Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Muhti Okayani
"Di Indonesia, malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapat perhatian.Obat malaria yang digunakan dalam program Nasional di Indonesia yaitu kombinasi Artesunat dengan Amodialuin, di laboratorium amodiakuin sudah terbukti bereaksi silang dengan klorokuin sehingga dikhawatirkan kombinasi artesunat-amodiakuin penggunaannya tidak akan bertahan lama di Indonesia. Hal ini didukung dengan data di lapangan yang memperlihatkan variasi efektifitas artesunat-amodiakuin di berbagai daerah malaria. Laporan uji efikasi artesunat-amodiakuin di Lampung memperlihatkan efektifitasnya 80% terhadap P.falciparum. karena itu diperlukan kombinasi artemisinin lain yang aman, efektif, murah, dapat digunakan balk Untuk P.falciparum dan P.vivax serta tidak mengandung komponen yang bereaksi silang dengan klorokuin_ Untuk itu digunakan alternatif kombinasi Dihidroartemisinin --- Piperakuin sebagai pilihan.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan risiko kejadian yang tidak diitiginkan pada terapi dengan pengobatan kombinasi dihidroartemisinin-piperakuin dibandingkan terapi Artestinat-Amodiakuin untuk penderita malaria P.falciparum tanpa komplikasi. Penelitian dilakukan di Puskesmas Hanura, Kabupaten Lampung Selatan, propinsi Lampung. Desain penelitian yang digunakan merupakan penelitian Uji Klink Acak terkontrol atau Randomized Controlled Trial (RCT), Uji klinis terbuka (open trial) . Penelitian dilakukan mulai September 2005 sampai November 2006. Dengan pertimbangan waktu, tenaga dan biaya, pada penelitian ini menggunakan jumlah sampel sebanyak 106 orang (55 orang untuk dihidroartemisinin-piperakuin dan 51 orang untuk artesunat-amodiakuin). Analisis statistik yang dilakukan adalah analisis univariat, bivariat dengan Chi Square dan multivariat dengan logistic regression dengan backward elimination.
Proporsi kejadian yang tidak diinginkan yang timbul dengan pemakaian obat malaria DHA-Piperakuin , yaitu Sakit kepala, lesu dan lemah, gangguan pada sistim gastro intestinal, dan Gangguan lain pada hari 1-3 adalah 69%, 67%, 60%, 67% berurutan, dan untuk Artesunat-Amodiakuin 67%, 67%, 76,5%, 67% berturutan. Pada hari 7-28 kejadian yang tidak diinginkan yang timbul dengan pemakaian obat malaria DHA-Piperakuin seperti disebutkan diatas, yaitu 24%, 7%, 9%, 24% berurutan, dan untuk Artesunat-Amodiakuin 24%, 18%, 14%, 23,5% berturutan. Perbandingan proporsi terjadinya kejadian yang tidak diinginkan dengan penggunaan obat DHA-Piperakuin mempunyai risiko relatif lebih sedikit atau hampir sama dibandingkan penggunaan obat Artesunat-Amodiakuin.

Malaria needs to be taken into consideration in Indonesia, in particular in Eastern part, as its incidence rate is still high thereby causing high mortality rate amongst the children under five years of age and bearing women. To date, a drug combination of Artesunate-Amodiaquine is widely used by the Indonesia National Program. However, this combination seems unlikely to be chosen in the future as Amodiaqume was experimentally proven to cause a cross-reaction to Chloroquine. Moreover, several data from the field showed a wide diversity of the effectivity of this drug combination, In example, an efficacy trial performed in Lampung has shown the 80% effectivity of this combination drug administration. Consequently, another drug combination,.e.g. Dihydroartemisinine (DHA) - Piperaquine to be considered as an alternate drug of choise.
This study aims to investigation the risk discrepancies of Adverse Event (AEs) between DHA-Piperaquine and Artesunate-Amodiaquine administration during therapy in P.falciparum malaria patients without complication. This study uses a randomized Controlled Trial (RCT), open trial was conducted at health district Hanura, South Lampung from September 2005 to November 2006. 106 subjects (55 with DHA-Piperaquine and 51 with Artesunate Amodiaquine administration) were included due to time, financial and energy constraints in this study. Findings were analyzed using linivariate, Bivariate with the Chi Square test and the logistics regression with backward elimination (Multivariate analysis).
This study result shows that on day 1 to 3, the AEs due to DHA - Piperaquine administration were headache, weakness, gastrointestinal disturbance, an others of 69%, 67%, 60%, 67% respectively, while those of Artesunate - Amodiaquine were of 67%, 67%, 76,5%, 67% respectively. On day 7 to 28, the AEs due to DHA Piperaquine administration were definitely similar to above mention AEs of 24%, 7%, 9%, 24% respectively, while AE rate after Artesunate-Amodiaquine administration were 24%, 18%, 14%, 23,5% respectively. The DHA-Piperaquine appeared to have less or almost the same the mild AEs of Artesunate-Amodiaquine administration."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T19034
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cynthia Agnes Susanto
"TUJUAN: Mengetahui efek metformin atau DLBS3233 terhadap kadar AMH.
LATAR BELAKANG: SOPK merupakan sindrom yang diketahui berkaitan dengan resistensi insulin dalam patofisiologi dan peranan AMH dalam patogenesis. Maka salah satu bagian dari tatalaksana SOPK adalah dengan pemberian insulin sensitizing agent ISA. ISA yang telah banyak digunakan yaitu metformin yang terbukti dalam memperbaiki siklus haid, namun obat ini juga menimbulkan efek samping seperti keluhan gastrointestinal yang cukup berat. Sehingga perkembangan obat herbal seperti fraksi bioaktif DLBS3233 memberikan harapan akan ISA yang efektif, namun memiliki efek samping minimal. Peranan ISA dalam efek perubahan AMH masih kontroversial, dan hanya ditemui penelitian yang meneliti metformin.
DESAIN DAN METODE: Penelitian ini menggunakan desain uji klinis acak tersamar ganda yang berlangsung pada bulan Maret 2013 hingga Juni 2015 di klinik Yasmin, RSCM Kencana dan RS Hasan Sadikin, Bandung. Subjek penelitian akan mendapatkan metformin sebanyak 2x750mg atau DLBS3233 1x100mg per hari selama enam bulan. Evaluasi kadar AMH akan dilakukan sebanyak dua kali, sebelum dan sesudah pengobatan.
HASIL: Sebanyak 20 subjek mendapati metformin dan 18 subjek mendapati DLBS3233. Rerata kadar AMH sebelum pengobatan didapati 9,30 5,06 ng/mL dan 11,27 6,47 ng/mL. Pasca pengobatan, didapati penurunan kadar AMH yang signifikan sebesar 1,52 0,07 p < 0,001. Penurunan kadar AMH didapati lebih tinggi pada grup metformin bila dibandingkan dengan DLBS3233 ? AMH = 1,83 ng/mL vs 1,15 ng/mL. Namun, metformin menimbulkan efek samping yang lebih signifikan dibandingkan DLBS3233 p=0,01. Sebanyak 7 pasien 18,42 hamil selama penelitian ini. Namun efek samping pengobatan jauh dirasakan oleh subjek yang mendapatkan metformin dibandingkan DLBS3233 p=0,01.
KESIMPULAN: Baik metformin atau fraksi bioaktif DLBS3233 dapat menurunkan kadar AMH, dan DLBS3233 merupakan pilihan terapi SOPK dengan efek samping yang minimal.

OBJECTIVE: To determine the effect of metformin and DLBS3233 on serum AMH level.
BACKGROUND: PCOS is known to be associated with insulin resistance in the pathophysiology and Anti Mullerian Hormone AMH in the pathogenesis. Thus, one of management of PCOS is to give insulin sensitizing agent ISA. Type of ISA which has been widely used is metformin which proven to improve menstrual cycle, but this medication cause major side effect such as gastrointestinal problems. So, the development of herbal medicine such as Bioactive Fraction DLBS3233, offer effective medicine, with minimal side effects. To date, the role of ISA to effects the changes in AMH still controversial, and studies only examine the effect of metformin to the level of AMH.
METHOD: Double blind randomized controlled trial was conducted in Yasmic Clinic, Cipto Mangunkusumo General Hospital, Kencana and Hasan Sadikin hospital, Bandung within March 2013 until June 2015. PCOS patient diagnosed using Rotterdam All participant get daily dose of metformin 2x750mg or DLBS3233 1x100mg for six months. Evaluation of serum AMH level was conducted twice prior therapy and after the completion of the therapy. Protocol analysis was carried out upon differences of AMH using SPSS 20.
RESULTS: 20 subjects received metformin, while 18 subject received DLBS3233. Level of AMH prior medication was known to be 9,30 5,06 ng mL and 11,27 6,47 ng mL. After six months of therapy, there is significant decrease of AMH level of 1,52 0,07 p 0,001. The decrease level of AMH was observed higher in metformin group compared to DLBS3233 AMH 1,83 ng mL vs 1,15 ng mL. However, metformin causing more side effects compared to DLBS3233 p 0,01. There are total of 7 subjects 18,42 pregnant during the studies.
CONCLUSION: There rsquo s a significant decrease of AMH level after administration of either metformin or DLBS3233.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T58727
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library