Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nur Azky Aulia
"

Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) adalah salah satu bentuk dari upaya pemerintah untuk menjaga kualitas anak-anak sebagai penerus bangsa dalam memajukan negara dimasa yang akan datang. Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) juga bermanfaat untuk masyarakat sekitar dalam melakukan aktivitas sosial lainnya. Besarnya manfaat serta kegunaan dari Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) harus tetap dijaga kualitasnya, pemerintah harus melakukan kontrol akan fasilitas publik dengan melakukan penilaian dari masyarakat terhadap fasilitas RPTRA agar dapat digunakan untuk jangka waktu yang panjang. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif dengan teknik pengumpulan data kuantitatif dengan melakukan survei dan teknik pengumpulan data kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam dengan informan, observasi, dan dokumentasi yang keseluruhannya dikaitkan dengan konsep Ruang Publik yang dikemukakan oleh Carr memiliki lima dimensi, yaitu responsif, demoktratis, bermakna dan berarti, karakter serta kriteria. Setelah penelitian dilakukan dengan menggunakan 100 sampel, hasil dari penelitian ini berdasarkan indikator-indikator yang dijadikan sebagai instrumen penelitian menunjukkan bahwa kualitas RPTRA di Kelurahan Karet Tengsin (RPTRA Intiland dan Segas) adalah sangat baik. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, rekomendasi yang dapat diberikan diantaranya dengan meningkatkan serta mempertahankan pelayanan serta kualitas yang sudah sangat baik dan memperhatikan selalu pertumbuhan anak agar tumbuh kembang dengan baik.       


Child Friendly Integrated Public Space (RPTRA) is one form of government efforts to
maintain the quality of children as the nations successor in advancing the country in the
future. Child Friendly Integrated Public Space (RPTRA) is also useful for the surrounding
community in carrying out other social activities. The magnitude of the benefits and
usefulness of the Child Friendly Integrated Public Space (RPTRA) must be maintained, the
government must exercise control of public facilities by conducting community assessments
of the RPTRA facilities so that they can be used for a long period of time. The study was
conducted using quantitative methods with quantitative data collection techniques by
conducting surveys and qualitative data collection techniques by conducting in-depth
interviews with informants, observations, and documentation which all of them are related to
the concept of Public Space proposed by Carr which has five dimensions, responsive,
democratic, meaningful and meaningful, character and criteria. After the research was
conducted using 100 samples, the results of this study based on the indicators used as
research instruments showed that the quality of RPTRA in Karet Tengsin Sub-District
(RPTRA Intiland and Segas) was very good. Based on the research that has been done,
recommendations that can be given include improving and maintaining services and quality
that are already very good and always pay attention to the growth of children so that they
grow well.
"
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Pramadhika Fadhil
"ABSTRAK
Artikel jurnal ini mengkaji partisipasi komunitas dalam program pemerintah dengan konteks wilayah urban. Hal tersebut didasari pada data dan beragam studi yang menunjukkan bahwa program pemerintah yang mengandalkan partisipasi komunitas di perkotaan kerap mengalami tantangan dalam perkembangannya Septiany, 2012; Alrahkman dan Anza, 2013; Dwiandini dan Salomon, 2013 . Berdasarkan studi-studi sebelumnya, partisipasi masyarakat dalam sebuah program pemerintah bisa berjalan dengan aktif ataupun sebaliknya. Alasan masyarakat bisa berpartisipasi dengan aktif dapat disebabkan oleh mobilisasi oleh pihak tertentu seperti pemerintah, ataupun karena hubungan antar masyarakat yang baik. Di sisi lain, partisipasi masyarakat yang bersifat pasif disebabkan oleh kurangnya peran pemerintah dalam memobilisasi masyarakat ataupun peran dari pemerintah yang terlalu dominan. Hasil-hasil studi tersebut masih terdapat kekurangan dikarenakan belum menjelaskan secara rinci jenis partisipasi serta motif masyarakat dalam berpartisipasi dalam sebuah program pemerintah masih bersifat parsial. Tulisan ini akan membahas tentang program RPTRA di Jakarta. Tulisan ini memiliki argumentasi yakni partisipasi masyarakat dalam sebuah program pemerintah dapat berjalan dengan aktif dikarenakan hubungan yang terjalin dengan baik dan diantara masyarakat sekitar RPTRA Sunter Jaya Berseri sebagai komunitas. Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus untuk menjelaskan partisipasi masyarakat dalam program pemerintah.

ABSTRACT
This journal article is study about the citizen participation in the government program with a context of urban areas. It is based on data and previous studies which show that there are some challenge for government program which depends on citizen participation Septiany, 2012 Alrahkman and Anza, 2013 Dwiandini and Salomon, 2013 . Based on previous studies, citizen participation in a program could be active participation or vice versa. The reason citizen can participate actively is because they mobilized by some actors like government, or the good relation between the citizens. On the other side, the citizen participate passively is because the lack of government 39 s role in mobilizing the people or the role of government that is too dominant. The previous studies still deficient because it did not describe more detail about the citizen participation and the motive that cause of the citizen participation is explained partially. The argument of this article is the citizen participation in a program could be in active participation because they have good relation between as a community. This study uses the qualitative approach with case study rsquo s method to explain the citizen participation in a government rsquo s program. "
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nila Nuswantari
"ABSTRAK
Tulisan ini membahas tentang implementasi kebijakan dalam konteks proses produksi dan reproduksi ruang di salah satu RPTRA yakni di Duri Pulo, Jakarta Pusat. Konsepsi ruang publik yang digagas pemerintah cenderung homogen sementara publik pun memiliki kebebasan untuk memaknai ruang publik dengan cara mereka masing-masing. Saya menggunakan teknik pengamatan, wawancara serta melibatkan diri dalam keseluruhan prosesnya untuk membantu dalam pengumpulan data secara holistik dari berbagai sudut pandang. Internalisasi nilai melalui praktik governmentality ternyata bergesekan dengan pemaknaan masyarakat yang mempersepsikan ruang sebagai embodied space mereka. Hal ini memunculkan fakta bahwa publik tidak bisa disimplifikasi menjadi satu entitas yang seragam dan ruang bukanlah perihal teknis belaka.

ABSTRACT
This paper is intended to discuss about policy implementation in production and reproduction process context at one of the Child Friendly Integrated Public Spaces RPTRA at Duri Pulo, Central Jakarta. Public spaces conception which initiated by the government tend to be homogeneous meanwhile public has a freedom to interpret public space on their own. I used observation techniques, interviews and engaged myself in whole process to assist in the data collection holistically from various points of view. Values internalization through the governmentality practice apparently against the public rsquo s meaning of public space that perceived space as their embodied space. This raises the fact that public cannot be simplified into unified entity and space is not merely a technical matter."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aritonang, Monica Karunia
"Provinsi DKI Jakarta sebagai ibu kota negara Indonesia memiliki peran sentral dalam segala aspek kehidupan. Namun, pertumbuhan penduduk yang pesat dan kepentingan masyarakat menyebabkan kepadatan penduduk dan terbatasnya ruang terbuka hijau. Hal ini membuat warga kelurahan, khususnya anak-anak, kesulitan mencari tempat bermain. Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah provinsi telah mendirikan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA). Akses fasilitas RPTRA harus mudah diakses oleh seluruh warga DKI Jakarta yang membutuhkan, dengan mengedepankan fairness dan inclusion. Studi kasus RPTRA Dursa Bersatu, RPTRA Cibesut, dan RPTRA Citra Permata menunjukkan bahwa pengunjung, terutama anak-anak, umumnya tidak menemui kendala dalam mengakses fasilitas tersebut. Namun, ada keluhan dari beberapa gadis yang kurang mendapat kesempatan bermain sepak bola. Wawancara mengungkapkan bahwa sebagian besar anak tidak mengetahui fasilitas untuk penyandang disabilitas. Hanya RPTRA Citra Permata yang memiliki fasilitas terbatas untuk penyandang disabilitas. Kesimpulannya, RPTRA Dursa Bersatu, RPTRA Cibesut, dan RPTRA Citra Permata belum sepenuhnya mewujudkan fairness dan inclusion.

DKI Jakarta Province, as the capital city of Indonesia, plays a central role in all aspects of life. However, rapid population growth and public interest have led to population density and limited green open spaces. This has created difficulties for urban village residents, especially children, in finding places to play. To address this issue, the provincial government has established Child-Friendly Integrated Public Space (Ruang Publik Terpadu Ramah Anak/RPTRA). Access to RPTRA facilities should be easily available to all DKI Jakarta residents in need, emphasizing fairness and inclusion. Case studies of RPTRA Dursa Bersatu, RPTRA Cibesut, and RPTRA Citra Permata showed that visitors, particularly children, generally face no obstacles in accessing the facilities. However, there were complaints from some girls who lacked opportunities to play football. Interviews revealed that most children were unaware of facilities for people with disabilities. Only RPTRA Citra Permata had limited facilities for disabled individuals. In conclusion, RPTRA Dursa Bersatu, RPTRA Cibesut, and RPTRA Citra Permata have yet to fully embody fairness and inclusion."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alisa Delmafitri
"Ruang publik berkaitan dengan kehidupan sehari-hari masyarakat perkotaan. Salah satu peran ruang publik yaitu membawa individu manusia keluar dari kehidupan privat ke kehidupan sosial. Provinsi DKI Jakarta, sejak tahun 2015, mulai membangun ruang-ruang publik melalui program Ruang Publik Terpadu Ramah Anak RPTRA. Pada tahun 2017, Pemerintah Provinsi Pemprov DKI Jakarta menargetkan adanya ruang publik terpadu ramah anak RPTRA di setiap Rukun Warga RW se-DKI Jakarta. Namun pada kenyataannya, tidak semua RPTRA dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat di sekitarnya. Perbedaan tersebut didasari oleh persepsi atau pandangan masyarakat terhadap RPTRA. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba melihat perbedaan persepsi masyarakat terhadap RPTRA berdasarkan karakteristik lokasi dan sosialnya.
Penelitian menggunakan studi kasus dimana RPTRA yang dipilih yaitu RPTRA Cililitan dan RPTRA Kenanga. Metode yang digunakan untuk mengukur persepsi masyarakat yaitu menggunakan kuesioner dengan skala likert. Hasilnya, perbedaan karakteristik lokasi dan sosial memengaruhi persepsi yang terbentuk. Perbedaan persepsi diwujudkan dalam bentuk pemanfaatan ruang publik oleh masyarakat. Kesamaan dari kedua lokasi tersebut adalah pemanfaatan RPTRA sebagai tempat bermain bagi anak, tempat berolahraga, dan penghubung program pemerintah dengan masyarakat. Namun, RPTRA yang berada di wilayah homogen juga dimanfaatkan sebagai tempat berkumpul masyarakat, sedangkan yang berada di wilayah heterogen juga dimanfaatkan untuk tempat beristirahat.

Public spaces are related to the daily life of urban society. One of the roles of public space is to bring people out of their private lives to their social ones. DKI Jakarta, starting in 2015, began building public spaces through a program which called Ruang Publik Terpadu Ramah Anak RPTRA. In the 2017, government of DKI Jakarta made a target to build RPTRA in every neighborhood community which called Rukun Warga RW. However, up to now, not all RPTRA are utilized by the society. The difference is based on the perception of society toward RPTRA. Therefore, this research is trying to see the differences in public perception towards RPTRA based on the characteristics of the location and the social aspect.
The selected RPTRA in this research are RPTRA Cililitan and RPTRA Kenanga. The methods used to measure public perception is by a questionnaire with the Likert scale. As a result, the difference in characteristic of the location and social influence perception formed. The difference in perception affects the utilization differences affecting public space by the community. The similarity of both locations is the utilization of RPTRA as a playing area for children and political stage. However, RPTRA in the homogenous area also utilized as a gathering place, while in the heterogeneous also utilized as a place to rest.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Najatun
"Anak-anak merupakan kelompok individu yang memiliki perilaku senang bergerak atau bermain. Terutama untuk anak-anak usia sekolah mereka senang bermain di luar ruangan. Saat bermain di luar, ruang-ruang kota seringkali menjadi tempat yang menarik untuk mereka bagi yang tinggal di area perkotaan. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor. Sebuah ruang bermain berupa RPTRA yang ada di dalam lingkungan kota menjadi tempat yang sering mereka gunakan untuk bermain. Elemen-elemen di dalam ruang bermain RPTRA memiliki peran dalam mengakomodasi anak-anak untuk bermain didalamnya. Elemen-elemen tersebut memiliki affordances yang kemudian anak-anak akan menerima affordances itu sesuai karakter masing-masing anak. Affordances-affordances di dalam RPTRA menjadi penting agar anak-anak memiliki ruang bermain yang sesuai dengan karakteristik mereka. Peran-peran elemen ruang di dalam RPTRA dapat dilihat melalui konsep affordances dan hubungannya dengan anak-anak.

Children are a group of individuals who have different behavior from adults. They like to move actively or play. Especially for school age children, they love to play outside. When playing outside, city spaces often become interesting places for them who live in the city. It is influenced by various factors. A play space in the RPTRA of the city environment is a place that they often use to play. The elements in the RPTRA’s layspace have roles in accommodating children to play in it. These elements have affordances which then children will receive the affordances according to the character of each child. Affordances in RPTRA are important.  Children will have play spaces that are appropriate to their characteristics. The role of the space element can we see through affordances theory and the relation with children."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rika Fauziah
"Anak memiliki hak untuk hidup, tumbuh kembang, dan berpartisipasi sesuai dengan harkat dan martabatnya (Presiden RI, 2014). Tahun 2015, pemerintah membangun Ruang Publik Terpadu Ramah Anak untuk mewujudkan Kota Layak Anak (Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta, 2015). Sehingga perlu dilakukan penelitian apakah RPTRA sudah sesuai dengan persepsi masyarakat dalam memenuhi hak dasar anak dan bagaimana analisis hubungan antara pemanfaatannya dengan tumbuh kembang anak di RPTRA Cililitan. Penelitian menggunakan mixed method, dengan desain studi simultan/paralel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar anak usia 7-11 tahun memiliki intensitas sering dalam memanfaatkan RPTRA, sedangkan usia 12-17 tahun jarang memanfaatkan RPTRA. Karena anak usia 7-11 tahun sedang memasuki tahapan yang aktif sehingga lebih memilih bemain diluar rumah. Selain itu hasil menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pemanfaatan RPTRA dengan pemenuhan hak tumbuh kembang anak, seperti bermain, memperoleh pendidikan, mengembangkan kreativitas, dan ibadah. Namun pada usia 7-11 tahun sudah terpenuhi haknya dalam bermain, memperoleh pendidikan, mengembangkan kreativitas, dan beribadah dilingkungan RPTRA. Sedangkan usia 12-17 tahun sudah terpenuhi haknya dalam memperoleh pendidikan dan mengembangkan kreativitas. Sehingga disimpulkan bahwa RPTRA sudah memenuhi standar dalam pemenuhan hak anak, dan pemanfaatannya tidak memiliki hubungan yang signifikan karena terdapat faktor lain diluar sarana dan prasarana RPTRA yang mempengaruhi pemenuhan hak tumbuh kembang anak.

Children have rights to life, to grow and develop, and participate that suit with their degree and dignity (President of RI, 2014). In 2015, the government built Child- friendly Public Space to actualize a city that decent to child (The Decision of Governor of DKI Jakarta Province, 2015). So, there's a need to do a research about does RPTRA appropriate already to people's perception in fulfilling the children's fundamental rights and how is the correlation analysis between its benefit to children's growth and development in RPTRA Cililitan. This research is using mixed method, with simultaneous/parallel study design. The result of the research shows that largely of children aged 7-11 have frequent intensity in using RPTRA, while children aged 12-17 is rarely using RPTRA. This is because children aged 7-11 is entering the active stage so they prefer to play outside the house. Moreover, result shows that there is no correlation between the use of RPTRA with the fulfilment of children's growth and development rights, for example playing, getting educated, developing creativity, and praying. But in 7-11 years old, their rights to play, get educated, develop creativity, and pray have already fulfilled in RPTRA's environment. While children aged 12-17 have the rights already fulfilled in getting educated and developing creativity. So we can conclude that RPTRA have met the standard in fulfilling children's rights, and its benefit doesn't have a significant correlation because there are other factors outside the facilities and infrastructures of RPTRA which affect the fulfilment of children's growth and development rights.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T54509
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library