Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dindin Hardiono Hadim
Abstrak :
ABSTRAK
Analisis Rasio Rujukan Kasus Rawat Jalan Non-Spesialistik RRNS ndash; HubunganFaktor Fasilitas Kesehatan dan Dokter pemberi layanan terhadap RRNS di WilayahKerja BPJS-Kesehatan Kantor Cabang Batam tahun 2016.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara faktor fasilitaskesehatan dan faktor kualitas tenaga dokter terhadap Rasio Rujukan Rawat Jalan KasusNon Spesialistik RRNS di Wilayah Kerja BPJS Kesehatan Kantor Cabang Batam Tahun2016. Penelitian dilakukan di FKTP yang bekerjasama dengan BPJS-Kesehatan KC.Batam. Sampel penelitian terdiri dari 17 FKTP yang mempunyai angka RRNS > 7 sebagai kriteria inklusi. Teknik pengumpulan data adalah observasi/pengamatan sertakuesioner/angket dan kelompok diskusi terarah. Analisis Statistik yang dipakai adalahAnalisis Parametrik Product Moment Person.Terdapat hubungan positif antarakelengkapan sarana-prasarana, farmasi-alat kesehatan, kompetensi dokter serta bebankerja dokter terhadap RRNS tetapi tidak menunjukkan hubungan yang signifikan.Walaupun uji statistik tidak menunjukkan hubungan yang signifikan terhadap RRNS, akantetapi diperoleh fakta bahwa sebagian besar FKTP di wilayah kerja BPJS-Kesehatan KCBatam belum terstandar sesuai peraturan yang berlaku baik dalam hal kelengkapan saranaprasarana,farmasi-alat kesehatan dan tingkat kompetensi dokternya. Lebih banyakditemukan Dokter di FKTP dengan Kategori Beban kerja berlebih dan angka RRNSnyatinggi. Kredensialing sebaiknya dilaksanakan secara terpadu oleh Dinas Kesehatan,Organisasi Profesi serta Asosiasi Klinik dan BPJS-Kesehatan dengan mengacu kepadaperaturan yang ada agar diperoleh FKTP yang terstandar dengan baik. Selanjutnyapengawasan dan pembinaan oleh Dinas Kesehatan dan Asosiasi Faskes harus dilakukansecara berkala guna menjaga kualitas mutu layanan. Disamping itu PKB juga merupakanhal yang penting untuk memelihara kompetensi tenaga dokter sehingga pada akhirnyaFKTP dapat berfungsi sebagai gatekeeper dalam pelayanan kesehatan di era JKN ini.Kata kunci : RRNS, Faskes, Dokter, BPJS-Kesehatan.
ABSTRACT
Analysis of Non Specialistic Outpatient Ratio Case Ratio RRNS Relation ofHealth Facility Factor and Doctor Service Provider to RRNS in Work Area of BPJSKesehatanBatam Branch Office 2016.This study aims to determine whether there is a correlation between health facilityfactor and physician quality factor to Non Specialistic Radiation Coverage Ratio RRNS in Work Area of BPJS Kesehatan Batam Branch Office 2016. The research was conductedin FKTP in collaboration with BPJS Kesehatan KC . Batam. The study sample consisted of17 FKTPs having RRNS 7 as inclusion criteria. Data collection techniques areobservation observation as well as questionnaire questionnaire and focus groupdiscussion. Statistical Analysis used is Parametric Product Moment Person Analysis. Thereis a positive relationship between the completeness of infrastructure, pharmacy healthequipment, physician competence and physician 39 s workload to RRNS but it does not showany significant relationship. Although statistical tests do not show a significant relationshipto RRNS, the fact remains that most FKTPs in the working area of BPJS Health KC Batamhave not been standardized in accordance with the regulations applicable both in terms ofcompleteness of facilities, pharmacy health equipment and the level of competence of theirdoctors. More Doctors found in FKTP with Category Excessive workload and high RRNSnumbers. Credentials should be implemented in an integrated manner by the Department ofHealth, Professional Organizations and Clinical Associations and BPJS Kesehatan byreferring to existing regulations in order to obtain a well standardized FKTP. Furthersupervision and guidance by the Health Office and Faskes Association should beconducted periodically to maintain the quality of service quality. Besides, PKB is also animportant thing to maintain the competence of doctors so that FKTP can eventuallyfunction as a gatekeeper in health service in this JKN era.Keywords BPJS Kesehatan, Medical Doctor, Primary Clinic, RRNS
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lidya Masyita Harnum
Abstrak :
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode wawancara mendalam dan telaah dokumen. Tempat penelitian dipilih berdasarkan FKTP yang berada pada zona aman dan zona tidak aman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hambatan utama dalam pelaksanaan kebijakan adalah pada indikator angka kontak, hambatan menengah pada indikator prolanis, dan hambatan kecil pada indikator RRNS. Seluruh FKTP sudah cukup baik pada variabel sumber daya kewenangan dan disposisi, namun masih belum baik pada variabel struktur birokrasi. Perbedaan FKTP yang berada pada zona aman dengan zona tidak aman terdapat pada variabel komunikasi, keikutsertaan PJ indikator pada pertemuan dengan BPJS, dan pemahaman seluruh petugas FKTP. Perbedaan klinik dengan puskesmas terdapat pada variabel sumber daya manusia, sumber daya keuangan, sumber daya fasilitas. ......This research is qualitative study which use indepth interview and document review methods. The places of this research are choosen by primary health care that in safe zone and unsafe zone. The result of the research show that the biggest struggle of implementing the policy is the contact indicator, the middle is prolanis indicator, and the smallest is RRNS indiactor. All the primary care are good enough at resource of authority and disposition, but are not good yet at bureaucratic structure variable. The differences between primary health care in safe zone with unsafe zone are at communication variable, the absence of indicator’s PIC of meeting with BPJS, and knowledge of all staffs about the policy. The differences between clinic with primary care are variable of human resource, money, and facilities.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tasya Caesarena Pertiwi
Abstrak :
ABSTRAK
The Health Social Security Agency (BPJS kesehatan) is one of the governments efforts to provide quality healthcare for the people. To guarantee its quality and maintain efficiency, a tiered referral system is used. However, there were many problems in its implementation. One of the ways to investigate is to evaluate the non-specialist outpatient referrals (RRNS). Therefore, in March-July 2018, this research was performed in order to analyze whether the system was implemented at Beji and Depok Jaya Health Center. The method used was the qualitative research method, with primary data from in-depth interviews and secondary data from documents. It was discovered that both Centers had optimal RRNS ratios (0%). This was because the doctors at both Centers has provided referrals as indicated and there was feedback on the RRNS total. The civil servant (PNS) doctors at both centers were experienced and skillful, but the number of doctors was insufficient compared to their workload. The non-PNS doctors also were not sufficiently trained. Other problems include insufficient equipment and medication provision. ABSTRAK
Badan penyelenggara jaminan sosial (BPJS) kesehatan adalah salah satu upaya pemerintah untuk memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu bagi rakyatnya. Untuk menjamin kualitas pelayanan yang diberikan sekaligus menjaga efisiensi, maka diterapkan sistem rujukan berjenjang. Tetapi ini mengalami berbagai permasalahan dalam penerapannya. Untuk melihat apa permasalahannya dapat dilihat dari rasio rujukan rawat jalan non-spesialistik (RRNS). Oleh karena itu, penelitian ini dilaksanakan untuk menganalisis apakah sistem tersebut berjalan di Puskesmas Beji dan Puskesmas Depok Jaya pada bulan Maret-Juli 2018. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan data primer berupa wawancara mendalam dan data sekunder berupa telaah dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Puskesmas Beji dan Puskesmas Depok Jaya memiliki rasio RRNS yang optimal (0%). Hal ini disebabkan karena dokter di kedua puskesmas memberikan rujukan sesuai indikasi dan terdapat feedback mengenai capaian RRNS. Selain itu, dokter PNS di Puskesmas Beji dan Puskesmas Depok Jaya merupakan dokter yang cukup berpengalaman dan terampil, walaupun jumlah dokter di kedua Puskesmas tidak sesuai dengan beban kerjanya. Dokter non PNS juga belum menerima pelatihan yang memadai. Selain itu, peralatan yang tersedia masih kurang lengkap. Obat di kedua puskesmas cukup lengkap namun terkadang terjadi kekosongan obat.
Bandung: Department of Health Administration and Policy, Faculty of Public Health, Universitas Indonesia, 2018
610 IHPA 3:2 2018
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library