebagaimana yang dibayangkan oleh Laplace dan Newton.
Pandangan positivisme ini kemudian mendapat tantangan dari Max Planck (1900) dengan teori kuantumnya dan Einstein dengan relativitasnya. Perkembangan baru dalam fisika mengakibatkan perubahan pandangan dalam epistemologi; terutama penjernihan dalam metodologi. Penjernihan metodologi ini dipelopori oleh Thomas Khun. Di antara para penggagas metodologi dalam ilmu pengetahuan yang paling radikal adalah Paul Feyerabend.
Feyerabend dalam bukunya Against Methode membongkar asumsi-asumsi , positivisme berdasarkan analisis historis dan sosiologis ilmu pengetahuan itu sendiri. Feyerabend melakukan dekonstruksi berupa penyingkapan dan pembongkaran kesalahan pandangan yang mengagungkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam masyarakat modern.
Dekonstruksi metodologi inilah yang kami angkat sebagai topik permasalahan dalam tesis ini. Untuk memahami esensi pemikiran Feyerabend tersebut kami mencoba melakukan interpretasi secara analitis, sintesis dan kritis yang sifatnya dialogis dan dialektik dari berbagai pemikiran di bidang epistemologi.
Metodologi ternyata bukan sekedar teknik untuk menemukan hukum alam yang pada tahap berikutnya dapat digunakan untuk menguasai alam melalui teknologi itu sendiri. Akan tetapi, ilmu pengetahuan dan metode ilmu pengetahuan secara luas dan mendalam saling terkait dengan aspek kehidupan (budaya). Feyerabend menyadarkan kita bahwa ada kaitan erat antara nilai (value) dengan ilmu pengetahuan, baik pada tataran teoretis maupun praktis. Dengan demikian, kita harus pula memikirkan makna ilmu pengetahuan, kedudukan, dan sifat-sifatnya. Hal ini penting agar kita dapat bersikap lebih arif dan bijaksana dalam menyiasati ilmu pengetahuan dan teknologi yang melaju pesat."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
T37458
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sindhunata
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2025
100 SIN d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Bustanuddin Agus
Jakarta: UI-Press, 2015
190 BUS p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Filsafat empirik John Lock dan fisika Newton menjadi jiwa Eropa dalam membangun sains dan teknologi. Produk-produknya mempermudah kehidupan, hingga manusia semakin yakin bahwa hanya fenomena empirik yang layak dijadikan pijakan untuk memaknai kehidupan. Maka dunia modern hidup dengan jiwa yang mengandung dua unsur berlawanan. Manusia modern enggan ke gereja yang dianggap penuh mitos, sementara positivisme-materialisme tidak punya visi filosofis yang dapat mencerahkan rohani. Dilema ini coba dipecahkan eksistensialisme, dengan menyangkal eksistensi Tuhan dan mengagungkan kebebasan. Akibatnya manusia modern menjadi penguasa tunggal dunia, tanpa punya visi metafisis. Hidupnya berkutat seputar materi dengan jeritan rohani yang kian nyaring mengekspresikan kehampaan makna hidup. Negara kita juga mengalami krisis spiritual, ditunjukkan dengan meningkatnya kuantitas, kualitas, dan modus operandi tindak kemungkaran. Selama ini Tuhan didengar hanya dengan telinga, dipelajari dengan otak, dan disebut dengan lisan tanpa pernah singgah dalam hati. Sebab itu kaum sufi mengajak kita untuk menghidupkan kembali visi metafisis dan mistis."
JTW 1:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rifka Rahman Hakim
"Studi ini berangkat dari maraknya kasus kekerasan seksual khususnya yang menimpa anak-anak (kekerasan seksual anak) terjadi di Indonesia. Meluasnya Pornografi disebut-sebut banyak pihak sebagai penyebab fenomena ini terjadi. Menggunakan dua pendekatan sekaligus, yakni kualitatif sebagai pendekatan utama dan kuantitatif sebagai pendukung, penelitian ini berusaha menelusuri pola penggunaan media pornografi pada pelaku kekerasan seksual anak dan bagaimana media pornografi berhubungan dengan perilaku seksual mereka tersebut. Berdasarkan analisis statistik deskriptif data kuantitatif yang diperoleh dengan metode survey pada 30 orang responden diduga bahwa penggunaan media pornografi pada pelaku kekerasan seksual anak penghuni Lembaga Pembinaan Khusus Anak tidak banyak berbeda dengan orang biasa pada umumnya.
Berdasarkan studi kasus dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara diketahui bahwa bagaimana penggunaan media pornografi memengaruhi perilaku seksual pelaku kekerasan seksual anak merupakan hasil dari mekanisme pemutarbalikan persepsi, proses belajar sosial, efek desensitisasi, serta adanya keterbangkitan seksual (sexual aurosal) para pelaku kekerasan seksual anak tersebut. Penelitian ini menyimpulkan bahwa hubungan antara penggunaan media pornografi dan kekerasan seksual tidak bersifat langsung. Konsumsi pornografi mendorong terbentuknya skema tertentu tentang perempuan dan kondisi tersebut yang mendorong terjadinya kekerasan seksual.

This study departs from the rampant cases of sexual violence, especially affecting children (child sexual abuse) occurred in Indonesia. Widespread pornography is touted by many as the cause of this phenomenon occurs. Using two approaches at once, qualitative as a main and quantitative as a supporter, this study tried to discover patterns of media use of pornography on the perpetrators of child sexual abuse and how the media of pornography relates to their sexual behavior. Based on the descriptive statistical analysis of quantitative data obtained by the the method of the survey on 30 respondents alleged that the use of media pornography on the perpetrators of child sexual abuse is not much different from people in general.
Based on case studies with data collection through interviews showed that how the use of media pornography affects sexual behavior of perpetrators of child sexual abuse is the result of a twisting mechanism of perception, social learning processes the effects of desensitization, and the presence of sexual arousal perpetrators of sexual abuse of the child. The study concluded that the relationship between media use pornography and sexual violence is not straightforward and not directly. Consumption of pornography encourages the formation of certain schemes on women on perpetrators and the conditions that perpetuate sexual violence.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Alfarizi
"Penelitian ini membahas dua persoalan dalam manajemen kontemporer. Pertama, penerapan realisme kritis terhadap cara kita memandang realitas organisasi. Kedua, menyelidiki bagaimana pendekatan positivisme dalam pemodelan matematika dan statistik dapat menyederhanakan isu-isu kompleks dalam penelitian manajemen. Hingga saat ini, manajemen masih dipertanyakan sebagai ilmu, sementara yang lain, menganggapnya sebagai seni. Realisme kritis menawarkan pendekatan alternatif teoritis yang memungkinkan adanya ilmu dalam ilmu sosial, khususnya manajemen melalui dimensi transitif dan intransitif. Dengan menerapkan realisme kritis, implikasinya, memungkinkan peneliti untuk memfokuskan pada konteks di mana studi organisasional dipelajari dan memungkinkan perubahan preskriptif dalam suatu penelitian. Penelitian ini menemukan bahwa; pertama, pendekatan positivisme dengan pemodelan matematis dan statistik merupakan pendekatan dominan dalam penelitian manajemen. Kedua, pendekatan positivisme memiliki keterbatasan atau masalah ‘prediktabilitas’, karena melakukan peramalan dalam penelitian sosial, konsekuensinya melakukan ‘closed system’, padahal, melakukan generalisasi-universal dari partikularitas tidak dapat dilakukan pada observasi yang terbatas. Peneliti tidak dapat melalukan konjungsi konstan di antara peristiwa ‘yang sosial’ (aktivitas manusia), karena observasi dan eksperimen ‘sosial’, bagi Bhaskar, adalah manipulasi ilmiah. Konsekuensinya, kompleksitas isu-isu manajemen tereduksi, dan mempengaruhi pemahaman kita tentang manajemen sebagai ilmu secara keseluruhan.

This research explores two pivotal issues in contemporary management. Firstly, it examines the application of critical realism in conceptualizing organizational reality. Secondly, the study investigates the role of a positivist approach in simplifying complex management issues through mathematical and statistical modeling. Management, to date, oscillates between being perceived as a science and an art. Critical realism proposes an alternative theoretical framework, facilitating a scientific approach within social sciences, particularly in management. This is achieved through the integration of transitive and intransitive dimensions. The application of critical realism allows researchers to concentrate on the specific contexts of organizational studies, enabling prescriptive changes. The findings of this research are twofold. First, it identifies the dominance of a positivist approach with mathematical and statistical modeling in management research. Second, it highlights the limitations and predictability challenges inherent in positivism. This approach leads to a 'closed system' in social research, where generalizing universally from specific observations is problematic due to limited empirical evidence. According to Bhaskar, the inability to consistently link social events (human activities) arises from the nature of social observation and experimentation as a form of scientific manipulation. Consequently, this reductionist approach simplifies the complexity of management issues, impacting the understanding of management as a scientific discipline."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Chasanah Boechari
"Teori 'Verstehen' Dilthey diilhami oleh Schleiermacher. Istilah tehnis ini mengandung arti ter tentu, yaitu memahami suatu gagasan, suatu tujuan, suatu perasaan yang diekspresikan secara empiris sehagai kata-kata atau gerak isyarat. Apa yang kita pahami dari suatu ekspresi ialah makna dari ekspresi itu yang dipersepsi oleh manusia, makna dari kehidupan manusia menghayati hidup ini sehagai bermakna dan manusia cenderung untuk mengekspresikan makna itu. Ekspresi ini dapat dipahami menurut prinsip-prinsip epistemologi Dilthey yang mendasari metodologi studi-studi kemanusiaan, atau menurut Dilthey, Geisteswissenschaften. Pertama, kita harus kenal akrab dengan proses-proses mental. Dengan proses-proses mental itu kita menghayrati dan mengekspresikan makna kehidupan. Bila kita tidak mengetahui perasaan suka atau duka, maka kita tidak akan dapat memahami perasaan itu, makna kehidupan itu. Karena kita sebagai manusia dan ekspresi-ekspresi itu bera-sal dari kegiatan-kegistan individu, maka syarat keakraban telah terpenuhi. Kedua, memahami ekspresi membutuhkan pengetahuan akan konteks di mana ekspresi itu di utarakan, membutuhkan penjajagan sistematis akan konteks di mana ekspresi itu diutarakan. Ketiga, memahami ekspresi membutuhkan pengetahuan akan sistem kultural dan sosial yang menentukan sifat ekspresi itu tadi. Untuk memahami sebuah kalimat orang harus mengenal bahasanya. Di sini terlibatlah kita dalam lingkaran teoretis, karena mengenal bahasa harus lebih dahulu mengenal kata-katanya yang membangun bahasa itu, Dari kata-kata tumbuhlah pemahaman akan hahasa itu dan pada gilirannya kita kenali kata-katanya dengan lebih baik. Persoalan 'Verstehen' ini diambil Dilthey dari Schleiermacher dengan guna praktisnya untuk penafsiran, sedang gunanya yang utama untuk mempertahankan keabsahan penafsiran terhadap romantisme dan subyektivisme dan memberikan pembenaran bagi keabsahan itu agar menjadi dasar kepastian bagi pengetahuan sejarah; juga menjadi pelengkap bagi pendasaran Geisteswissenschaften. Karena 'Verstehen' diangkat oleh Dilthey ke dalam sistem epistemologi dan metodologi. Geisteswissenschaften, maka perlu dituliskan sebuah bab tentang Geisteswissenschaften, yaitu tentang sejarah perkembangannya, tentang ciri-ciri khasnya, tentang obyeknya dan tujuannya. Geisteswissenschaften menjadi kelompok ilmu pengetahuan yang mandiri terkat usaha a.1. Dilthey yang meletakkan dasar-dasar epistemologisnya, hingga mendapatkan statusnya herdampingan dengan Naturwissenschaften. Suatu introduksi tentang situasi ilmu-ilmu pengetahuan abad 18-19 serta perkemtangan dan permasalahan ilmuilmu pengetahuan itu yang dipersersi oleh Dilthey, mendahului uraian tentang Geisteswissenschaften."
Depok: Universitas Indonesia, 1987
S16097
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>