Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Saragih, Nurhayani
"Pernikahan merupakan salah satu tahap dalam siklus kehidupan. Keputusan memilih baik disengaja maupun tidak untuk menikah atau menundanya sementara waktu, tergantung pada bagaimana seseorang merespon alternatif yang ada dalam masyarakat. Yang jelas, apa pun keputusannya - menikah atau tidak - sebagian besar tergantung pada individu yang bersangkutan. Jika dulu masyarakat (khususnya orangtua) begitu anaknya dewasa sibuk mencarikan jodoh yang tepat, saat ini meskipun masih ada, kebiasaan itu memudar. Individu lebih bebas memilih pendampingnya. Salah satu alternatif untuk mencari teman dan kalau mungkin melanjutkannya ke jenjang pernikahan adalah melalui Rubrik Kontak SK Kompas. Dalam memahami konsep diri peminat & peserta Kontak, juga bagaimana mereka mempersepsi dirinya, penelitian yang bersifat kualitatif ini menggunakan definisi konsep diri dari Adler & Towne, terutama bagaimana seseorang melihat dirinya dalam tiga dimensi dari diri, yaitu: perceived self, desired self, dan presenting self. Adler & Towne mendefinisikan konsep diri sebagai sekumpulan persepsi seseorang yang relatif stabil mengenai dirinya sendiri baik dari segi fisik, sosial maupun psikologisnya. Perubahan konsep diri dimungkinkan dengan adanya reflected appraisal & social comparison. Penilaian yang berbeda dari kenyataan yang sebenarnya disebabkan antara lain adanya obsolete information, distorted feedback, the myth of perception, dan social expectation. Penulis mengamati & mewawancarai tujuh informan berusia 32-45 tahun yang belum menikah, kemudian penulis uraikan gambaran diri dan pergaulan informan. Selanjutnya penulis analisa berdasarkan persepsi fisik, psikologis, & persepsi sosial informan. Kemudian penulis membandingkan antara gambaran diri informan yang bersifat pribadi (perceived self), dengan gambaran diri yang bersifat publik (presenting self) dan gambaran diri yang ideal (desired self). Hasil penelitian sebagai berikut: terdapat kesesuaian antara beberapa elemen dari dimensi konsep diri beberapa informan, juga ketidaksesuaian antara beberapa dimensi konsep diri informan lainnya yang berkorelasi dengan keterlambatan para informan untuk menikah. Pada elemen fisik, untuk informan kedua, ketiga, keempat, kelima, dan ketujuh terdapat kesesuaian antara ketiga dimensi diri. Namun pada informan pertama, dan keenam hanya terdapat kesesuaian antara perceived self dengan presenting self. Pada elemen sosial, dikategorikan dalam kelompok : Pertama, berkaitan dengan persahabatan dan kekeluargaan, terdapat kesesuaian antara ketiga dimensi diri pada informan pertama, ketiga, keempat, kelima, & ketujuh. Sedangkan pada informan kedua, & keenam terdapat ketidak sesuaian antara ketiga dimensi tersebut. Kedua, berkaitan dengan penjajagan atau pergaulan dengan lawan jenis yang mengarah pada pernikahan. Pada keseluruhan informan, terdapat kesesuaian antara dimensi perceived self dengan desired self, namun bila dikaitkan dengan presenting self, terdapat ketidaksesuaian antara ketiganya. Semua elemen konsep diri baik fisik, psikologis maupun sosial berkaitan dengan belum menikahnya para informan sampai berusia 32-45 tahun, namun yang tampak dominan adalah elemen psikologis. Pada umumnya dalam elemen ini, terdapat kesesuaian antara perceived self dengan desired self, tetapi jika dihubungkan dengan presenting self, terdapat ketidaksesuaian antara ketiga dimensi tersebut. Ketidaksesuaian antara tiga dimensi tersebut disebabkan adanya obsolete information, distorted feedback, the myth of perfection, dan social expectations. Para informan menganggap pernikahan adalah hal yang sakral, karena itu sebaiknya menikah sekali seumur hidup. Semua informan berharap suatu saat akan bertemu dengan seseorang yang dapat dijadikan pendamping hidup. Lima informan belum menikah karena faktor ketidaksengajaan (choosing by default), dan dua informan memilih dengan sengaja (choosing by knowledgeably)."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T7030
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suhaimi
"Penelitian tentang konsep diri dalam konteks komunikasi antarpribadi ini bermaksud mengkaji arti penting persepsi diri manusia terhadap dirinya dan orang lain ketika mereka berkomunikasi dengan sesamanya. Penelitian ini dilaksanakan di Institut Pengembangan Sumberdaya Manusia (IPSDM) Maya Gita.
Manusia dalam kehidupan sehari-hari menghabiskan sebagian besar waktunya dengan menjalin komunikasi bersama orang lain, mereka berinteraksi dengan orang lain dalam berbagai lingkungan pergaulan berdasarkan persepsi diri mereka masing-masing. Dalam penelitian ini, konsep diri diartikan sebagai sekumpulan persepsi diri seseorang tentang dirinya yang relatif stabil (Ronald B. Adler, Lawrence B. Rosenfeld dan Neil Towne, 1986: 21).
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori George Herbert Mead (1934) yang melihat interaksi sosial sebagai tempat perkembangan konsep diri manusia. Menurut dia, manusia berbeda dengan hewan karena manusia memiliki kemampuan untuk berefleksi terhadap diri sendiri, yakni kemampu.an mempersepsi diri sendiri sehingga mereka mampu menjadi subjek dan objek dad pengalamannya sendiri.
Manusia belajar dari orang lain dalam memandang dirinya sendiri dan belajar dari persepsi orang lain terhadap dirinya, mereka mempersepsi diri dengan cara mengadakan percakapan dengan diri sendiri dan berperilaku sebagaimana orang lain bertindak terhadap dirinya. Orang-orang yang memiliki pengaruh paling penting dalam perkembangan diri seseorang disebut sebagai significant others, mereka a.1. adalah orang tua dan guru.
Dari hasil pengamatan dan wawancara mendalam dengan tujuh orang peserta program pengembangan sikap positif dan komunikasi efektif angkatan ke-35 di IPSDM Maya Gita, penulis mengumpulkan data penelitian ini dalam uraian tentang gambaran diri dan pergaulan mereka, kemudian penulis menganalisis data penelitian menjadi persepsi fisik yang merupakan pandangan mereka masing-masing tentang fisik dan bagaimana penampilannya, persepsi psikologis yaitu penilaiannya tentang bagaimana kemampuan personalnya yang menyangkut kepribadian dan nilai-nilai moral, serta persepsi sosial mereka yang berkenaan dengan gambaran masing-masing tentang bagaimana kedudukan dirinya di tengah masyarakat berdasarkan interaksinya setiap hari, baik dalam lingkungan keluarga maupun dalam lingkungan masyarakat pada umumnya, kemudian penulis memperbandingkan antara gambaran diri mereka yang bersifat pribadi (perceived self), dengan gambaran diri masing-masing yang bersifat publik (presenting self) dan gambaran diri yang bersifat ideal (desired self).
Temuan dari penelitian ini menegaskan kesimpuian sbb.:
Pertama, para informan yang memiliki latar belakang interaksi dengan orang tuanya yang menanamkan nilai-nilai kehidupan yang positif dengan memberikan dukungan terhadap keinginannya, memperlihatkan kesesuaian antara gambaran dirinya yang bersifat pribadi (perceived self) dengan gambaran dirinya yang bersifat publik (presenting self).
Kedua, para informan yang memiliki kesesuaian antara dimensi perceived self dan presenting self pada konsep dirinya, ternyata juga memiliki kemampuan mengembangkan dengan baik jalinan komunikasi antarpribadi mereka dengan orang lain.
Ketiga, para informan yang memiliki latar belakang interaksi dengan orang tuanya yang tidak memberikan dukungan kepada para informant kecuali terhadap apa-apa yang sesuai dengan kehendak orang tuanya, konsep dirinya menunjukkan ketidaksesuaian antara dimensi perceived self mereka dengan presenting selfnya.
Keempat, para informan dengan konsep diri yang memiliki ketidaksesuaian antara perceived self dan presenting selfnya, ternyata juga keinginan mereka untuk mengembangkan hubungan komunikasi yang baik dengan orang lain, belum didukung dengan usaha mengoreksi diri sendiri secara tepat."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library