Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Akmal Hugo Prasetyo
"Skripsi ini mengembangkan simulasi pengaruh atenuasi hujan di skenario suburban tropis pada spektrum frekuensi 26 dan 41 GHz. Pengambilan spektrum frekuensi diambil berdasarkan alokasi frekuensi kerja untuk teknologi 5G-NR. Simulasi dibuat menggunakan simulator NYUSIM dari New York University dan bahasa komputasi matematis. Hasil dari simulasi diolah menggunakan model tersendiri untuk menghasilkan Power Delay Profile dan Outage Capacity. Kami telah melakukan simulasi pada 3 skenario kondisi jarak yang berbeda, yaitu Jarak 100 meter, Jarak 500 meter, dan Jarak 1000 meter. Dalam skenario kondisi jarak 100 meter, Outage Capacity terbesar bernilai 5 Gbps di 41 GHz yang diambil pada titik referensi outage 0.3. Dalam skenario kondisi jarak 500 meter, Outage Capacity terbesar bernilai 2.9 Gbps di 26 GHz yang diambil pada titik referensi outage 0.3. Dalam skenario kondisi jarak 1000 meter, Outage Capacity terbesar bernilai 3.5 Gbps di 26 GHz yang diambil pada titik referensi outage 0.3. Hasil dari simulasi ini mengindikasikan rugi atenuasi dari curah hujan mempengaruhi transmisi gelombang millimeter wave, akan tetapi dibandingkan dengan rugi-rugi lainnya seperti obstruksi gedung dan pepohonan seiring jarak bertambah akan membuatnya menjadi tidak signifikan dalam perhitungan kecepatan data.
......This thesis develops the simulation of rain attenuation in tropic suburban scenario at frequency spectrum of 26 and 41 GHz. Frequency spectrum are decuded by work frequency allocation for 5G-NR technology. The simulation was made by NYUSIM simulator from New York University and numerical computation language. The end result of simulation were processed using owns model to produce Power Delay Profile and Outage Capacity. We have done a simulation on three different distance scenario, namely Distance 100 meter, Distance 500 meter, and Distance 1000 meter. In distance 100 meter scenario, best outage capacity is achieved by 5 Gbps at 41 GHz using outage reference point of 0.3. In distance 500 meter scenario, best outage capacity is achieved by 2.9 Gbps at 26 GHz using outage reference point of 0.3. In distance 1000 meter scenario, best outage capacity is achieved by 3.5 Gbps at 26 GHz using outage reference point of 0.3. The result of this simulation indicates that attenuation from rain losses affect the transmission of millimeter wave, but when compared to other losses e.g. obstruction by building or trees as the distance increases would render it insignificant in peak capacity calculation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"In millimeter-wave wireless cellular systems like local multipoint dsitribution services (LMDS) rain attenuation is an essential factor of performance degradation....."
IPTEKAB
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"This paper is the result of the rain attenuation research, especially the results of ARIMA modeling of tropical rain attenuation in thr design of 28 GHZ millimeter wave communication system. Data acquasition is done on the link distance of 56.4 meters on Electrical campus ITS Surabaya. Data acquisition was recorded using the device every 1 second. The data obtained are processed using an ARIMA (p,d,q) model. The process aims to obtain a time series model. Validation process in done by comparing the ARIMA model result with measurements and attenuation model of ITU - R P.838-3. From 6 events that obtained in February 2009 concluded that all events can be approached by ARIMA (0,1,1) model. ARIMA (0,1,1) model can be used to generate rain attenuation data."
620 JURTEL 14:2 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Wira Indrayani
"The rain attenuation of down-link radio wave signals from the Superbird-C satellite and surface rainfall data have been
used to estimate the parameters of exponential raindrop size distribution (DSD) at Koto Tabang (100.32 E, 0.20 S),
West Sumatra, Indonesia. Prior to analyzing the measured data, the ability of the method to recover the parameters of
known DSDs from which the samples were taken was examined. It was found that the method can accurately retrieve
the input parameter of the sample. Only six case studies are presented here, so the results are representative rather than
definitive. The method successfully estimated the DSD parameters of a stratiform case with steady intensity and deep
convective rains of a short duration. This can be inferred from the small difference between the parameters derived from
rain attenuation data and those derived from a 2D video disdrometer. The poor performance of the method was
observed for a stratiform case with strong rain intensity fluctuation and shallow convective rains with very low rain top
height. This phenomenon is probably due to the bias that may be inherent in the estimation of specific rain attenuation,
such as the assumption of a constant path length throughout the rain.
Penentuan Parameter Distribusi Butiran Hujan dari Data Atenuasi Gelombang Elektromagnetik Satelit
Telekomunikasi Berfrekuensi Ku-Band. Data atenuasi sinyal down-link dari gelombang radio satelit Superbird C dan
data curah hujan permukaan telah dimanfaatkan untuk menghitung parameter eksponensial distribusi butiran hujan
(DSD) di Koto Tabang, Sumatera Barat, Indonesia. Pengujian metode terhadap data uji dengan parameter DSD yang
diketahui menunjukkan bahwa metode ini dapat dengan akurat menghitung kembali parameter tersebut. Metode ini
telah diujikan pada masing-masing dua studi kasus untuk hujan stratiform, deep dan shallow convective. Kemampuan
metode ini untuk memperkirakan parameter DSD dari hujan stratiform dengan intensitas curah hujan yang stabil dan
hujan deep convective dengan durasi singkat, sangat baik. Hal ini ditandai dengan kecilnya perbedaan antara parameter
DSD yang berasal dari atenuasi hujan dan dari data 2D-Video disdrometer (2DVD). Kurang baiknya kinerja metode ini
teramati pada hujan stratiform dengan fluktuasi intensitas curah hujan yang besar dan dan hujan shallow convective
dengan ketinggian puncak hujan yang sangat rendah. Fenomena ini kemungkinan disebabkan oleh bias dalam
memperkirakan spesifik atenuasi seperti bias akibat asumsi panjang lintasan penjalaran yang konstan selama hujan."
Universitas Andalas, Department of Physics, Faculty of Mathematics and Natural Science, 2016
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Gede Eka Cahyadi
"Penggunaan Ku-band untuk sarana komunikasi pada siaran TV sudah dilakukan di Eropa dan Amerika sejak tahun 1980-an. Dengan penggunaan satelit sebagai sarana komunikasi wilayah layanan bisa lebih luas sampai wilayah yang belum tersentuh sarana komunikasi. Indonesia sebagai negara kepulauan, penggunaan satelit merupakan salah satu pilihan yang tidak dapat dihindari. Dimana dengan penggunaan satelit sebagai sarana komunikasi untuk siaran TV dapat memenuhi kebutuhan akan informasi maupun hiburan.
Pemanfaatan Ku-band untuk sarana komunikasi harus sudah mulai dilirik di Indonesia. Selain karena alokasi frekuensi untuk C-band sudah sangat penuh, pemanfaatan Ku-band mampu menghasilkan penggunaan diameter antena yang lebih kecil dan mendapatkan bandwidth yang lebih lebar. Tetapi komunikasi satelit pada Ku-band yang berada pada rentang frekuensi antara 12Ghz sampai dengan 18Ghz memiliki kendala pada redaman terhadap hujan yang cukup tinggi terlebih untuk wilayah tropis seperti Indonesia.
Pada tugas akhir ini akan dirancang simulator sebagai alat bantu perhitungan komunikasi satelit pada Kuband untuk aplikasi DVB-S. Dengan hasil perhitungan jalur komunikasi menggunakan simulator tersebut akan dianalisis sejauh mana availability yang dapat diterapkan di Indonesia dan perubahan apa yang dapat dilakukan untuk dapat meningkatkan availability.
Dari hasil perhitungan C/Ntotal untuk redaman hujan dengan outage time dari 0,3%, 0,1%, 0,03%, dan 0,01% didapatkan bahwa untuk kondisi terburuk pada kondisi hujan pada arah pancar dan arah terima dengan diameter antena 0,8m hanya mampu untuk availabilty sebesar 99,7%. Dengan peningkatan diameter antena terima menjadi 1m mampu menghasilkan availability sebesar 99,9%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S40427
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library