Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Supartini
Abstrak :
Program pemberdayaan pekerja seks yang dilaksanakan oleh Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan pendekatan atternatif dalam menanggulangi masalah pelacuran. Pendekatan ini melihat pelacur sebagai korban (victim) dari ketimpangan gender, struktur sosial yang tidak adil yang memarginalkan posisi kaum perempuan. Visi yang ingin dicapai melalui program ini adalah pekerja seks yang berdaya, percaya diri, dapat melindungi kesehatannya dan mempunyai pilihan untuk masa depannya. Masyarakat yang mengerti hidup pelacur, tidak mengucilkan atau memandang rendah mereka. Menurunnya prevalensi penyakit menular seksual (PMS) dan penyebaran epidemi HIV/AIDS dapat diperlambat khususnya pada pekerja seks yang dijangkau. Program pemberdayaan dilaksanakan dengan menggunakan tiga pendekatan yaitu ; 1). pelayanan langsung (direct service), 2). pendidikan dan penyadaran, 3). pengorganisasian. Pendekatan pelayanan langsung yang dilaksanakan melalui penyediaan layanan klinik PMS dan kesehatan reproduksi serta distribusi kondom telah memenuhi kebutuhan praktis para pekerja seks. Pendekatan pendidikan dan penyadaran telah meningkatkan pengetahuan pekerja seks serta menumbuhkan kesadaran akan pentingnya perlindungan kesehatan. Mereka selalu menawarkan kondom pada tamunya, meskipun masih menggunakan obat serta suntikan antiblotik sebagai cara melindungi kesehatan. Kelompok pekerja seks BUNGA SEROJA merupakan realisasi pendekatan pengorganisasian. Meskipun kelompok merupakan media yang strategls untuk meningkatkan bargaining position dan merrabah pola relasi kekuasaan yang timpang dan tidak adil, BUNGA SEROJA belum dipahami sebagai wahana bagi perjuangan dan media untuk mengartikulasikan kepentingan mereka. Sebagian besar pekerja seks masih mempunyai konsep diri negatif, belum menghargai diri sendiri serta belum percaya diri. Meskipun di kalangan pekerja seks sudah muncul pandangan dan kesadaran kritis, ternyata sikap dan tindakan kritis sulit dilakukan. Tiadanya asset material yang memadal serta kuatnya statusquo menghalangi mereka bertindak kritis dan membuat perubahan. Posisi dan status pekerja seks belum berubah. Struktur sosial masih mendominasi dan bersikap represif terhadap pekerja seks. Stigmatisasi dan marginalisasi masih tetap berlangsung. Belum terlihat adanya restrukturisasi budaya. Pelacuran masih dilihat semata-mata sebagai problem moral. Oleh karena itu, selain meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan kepada pekerja seks, Griya Lentera - PKBI perlu lebih memperhatikan pendidikan dan penyadaran masyarakat.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bernadeth Ophelia Ruth
Abstrak :
Isu antara remaja dan seksualitas ditampilkan pada film asal Prancis dengan judul Jeune et Jolie. Film ini mengangkat kisah seorang gadis remaja dalam menemukan dirinya melalui pengalaman seksualitas dengan menjadi pelacur. Salah satu hal yang menonjol pada film ini yaitu pembagian film dengan musim yang diiringi dengan lagu-lagu Françoise Hardy sebagai soundtrack film. Untuk memahami perjalanan seksualitas tokoh akan dilakukan pengkajian film dengan menggunakan teori kajian film oleh Boggs dan Petrie (2018) terkait strategi naratif dan sinematografis. Kajian mengenai segi naratif akan disempurnakan dengan teori strukturalisme milik A.J. Greimas dalam menganalisis penokohan serta alur cerita. Kemudian, untuk memahami soundtrack akan digunakan konsep musik dalam film oleh Kathryn Kalinak (2010). Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi signifikansi soundtrack film dalam merepresentasikan perjalanan seksualitas tokoh utama. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara soundtrack, musim, dan aspek naratif dalam mengkonstruksi keseluruhan film. Pilihan lagu Hardy sebagai soundtrack merupakan representasi dari tokoh-tokoh yang terlibat dalam perjalanan seksualitas tokoh utama. L’amour d’un garçon merupakan representasi dari tokoh Felix, À quoi ça sert ? merupakan representasi dari tokoh Georges, Première rencontre representasi dari tokoh Alex, dan Je suis moi merupakan representasi tokoh Isabelle. ......The French film Jeune et Jolie addresses the complexity of adolescent transition period through the depiction of a young girl’s exploration of her own sexuality by engaging in prostitution. This film stands out due to its organization into segments representing different seasons, accompanied by songs by Françoise Hardy as the film’s soundtrack. To analyze the character’s sexual journey, the study of this film will employ the theories of Boggs and Petrie (2018) on narrative and cinematographic strategies. The analysis of the narrative aspect will be enhanced using A.J. Greimas’s structuralism theory, which examines characterization and storyline. Furthermore, Kathryn Kalinak's concept of music in films (2010) will be utilized to have deeper comprehension about the role of the soundtrack. The objective of this research is to explore the significance of film soundtracks in representing the main character’s sexual exploration. The findings of this study highlight the interplay between the soundtrack, seasonal segments, and narrative elements in constructing the overall film. The selection of Hardy’s songs as the soundtrack serves as a representation of the characters involved in the main character’s sexual journey. For example, L’amour d’un garçon represents the character Felix, À quoi ça sert ? represents Georges, Première rencontre represents Alex, and Je suis moi represents Isabelle.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hasna Sholihah
Abstrak :
Lebih dari satu juta orang di dunia terkena infeksi menular seksual (IMS) setiap harinya. Empat penyakit tersering adalah chlamidia, gonore, trichomoniasis, dan sifilis. Di Asia Tenggara, insiden sifilis hingga tiga juta kasus. Dari angka tersebut, insiden pada wanita jauh lebih tinggi dari pada laki ? laki. Pekerja seks komersial (PSK) di Indonesia adalah salah satu yang popular di Asia Tenggara. Tingginya angka PSK meningkatkan tingginya angka sifilis di Indonesia. Populasi PSK terdiri dari berbagai macam usia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara faktor usia dengan prevalensi sifilis pada pekerja seks komersial (PSK) di Tangerang, Banten. Desain penelitian ini adalah cross - sectional dengan menggunakan data sekunder dari Departemen Parasitologi FKUI. Subjek penelitian adalah 152 PSK di Tangerang, Banten. Terdapat 64 (42,1%) PSK yang berusia 10 ? 19 tahun dan 88 (57,9%) PSK yang berusia 20 tahun lebih. Didapatkan bahwa sebesar 79 (52%) PSK yang didiagnosis terkena sifilis. Dari 79 orang tersebut, terdapat 36 PSK berusia 10 ? 19 tahun dan 43 PSK berusia 20 tahun keatas. Berdasarkan analisis data, didapat p>0,05 sehingga terbukti bahwa faktor usia tidak memiliki hubungan bermakna dengan penyakit sifilis pada PSK di Tangerang, Banten. Jadi, sifilis dapat menyerang seluruh usia. ...... Everyday, more than one million people in the world infected by sexual transmitted infection (STI). The most common disease are chlamidia, gonorrheae, trichomoniasis, and syphilis. The incidence of syphilis about three million cases in South East Asia. From that case, syphilis happens in men less than women. Women prostitution in Indonesia is the popular one in South East Asia. Because the number of prostitute is high, incidence syphilis in Indonesia is high too. The population of commercial sexual worker has various ages. Goal of the research is to know the relation between age and prevalence of syphilis in commercial sexual worker in Tangerang, Banten. The design of research is cross ? sectional with secondary data from Parasitology, Faculty of Medicine, University of Indonesia. The subjects of research are 152 women who work as commercial sexual worker in Tangerang, Banten. There are 64 (42,1%) women who are 10 -19 years old, and 88 (57,9%) women who are ages more than twenty years old. Besides, 79 (52%) women are diagnosed syphilis. From 79 women, there are 43 women whom twenty years old and more. The result is p>0,05, it means that age has no significant relation with syphilis in commercial sexual worker in Tangerang, Banten. It means that syphilis can infect people in every age.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizalwan
Abstrak :
Objektif : Klinik PMS Batu 7 Tanjungbatu Kecamatan Kundur adalah merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan pemerintah yang bertujuan memberikan pelayanan kesehatan khusus untuk tindakan promotiv, preventive, curative, dan rehabilitive, bagi PSK, dan untuk warga yang berada dilokalisasi Batu 7 Tanjungbatu Kecamatan Kundur. Klinik ini diadakan sejak tahun 1999, sampai saat ini implementasinya cendrung rendah yang disebabkan kurang tanggap terhadap permintaan dan keinginan dari masyarakat disana, dan adanya factor-faktor ketidak inginan dan masyarakat disana untuk tidak memanfaatkan fasilitas yang sudah ada tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan Pemanfaatan Klinik PMS Batu 7, serta mengetahui faktor apa yang paling dominant yang berhubungan dengan Pemanfatan Klinik Batu 7 tersebut. Metoda : Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan penelitian " Cross Sectional", dengan pendekatan kuantitatif, yang melibatkan sampel sebanyak 192 PSK penderita yang berada di lokalisasi Batu Batu 7 Tanjungbatu Kecamatan Kundur-Kabupaten Karimun. Hasil : Dari hasil kajian data menunjukkan terdapat sebanyak (38,5%) responden yang memanfaatkan, dibandingkan (61,5%) yang tidak memanfaatkan klinik PMS Batu 7 Tanjungbatu Kecamatan Kundur. Hasil Uji Chi-square menunjukkan hasil yang bermakna antara beberapa variable independent dengan pemanfaatan klinik PMS Batu 7 antara lain Faktor Internal dengan variabel; pendidikan, sikap responden, dan Faktor eksternal dengan variabel; sikap petugas, kualitas klinik, anjuran, dan hambatan pergi ke klinik. Dari model akhir hasil uji multivariate diketahui variabel yang paling dominan adalah variabel hambatan pergi ke klinik dengan OR (95% CI-DR) sebesar 52,320 (10.601-258228), dengan pengertian PSK penderita PMS akan menyatakan tidak akan memanfaatkan klinik PMS sebesar 52,320 kali lebih besar jika dibandingkan dengan yang menyatakan tidak mendapatkan hambatan. Kesimpulan: Faktor yang paling dominan yang berhubungan dengan pemanfaatan klinik PMS Batu 7 adalah faktor eksternal dengan variabel hambatan pergi klinik PMS setelah dikontroi variable kualitas klinik, anjuran pergi ke klinik, pada wanita PSK penderita PMS di lokalisasi Batu 7 Kecamatan Kundur . Saran : Untuk meningkatkan pemanfaatan klinik PMS Batu 7 Tanjungbatu Kecamatan Kundur Kabupaten Karimun, perlu dilakukan perbaikan kualitas klinik , dan peningkatan penyuluhan pada warga lokalisasi Batu 7, terutama pada Mucikari dan seluruh PSK yang ada di lokalisasi tersebut. Daftar pustaka : 52 (1974 -- 2001).
Objective: The clinic PMS Batu 7 Tanjung Batu Kecamatan Kundur is the main government health service which purpose to give health service especially for the act promotiv, preventive, curative, and rehabilitiv, for PSK, the common case for the society around Lokalisasi Batu 7 Tanjungbatu Kecamatan Kundur. This clinic set up in 1999, until now the implementation was declining which caused doesn't have respond to the demand and wants from Lokalisasi society, besides with unwanted factor from the society for not using the society. This research purpose to know the benefit description factors clinic Batu 7 by PSK who suffered PMS and to know the factor which to the use of clinic Batu 7, and also to know what is the dominant factor which connected with the used clinic PMS Batu 7 Tanjungbatu. Method: This research using a plan research "Cross Sectional" to know the factor which connected to the use of clinic Batu 7 by PSK who suffered PMS at Lokalisasi Batu 7 Tanjung Batu Kundur, with quantitative approach, involving 192 PSK sample who suffered PMS in Lokalisasi Batu 7 Tanjung Batu Kecamatan Kundur - Kabupaten Karimun. The results: The examine data shows that there are 74 respondent (38,5 %) who use the clinic, compare with the people who not using clinic Batu 7 Tanjungbatu Kecamatan Kundur is 118 (61,5%). The result of CM-Square shows the meaning result between some independent as internal factors variables with other used such as: education (p value = 0,027), respondent attitude (p value = 0,022), and External factors variables with; official attitude(p value=0.002), clinic suggestion (p value = 0,000), barrier to the clinic (p value=0.000). From the last model result multivariate knowing the dominant is External factor variable with is barrier variable to go to the clinic with OR (95% CI-OR) amount 52,320 (10.601-258.228), with understanding PSK who suffered PMS will tell there is barrier to not using the clinic bigger than 52,320 times if compare with the one saying doesn't get any barrier. Conclusion: the dominant factor which connected with the used of clinic Bath 7 without any interaction is clinic barrier to clinic variable after controlling with quality variable, suggestion, and PSK education. And the dominant variable after doing result multivariate is barrier to clinic variable after controlling with suggestion variable, quality, and interaction variable between suggestion and barrier to go to the Clinic Batu 7. Suggestion : To Increase the used of clinic Batu 7 Tanjungbatu Kecamatan Kundur Kabupaten Karimun, need to do some clinic quality reparation, and increasing illumination to Lokalisasi society Bata 7, especially to the procuress and all PSK where in that Lokalisasi. Library List ; 52 from (1974-2001)
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12953
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mardjan
Abstrak :
The Relationship between Knowledge, Atitude with the Practice of in Preventing HIV/AIDS Infection among Prostitute Women in Sebangkau Localization and Bengkayang Station, Singkawang, Sambas Regency, West Kalimantan Province in 1996Many efforts have been done by the government of Indonesia to over come the transmission of infections Disease especially venereal disease such as prevention HIV/AIDS in high Risk group with prostitute women as a target. This research uses cross sectional approach which the goal is to explore many factors that Influence the practical relationship (using condom) in preventing HIVIAIDS transmission in prostitute women groups. The interview and observation result towards 108 samples in Sebangkau Localization and Bengkayang Station Singkawang Sambas District West, Kalimantan Province in 1996. Shows that low education 71,2 %, low knowledge of HIV/AIDS 66,6 %, negative attitude 64,8 %, never get health education 62 %, can not get condom 47,2 %, customer 1 visitor negative attitude 74,1 %, less practice (never use condom 52,8 %). The result of Bivarian analysis / only three variables have significant correlation, there are the relation between knowledge and attitude odds ratio 3,75 ( 95%, CI p-0,00) ,the relation between the supply of condom with the practice 8,56 (95%, Cl p=0,00), health education with the practice odds ratio 7,29 (95%,CI ps0,U0 ). Multivarian analysts about 6 variables models, indicates that the supply of condom and the visitors / customers atitude have significant correlation with odds ratio 1,77 (95 %, CI p=0,01) and 2,15 (95%, CI p0,01). This result can also more explain 85 % some the variation. This study proves that the stock of condom and visitors attitude are the main factor that can influence the using of condom among the prostitute woman on Singkawang localization Sambas Regency, West Kalimantan Province. In the short time, as a suggestion to anticipate and prevent AIDS transmission by emproving the supply of condom directly to the prostitute woman and mucikari (the mother care of prostitute women) and also by supplying condom ti the shop which is dosly at the localization. By this effort the customers can get and use easily. Health education intervention towards prostitute women and the customers is needed to Improve the knowledge about AIDS disease murder to get positive attitude and good behavior. In the long term, cooperation between program and sectors must be improved to praise the prostitute women as an Indonesian human resources. Literature : 83 (1973 - 1996). ix + 118 pages, 17 tables, 4 chart, 10 appendix.
Berbagai upaya penanggulangan penyakit menular khususnya pemberantasan penyakit kelamin yang telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia, antara lain pencegahan penyakit AIDS dikalangan kelompok resiko tinggi dengan sasaran Wanita Tuna Susila (WTS). Penelitian dengan pendekatan Cross sectional ini bertujuan untuk menggali berbagai laktor yang mempengaruhi hubungan praktek (penggunaan kondom) dalam mencegah penularan HIV/AIDS di kalangan WTS. Hasil wawancara dan observasi terhadap 108 responder di lokalisasi Sebangkau dan Stasion Bengkayang Singkawang Kabupaten Sambas Propinsi Kalimantan Barat tahun 1996, menun jukkan pendidikan rendah 71,2 %, pengetahuan HIV/AIDS kurang 66,6 %, Sikap negatip 64,8 %, tidak pernah mendapat penyuluhan 62 %, tidak pernah mendapat kondom 47,2 %, Sikap pelanggan negatip 74,1 %, Praktek kurang (tidak pernah menggunakan kondom 52,8 %). Hasil analisa bivariat , hanya 3 variabel hubungan bermakna yaitu, hubungan antara pengetahuan dengan sikap, Odds rasio 3,75 (95 % CI p=0,00), hubungan tersedianya kondom dengan praktek Odds rasio 8,56( 95% CI p =0,00), hubungan penyuluhan dengan praktek Odds rasio 7,29(95 % CI p = 0,00). Analisa multivariat diantara 6 variabel yang menjadi model, ternyata tersedianya kondom dan sikap pelanggan menunjukkan keeratan hubungan yang bermakna dengan Odds rasio 1,77 ( 95 % CI p= 0,01) dan 2,15 (95 % CI p=0,O1), ternyata dari hasil ini dapat menerangkan lebih besar 85 % dari variasi yang ada. Studi ini membuktikan bahwa ketersediaan kondom dan sikap pelanggan (tamu) merupakan faktor utama yang dapat mempengaruhi penggunaan kondom dikalangan para WTS pada lokalisasi Singkawang Kabupaten Sambas Propinsi Kalimantan Barat. Sebagai saran untuk mengantipasi dan mencegah penularan penyakit AIDS , jangka pendek meningkatkan pengadaan kondom kepada WTS maupun melalui mucikari serta toko disekitar lokasi sehingga memudahkan pelanggan untuk mendapatkannya jika akan digunakan. Intervensi penyuluhan terhadap WTS dan pelanggan sangat diperlukan dalam meningkatkan pengetahuan mengenai penyakit AIDS sehingga menimbulkan sikap dan perilaku positip. Jangka panjang perlu ditingkatkan lagi kerja sama lintas program dan lintas sektoral dalam mengentaskan WTS sebagai salah satu sumber daya manusia Indonesia. Daftar Pustaka : 83 (1973 - 1996). ix + 118 halaman, 17 tabel, 4 began, 10 lampiran
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sutrilastio
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisa kebutuhan informasi dan perilaku pencarian informasi eks wanita tuna susila pada layanan Perpustakaan Elektronik Keliling (Pusteling) Perpustakaan Nasional RI. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus.. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Hasil penelitian ini menemukan bahwa sumber informasi yang digunakan adalah facebook dan youtube. Topik informasi yang ditelusur yakni berita aktual dengan topik berita berkaitan erat dengan pengalaman masa lalu informan. Google menjadi alat penelusuran utama. Perilaku pencarian informasi eks wanita tuna susila pada layanan Pusteling dapat dijelaskan melalui model Wilson yaitu perhatian pasif, pencarian pasif, pencarian aktif, pencarian berkelanjutan. Hambatan yang terjadi pada saat penelusuran informasi di layanan pusteling adalah kemampuan menggunakan komputer yang masih minim, kebingungan dalam menncari informasi, internet yang lambat, waktu yang singkat, pustakwan kurang responsif, dan fasilitas lain seperti laptop, tempat duduk, dan pendingin ruangan yang kurang memadai. Informan belum mengetahui informasi yang ingin dicarinya dan muncul kebutuhan informasi pada saat berada di pusteling. Tujuan datang ke pusteling adalah untuk belajar dan melepas penat. Dalam menentukan sumber informasi, Informan tidak mengedepankan kredibilitas dan kebenaran (valid) pada sumber berita tetapi berdasarkan kebiasaan, kesukaan dan pengalaman.
This study aims to identify and analyze information needs and information retrieval behavior of ex-prostitute women at the Mobile Electronic Library Service National Library of Indonesia. This research uses a qualitative method with a case study approach. Data collection is conducted by observation, interviews and documentation studies. The results of this study found that the sources of information used were Facebook and YouTube. The topic of information traced is the actual news with the news topic is closely related to the informant's past experience. Google is the main search tool. Information seeking behavior can be described through Wilson model namely passive attention, passive search, active search and ongoing search. The obstacles that occur when searching for information on Pusteling services are the limited ability to use computers, confusion in searching for information, slow internet, short time, unresponsive librarian and other facilities such as laptops, seating, and inadequate air conditioning. Informants do not yet know the information they want to look for and information needs arise while in Pusteling. The purpose of coming to Pusteling is to study and refreshing. In determining the source of information, the informant does not prioritize credibility and truth (valid) in the news source.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
T54717
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library