Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hendiarto
Abstrak :
Teknologi batu adalah teknologi reduktif, yakni proses pembuatan produk yang dilakukan dengan cara mengurangi volume bahan. Buangan dari proses pembuatan itu adalah limbah; sehingga secara teoritis, limbah merupakan bungkus (cetakan) dari produk, dan dapat dijadikan data untuk membina ulang proses pembuatan. Hasil ekskavasi Balai Arkeologi Yogyakarta tahun 1981 di dukuh Limbasari memperoleh data jenis ini. Bertolak dari anggapan di atas, dilakukan kajian terhadap data hasil ekskavasi tersebut untuk menjelaskan bagaimana hubungan antara limbah dengan tahapan pengerjaan dan hubungan antara 1imbah dengan teknik pengerjaan. Metode analisis bentuk, ukuran dan khusus diterapkan dalam kajian ini. Demikian pula metode kajian pustaka dan percobaan peniruan. Dari hasil penelitian ini dapat dikenali enam tahapan pengerjaan produk beliung dan tujuh tahapan pengerjaan produk gelang. Keseluruhan tahapan pengerjaan ini terbagi atas dua proses kegiatan, kegiatan pembentukan dan penghalusan. Pada proses kegiatan pembentukan digunakan teknik--teknik penyerpihan, sedangkan pads proses kegiatan penghalusan digunakan teknik asah; untuk membentuk gelang digunakan teknik bor...
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1984
S11872
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alief Einstein
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan meneliti bagaimana kepala desa wanita menghadapi permasalahan dalam pemilihan kepala desa dan dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. Hal-hal yang akan digambarkan adalah, mendapat gambaran dari permasalahan yang dihadapi informan dalam pemilihan kepala desa; mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi informan dalam penyelenggaraan pemerintahan desa; mendapat gambaran dan pengalaman dan pengetahuan informan yang berkenaan dengan kemampuannya dalam menyelenggarakan pemerintahan desa; dan mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi informan, apakah berkenaan dengan permasalahan jender atau bukan. Penelitian ini dilakukan di pedesaan Kabupaten Daerah Tingkat II Banyumas dan Purbalingga. Lokasi penelitian untuk kedua kabupaten tersebut adalah pada tiga belas desa dan tiga belas kecamatan yang berlainan, dengan Sembilan informan wanita dan empat informan pria. Pendekatan penelitian ini menggunakan analisis yang lebih bersifat kualitatif. Data kuantitatif dalam tesis ini, hanya digunakan sejauh dapat mengungkapkan gambaran secara umum saja, misalnya untuk menganalisis data dari Departemen Dalam Negeri dan Biro Pusat Statistik. Fakta yang ada dari temuan penelitian memperlihatkan bahwa adanya masalah-masalah khusus yang dihadapi kepala desa wanita dalam pemilihan kepala desa. Permasalahannya ditinjau dari pandangan jender tertentu dalam masyarakat yang menghambat partisipasi wanita. Hambatan partisipasi wanita dalam penelitian ini digambarkan dari pandangan jender yang memang "sudah" dilekatkan dalam masyarakat dan dampak dari pandangan itu. Pandangan jender yang memisahkan dunia wanita dan pria secara tegas masih sangat umum dalam masyarakat kita. Pandangan jender yang muncul dalam penelitian ini terdiri dari stereotip, subordinasi, dan kekerasan jender. Dampak pandangan ditinjau dari sudut diskriminasi. Fakta selanjutnya yaitu, adanya perbedaan jender dalam penyelenggaran pemerintahan desa, sehingga menimbulkan ketidakadilan jender dalam bentuk kekerasan, subordinasi, dan beban kerja berlebih pada wanita. Fakta terakhir, tentang kemampuan kepala desa wanita yang tidak kalah dengan kepala desa pria. Wanita yang diberi kesempatan menjadi kepala desa, ternyata memiliki kualitas kemampuan dan ciri karakteristik positif lainnya, yang dapat mengimbangi dengan gambaran seperti yang dimiliki kepala desa pria. Peneliti di sini hanya ingin memberikan gambaran mengenai permasalahan yang dihadapi kepala desa wanita dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. Sebab penelitian mengenai permasalahan yang dihadapi wanita dalam bidang politik dan pemerintahan di Indonesia masih sangat sedikit dilakukan. Bahkan penelitian mengenai kepala desa wanita dengan perspektif wanita belum ada sama sekali yang melakukannya. Selain itu peneliti tidak mempunyai maksud menggeneralisasikan hasil data ini. Manfaat dari data awal ini adalah bahwa mungkin dapat digunakan sebagai pedoman untuk penelitian lebih jauh yang berhubungan dengan topik ini.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Singgih Sugiarto
Abstrak :
Penelitian ini membahas permasalahan mengenai fungsi partikel fatis yang terdapat dalam bahasa Jawa dialek Banyumas di Purbalingga. Data diperoleh dari ujaran yang dihasilkan oleh informan yang merupakan penduduk tetap di daerah Purbalingga. penelitian ini menggunakan analisis sintaksis (distribusi partikel) dan analisis wacana (konteks). Kerangka pikir dalam penelitian ini dilandasi oleh pendapat Kridalaksana (1990: 111-113) yang menjelaskan mengenai pengertian kategori fatis; Hadumod yang dikutip oleh Pattinasarany dalam Sutami (Ed.) (2004: 130-131) dan Weydt yang dikutip oleh Korah dalam Sutami (Ibid: 148), yang membahas mengenai definisi partikel fatis; dan Jakobson yang dikutip oleh Sutami (Ed.), yang membahas mengenai fungsi partikel fatis. Menurut Jakobson, partikel fatis dimungkinkan untuk memulai, mempertahankan, dan mengakhiri perbincangan (Ibid.: 187). Dengan kerangka pikir di atas, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan fungsi partikel fatis yang terdapat dalam ujaran yang dihasilkan oleh informan berbahasa jawa dialek Banyumas di Purbalingga. Selain tujuan tersebut, penelitian ini pun diharapkan dapat memberikan pengetahuan baru kepada pembaca. Diharapkan setelah membaca penelitian ini, pembaca mengetahui bahwa dalam bahasa Jawa dialek Banyumas juga terdapat partikel fatis yang memiliki fungsi tertentu dalam suatu ujaran, seperti halnya partikel fatis bahasa Jawa baku. Penelitian ini menunjukkan bahwa partikel fatis dalam bahasa Jawa dialek Banyumas di Purbalingga memiliki tiga fungsi, yaitu memulai, mempertahankan, dan mengakhiri komunikasi.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S11455
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ary Sulistyo
Abstrak :
Penelitian ini berfokus pada situs-situs megalitik yang berada di sub DAS Klawing, karena daerah DAS ini dekat dengan Gunung Slemat di bagian tenggara. Temuan-temuan tersebut tersebar di wilayah administrasi di Kecamatan Karangreja, Kecamatan Bobotsari, Kecamatan Mrebet dan sebagian Kecamatan Karanganyar. Penelitian ini tersebar di 4 kecamatan.Situs-situs megalitik di DAS Klawing Purbalingga atau di lereng Gunung Slamet hanya menunjukan karakter situs campuran antara pemujaan dan penguburan, situs pemujaan dan situs-situs objek tunggal...
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S11502
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Elis Septiyani
Abstrak :
Permintaan masyarakat akan pelayanan publik yang memadai semakin meningkat seiring dengan banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi. Mal Pelayanan Publik (MPP) hadir sebagai upaya mengintegrasikan pelayanan dalam rangka penyelenggaraan pelayanan publik yang lebih baik. Penelitian ini mengkaji tentang kualitas pelayanan publik pada Mal Pelayanan Publik di Kabupaten Purbalingga berdasarkan penilaian penguna untuk mengetahui kesenjangan antara harapan dan kenyataan pelayanan yang diterima oleh pengguna layanan. Penelitian ini menggunakan teori Service Quality (SERVQUAL) dari Parasuraman, Zeithaml, dan Berry (1988) dengan lima dimensi mencakup dimensi tangible, responsiveness, reliability, assurance, dan empathy untuk mengukur kualitas pelayanan. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan gap analysis untuk mengetahui kesenjangan antara harapan dan kenyataan pelayanan yang diterima oleh pengguna dilanjutkan dengan penyajian diagram kartesius untuk mengetahui pencapaian dari setiap indikator sekaligus sebagai tolak ukur untuk melakukan perbaikan maupun pengembangan mutu pelayanan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik pengumpulan data mixed method melalui survei kepada 100 responden, wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pelayanan publik pada Mal Pelayanan Publik di Kabupaten Purbalingga adalah baik, meskipun masih terdapat gap antara harapan dan kenyataan pelayanan yang diterima pengguna sehingga diperlukan upaya perbaikan dan pengembangan pada beberapa indikator khususnya yang berkaitan dengan sosialisasi dan daya tanggap petugas layanan. ......The public's demand for adequate public services is increasing along with the many needs that must be met. Public Service Mall (MPP) exists as an effort to integrate services in the context of providing better public services. This research examines the quality of public services at Public Service Malls in Purbalingga Regency based on user assessments to determine the gap between expectations and the reality of services received by service users. This study uses the theory of Service Quality (SERVQUAL) from Parasuraman, Zeithaml, dan Berry (1988) with five dimensions including tangible, responsiveness, reliability, assurance, and empathy to measure service quality. In addition, this study also uses gap analysis to find out the gap between expectations and the reality of services received by service users, followed the presentation of a Cartesian diagram to determine the achievements of each indicator as well as a benchmark for making improvements and developing services quality. This research uses a quantitative approach with mixed method data collection techniques through surveys to 100 respondents, in- depth interviews, observation, and documentation. The results showed that the quality of public services at Public Service Malls in Purbalingga Regency was in the good category, although there was still a gap between expectations and the reality of the service received by users, so efforts to improve and develop the implementation of Public Service Malls in Purbalingga Regency were needed on several indicators, especially those related to socialization and responsiveness of service officers.
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anton Sunaryo
Abstrak :
ABSTRAK Latar Belakang. Gangguan Fungsi paru dapat disebabkan oleh beberapa penyakit atau benda ndash;benda asing yang masuk ke dalam saluran napas, diantaranya debu. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan proporsi gangguan fungsi paru dan gejala klinis akibat pajanan debu hyget poliester di dalam dan di luar ruangan serta faktor-faktor risiko yang berhubungan pada pengrajin kasur lantai.Metode. Penelitian ini menggunakan Desain Comparative Cross Sectional untuk melihat proporsi penurunan fungsi paru para pengrajin yang terpajan debu hyget poliester di dalam dan di luar ruangan. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner, pengamatan langsung, pemeriksaan fisik, pemeriksaan spirometri menggunakan alat spirometri dan pengukuran kadar debu total dengan menggunakan Low Volume Dust Sampler LVS di lapangan. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan SPSS 20. Terhadap semua variabel dilakukan uji bivariat, kemudian variabel yang mempunyai nilai p < 0.25 dilakukan uji multivariat. Hasil. Karakteristik pengrajin kasur lantai di wilayah desa X Kabupaten Purbalingga didominasi oleh pengrajin dengan usia <44,4 tahun (52%), IMT tidak normal (51%), berpendidikan sekolah dasar (96%), masa kerja >11 tahun (56%), lama kerja <7,8 jam (73%), menggunakan APD (69%), kebiasaan berolah raga yang tidak baik (82%), tidak memiliki gangguan fungsi paru (81%), memilik tekanan darah tidak normal (71%) serta mayoritas tidak memiliki riwayat sesak napas dan bronkitis kronik (99%). Berdasarkan uji kesetaraan didapatkan hasil bahwa IMT (ρ=0,065), umur (ρ=0.689). Kadar debu di dalam dan di luar ruangan dibawah nilai ambang batas 10 mg/m3.. Sedangkan untuk umur, masa kerja, lama kerja, penggunaan APD dan gangguan fungsi paru, tidak ada hubungannya dengan tempat kerja baik di dalam maupun di luar ruangan. Faktor yang paling dominan yang memiliki hubungan dengan gangguan fungsi paru obstruksi adalah pendidikan, sedangkan faktor lain (umur, IMT, penggunaan APD, masa kerja, lama kerja, kebiasaan berolahraga) tidak memiliki hubungan dengan gangguan fungsi paru baik di dalam maupun di luar ruangan. Kesimpulan. Proporsi gangguan fungsi paru 18 (18%) orang. Restriksi 16 orang; 6 orang pengrajin di dalam ruangan (restriksi ringan), 10 orang pengrajin di luar ruangan ( 7 orang restriksi ringan dan 3 orang restriksi sedang). Gangguan fungsi paru obstruksi 1 orang di luar ruangan. Serta campuran (restriksi ringan dan obstruksi ringan) berjumlah 1 orang yang bekerja di dalam ruangan. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pajanan debu hyget di dalam dan di luar dengan faktor risiko sosiodemografi (umur, IMT dan pendidikan) dan faktor risiko okupasi (masa, lama kerja dan APD). Faktor yang paling dominan yang memiliki hubungan dengan obstruksi saluran napas adalah pendidikan.
ABSTRACT
Background. Pulmonary function disorder may be caused by several diseases or foreign materials entering the respiratory tract, including dust. This study is aimed at identifying the difference in proportion of pulmonary function disorder and clinical symptoms caused by exposure to hyget polyester dust between craftswomen working indoors and outdoors, as well as risk factors associated with floor mattress workers.Method. This study uses Comparative Cross Sectional design to see the proportion of decrease in pulmonary function disorders in craftswomen exposed to hyget polyester dust working indoors and outdoors. Data collection was conducted using questionnaires, direct observations, physical examinations, spirometry tests, and measuring total dust levels using Low Volume Dust Sampler LVS in the field. The collected data was then analyzed using SPSS version 20. All variables were tested for bivariat analysis, and those with p value<0.25 were tested for multivariate analysis. Result. The characteristics of floor matress craftswomen in X village of Purbalingga distric are dominated by craftswomen of age <44,4 years (52%), abnormal IMT (51%), education level of primary school (96%), employment length >11 years (56%), work duration <7,8 hours (73%), using Personal Protective Equipment (PPE) (69%), non-optimal exercise habits (82%), no pre- existing pulmonary function disorders (81%), abnormal blood pressure (71%), and no history of breathing difficulties and chronic bronkitis (99%). Based on homogenity test, age ( p = 0.689) and BMI (p=0.065) in found to be homogenous. Indoor and outdoor dust level is above recommended limit ( < 10 mg/m3). However for age, education, employment length, work duration, PPE usage and pulmonary function disorder , there were no associations with working place both indoors and outdoors. The most dominant factor which had an association with pulmonary function disorder was education, while other factors (age, IMT, PPE usage, employment length, work duration, exercise habits) did not show associations with pulmonary function disorders for craftswomen both indoors and outdoors. Conclusion. Proportion of pulmonary function disorder was discovered in 18 people (18%). Restriction of 16 craftswomen; 6 craftswomen working indoors (mild restrictions), 10 craftswomen working outdoors (7 mild restrictions and 3 medium restrictions). Impaired lung function obstruction 1 craftswomen working outdoors. As well as the mixture (mild restriction and mild obstruction) amounted to 1 craftswomen working indoors. There was no significant association between hyget®polyester dust exposure (both indoors and outdoors) with the sociodemographic risk factors (age, BMI, and education) as well as occupational risk factors (work duration, employment length, PPE). The most dominant factor which had an association with airway obstruction was education.
2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatin Rohmah Nur Wahidah
Abstrak :
ABSTRAK

Kebahagiaan menjadi kebutuhan penting yang tidak dapat dihindarkan bagi setiap orang, termasuk buruh. Purbalingga sebagai sentra industri rambut dan bulu mata palsu terbesar kedua di dunia, telah mempekerjakan puluhan ribu buruh perempuan di industri ini. Bagaimana gambaran kebahagiaan buruh perempuan industri rambut? Konsep kebahagiaan sering disebut sebagai subjective well-being atau SWB. SWB merujuk pada evaluasi individu dari hidupnya, dalam pikiran dan perasaan. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan SWB pada buruh perempuan industri rambut di Purbalingga. Responden yang terlibat sebanyak 210 responden adalah buruh perempuan, usia 18-60 tahun, dan masih aktif bekerja di bagian produksi industri rambut. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan pengumpulan data melalui kuesioner. SWB diukur menggunakan alat ukur terpisah, yaitu Satisfaction With Life Scale (SWLS) yang mengukur kepuasan hidup dan Positive And Negative Affect Schedule (PANAS) yang mengukur frekuensi afek. Hasil penelitian ini menunjukkan para buruh memiliki kepuasan hidup cukup atau rata-rata dan lebih sering mengalami afek positif daripada afek negatif. Adapun ranah kehidupan buruh setelah diukur menggunakan alat ukur Domain Satisfaction, paling memuaskan adalah keluarga namun, paling tidak memuaskan adalah penghasilan.


ABSTRACT

Happiness is an unavoidable important need for everyone, including workers. Purbalingga as the second largest wig and false eyelashes industrial center in the world, has hired thousands of women workers in this industry. How was the image of women workers‟ happiness in this industry? The concept of happiness is often referred to as subjective well-being or SWB. SWB refers to an individual evaluation of his life, in the form of thought and feeling. This research aimed to describe subjective well-being of women labor of hair industries in Purbalingga. Respondents who were involved are 210 women workers respondents, aged 18-60 years old, and still actively working as labors in hair industries. The research method used was quantitative methods with data collection through questionnaire. SWB measured by a separate measurement instrument; Satisfaction With Life Scale (SWLS) that measured life satisfaction and Positive And Negative Affect Schedule (PANAS) that measured frequency of affect. The results of this study indicated that the workers have an average life satisfaction and more frequent positive affect than negative affect. From Domain Satisfaction scale, the most satisfied domain of life for labor was family and the least was income.

Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S56391
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library