Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Praswasti Pembangun Dyah Kencana Wulan
"Oksida logam stronsium (SrO) merupakan oksida logam alkali tanah yang memiliki aktifitas yang cukup baik dan selektifitasnya terhadap hidrokarbon cukup tinggi. Penambahan logam alkali tanah pada katalis Sm2O3 diketahui dapat memperbaiki aktifitas dan selektifitas katalis pada Reaksi Kopling Oksidatif Metana. Penelitian Terry [1] menghasilkan Sm2O3 sangat aktif dan SrO sangat selektif.
Penelitian ini bertujuan mempelajari efek penambahan Sm ke Sr dan Sr ke Sm. Kalsinasi dilakukan pada 3 suhu yaitu 600 °C, 700 °C dan 1000 °C, sesuai dengan hasil karakterisasi DTA. Hasilnya dibandingkan dengan katalis yang dikalsinasi pada suhu 850 °C [1]. Katalis dibuat dengan metode impregnasi basah. Pengujian katalis untuk melihat pengaruh suhu kalsinasi dilakukan dalam reaktor unggun tetap dengan kondisi operasi sebagai berikut : rentang suhu 600 - 900 °C, tekanan 1 atmosfer, rasia CH4/O2 = 2, berat katalis = 0,0119 g dan laju alir umpan total 160 m/menit. Suhu kalsinasi optimum digunakan untuk melihat pengaruh kandungan SrO dalam Sm2O3 yang divariasikan sbb: 1 %, 5 %, 10 %, 30 %, 50 %, 70 % dengan kondisi seperti di atas dan diikuti oleh kenaikan rasio CH4/O2.
Katalis yang dikalsinasi pada suhu 600, 700, 850 °C memberikan aktifitas yang rnirip. Suhu kalsinasi 1000 °C membuat katalis mengalami kerusakan morfologi. Pada suhu reaksi 600 - 650 °C, kenaikan suhu kalsinasi menurunkan selektivitas C2. Mulai suhu reaksi 700 °C, kenaikan suhu kalsinasi tidak mempengaruhi selektivitas C2. Pada suhu rendah, waktu kontak yang lebih tinggi menurunkan tekanan parsial oksigen sehingga reaksi pembentukan COx menurun dan reaksi kopling memegang peranan panting. Kenaikan suhu mengakibatkan reaksi homogen memegang peranan sehingga selektivitas tidak dipengaruhi kenaikan suhu kalsinasi.
Data yield terhadap komposisi katalis menunjukkan adanya 2 puncak pada 5 dan 50 % berat SrO. Hal ini disebabkan adanya luas permukaan spesifik tertinggi dimiliki kedua katalis ini dan kedua katalis mempunyai morfologi yang berbeda tetapi pusat aktif sama. Sehingga penambahan dopan untuk meningkatkan kinerja katalis laktanida tidak perlu tinggi. Kenaikan luas permukaan spesifik meningkatkan konversi oksigen dan metana dan tidak mempengaruhi selektivitas pada suhu reaksi > 700 °C. Selektivitas yang tetap ini dipengaruhi oleh SrCO3 dan Sm2O3 yang ada di permukaan. Jumlah Sr2+ pada katalis 5 % lebih banyak jumlahnya dibandingkan katalis 50 %. Hasil uji stabilitas memperlihatkan hasil bahwa katalis 50 % relatif stabil selama 10 jam reaksi pada temperatur 800 °C."
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Terry Prasetyaningsih
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh penarnbahan SrO pada Sm2O3 sebagai katalis reaksi Kopling Oksidatif metana inenjadi etana dan etilena. Sebagai senyawa asal SrO digunakan garam-garam stronsium nitrat, karbonat dan klorida dengan variasi %berat SrO 1, 3, 5, 7, dan 10%. Katalis dibuat dengan metode impregnasi basah. Pengujian katalis dilakukan dalam reaktor unggun tetap dengan kondisi operasi sebagai berikut: rentang suhu 600 - 800 °C, tekanan 1 atmosfer, rasio CH4/O2 = 1,134 - 3, berat katalis, 0,0119 g, dan laju alir umpan total 120 - 200 ml/menit.
Hasil terbaik percobaan menggunakan berbagai garam stronsium sebagai senyawa asal SrO diberikan oleh katalis yang berasal dari garam stronsium nitrat. Penambahan 1-7% berat SrO pada Sm203 tidak banyak mempengaruhi kinerja katalis Sm2O3, sedangkan penambahan 10% berat SrO pada Sm2O3 memberikan hasil mendekati kinerja katalis SrO. Ditinjau dari segi laju pembentukan hidrokarbon C2, katalis 5% berat SrO/Sm2O3 memperbaiki kinerja katalis Sm2O3.
Studi kinetika reaksi menunjukkan tidak adanya pengaruh kenaikan suhu pada laju reaksi pada suhu > 700 °C untuk semua katalis yang diteliti, kecuali katalis 10% berat SrO/Sm203. Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh kurangnya oksigen yang tersisa dari reaksi sehingga tidak mampu mengkonversi CH4 lebih banyak lagi, atau terjadi perubahan karakteristik permukaan katalis. Alga diketahui bahwa laju reaksi merupakan orde 1 terhadap P(CH4) dan bukan orde 1 terhadap P(O2). Hasil ini tidak sesuai dengan persamaan laju reaksi yang diturunkan dari mekanisme yang diusulkan oleh Otsuka dkk.

ABSTRACT
The objective of this work is to study the effect of strontium addition to samarium oxide as catalyst in the oxidative coupling of methane reaction, where the precursor compounds of SrO are SrCO3, Sr(NO3)2, and SrC12. The SrO loading were 1, 3, 5, 7 and 10% weight SrO/Sm2O3. The catalyst testing were carried out in a quartz reactor (10 mm id.) under the following conditions: P(CH4) = 40 kPa, P(O2) = 20 kPa, P(He) = 40 kPa, with a total flow rate of 160 ml/min, weight of catalyst 0.0119g, and temperature range of 600 - 800 °C.
Our results show that the Sr(NO3)2 as precursor compound of SrO give the highest C2 yields for all temperatures. 1 - 7% wt. SrO/Sm2O3 catalysts did not change much the catalytic performance of Sm2O3 catalyst. In other words, these catalysts behave as if the strontium added has no effect on the samarium oxide. However, the 10% wt. SrO/Sm2O3 catalyst showed catalytic performance between those of Sm2O3 and those of SrO.
Kinetic study shows that practically there is no effect of temperature on the rate of CH4 conversion and the rate of C2 hydrocarbon formation at temperature above 700 °C using catalysts with SrO loading up to 7% wt. The possible causes are the lack of oxygen in reaction system so methane conversion cannot increase anymore, or, there is a change on catalysts surface characteristic. Kinetic study also shows that the order of reaction is order 1 against P(CH4) and is not of order 1 against P(O2). These result do not agree with the derived rate of reaction based on the mechanism proposed by Otsuka et. al.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Winda Sutrisno
"Penelitian ini dilakukan untuk melakukan sintesis senyawa dimer isoeugenol melalui reaksi kopling oksidatif menggunakan enzim peroksidase yang berasal dari kulit bawang bombay (Allium cepa L.). Kondisi optimum reaksi yang diperoleh adalah pada perbandingan isoeugenol dan H2O2 1:0,5, pH 3,0 dan penambahan 10% metanol sebagai cosolvent. Identifikasi senyawa yang dihasilkan dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis, LC-MS, dan GC-MS. Reaksi kopling oksidatif isoeugenol menghasilkan senyawa yang lebih dikenal sebagai dehidrodiisoeugenol atau Licarin A. Yang merupakan kopling pada posisi ikatan C8 dan C5?. Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan menggunakan metode DPPH. Hasil dari metode DPPH tersebut menujukkan bahwa senyawa dimer isoeugenol dapat bersifat sebagai antioksidan dengan nilai IC50 = 235,3 ppm.
......The aim of this research was to synthesis dimerization product of isoeugenol by oxidative coupling reaction which is catalyzed by peroxidase from shell of onion (Allium cepa L.). The optimum reaction condition were obtained by varying mol ratio of isoeugenol and H2O2 1:0,5, pH 3, and 10% methanol as cosolvent. The structure of compounds were identified by spectrometer UV-Vis, LC-MS, and GC-MS. Oxidative coupling reaction of isoeugenol were identified as dehydrodiisoeugenol or licarin A which is coupling at C8 and C5?. The activity of antioxidant was tested with DPPH method. The result of DPPH method showed that dimerization product of isoeugenol can act as antioxidant with value of IC50 = 235,3 ppm."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
T31441
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Lakase (EC 1.10.3.2) adalah enzim yang dapat mengkatalisis reaksi
oksidasi dari substrat yang kaya akan elektron seperti guaiakol. Lakase
menggunakan oksigen sebagai oksidan sehingga senyawaan fenolik menjadi
radikal fenoksi yang akan menghasilkan reaksi coupling oxidative membentuk
polimer fenolik. Isolasi enzim lakase dilakukan dari jamur Phellinus gilvus
yang merupakan jamur pelapuk putih. Enzim kasar yang diperoleh memiliki
aktivitas spesifik sebesar 15,02 unit/mg protein. Hasil reaksi guaiakol yang
dikatalisis lakase (ekstrak kasar), selanjutnya diekstraksi dengan etil asetat
dan didapatkan cairan kental berwarna merah seberat 3,81 gram (4,28%).
Analisis dengan KLT silika gel menghasilkan 4 bercak dengan Rf 0,20; 0,46;
0,57 dan 0,63. Senyawaan hasil reaksi dimurnikan dengan menggunakan
kromatografi kolom silika gel. Didapatkan kristal hasil reaksi yang berwarna
putih kecoklatan dengan titik leleh 84 – 85 oC. Analisis lanjutan terhadap
kristal hasil reaksi menggunakan spektrofometer UV, FTIR dan GCMS
menunjukkan nilai m/z = 246, yang dibandingkan dengan database
menunjukkan bahwa kristal hasil reaksi adalah senyawa 4,4’ – biguaiakol.
Senyawa hasil reaksi diuji aktivitas antioksidannya menggunakan metoda
bleaching b-karoten. Hasil pengujian menunjukkan aktivitas senyawa hasil
reaksi lebih kuat dibandingkan dengan senyawa asalnya yaitu guaiakol. "
[Universitas Indonesia, ], [2005, 2005]
S30588
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noor Laela
"Lakase (EC 1.1 0.3.2) adalah enzim yang dapat mengkatalisis reaksi oksidasi dari substrat yang kaya akan elektron seperti gua.iakol. Lakase menggunakan oksigen sebagai oksidan sehingga senyawaan fenolik menjadi radikal fenoksi yang akan menghasilkan reaksi coupling oxidative membentuk polimer fenolik. lsolasi enzim lakase dilakukan dari jamur Phel/inus gi/vus yang merupakan jamur pelapuk putih. Enzim kasar lakase yang diperoleh " memiliki aktivitas spesifik sebesar 15,02 uniUmg protein. Hasil reaksi guaiakol yang dikatalisis lakase (ekstrak kasar), selanjutnya diekstraksi dengan etil setat dan didapatkan cairan kental berwarna merah seberat 3,81 gram (4,28%). Analisis dengan KL T silikagel menghasilkan 4 spot dengan Rf 0,20; 0,46; 0,57 dan 0,63. Senyawaan hasil reaksi dimurnikan dengan menggunakan kromatografi kolom silika gel. Didapatkan kristal hasil reaksi yang ben.varna putih kecoklatan dengan titik leleh 84-85 °C. Analisis lanjutan terhadap kristal hasil reaksi menggunakan spektrofometer UV, FTIR I I dan GCMS menunjukkan nilai m/z = 246, yang dibandingkan dengan database menunjukkan bahwa kristal. hasil reaksi adalah senyawa 4,4' - biguaiakol. Senyawa hasil reaksi diuji aktivitas antioksidannya menggunakan ' metode bleaching fJ-karoten. Hasil pengujian menunjukkan aktivitas senyawa .. hasil reaksi lebih kuat dibandingkan dengan senyawa asalnya yaitu guaiakol "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andryani Widdyan
"Senyawa fenolik merupakan senyawa biologis aktif yang. telah banyak dimanfaatkan oleh manusia dalam berbagai bidang industri. Potensi senyawa fenolik yang dapat menurunkan aktivitas oksidatif senyawa lain seringkali digunakan sebagai produk antioksidan. Penggunaan polimer fenolik sebagai antioksidan juga telah banyak dimanfaatkan dalam berbagai bidang. Enzim peroksidase adalah salah satu enzim yang dapat digunakan untuk rilengkatalisis reaksi penggabungan oksidatif fenol oleh hydrogen peroksida dari sejumlah substrat yang merupakan donor hidrogen seperti guaiakol, eugenol, thymol, dan lain-lain. Enzim peroksidase yang digunakan, berupa ekstrak enzim kasar yang diisolasi dari taman brokoli (Brassica oleraceae var. ltalica) dan diperoleh aktivitas spesifik enzim sebesar 0,9152 U/mg protein. Parasetamol yang dikatalisis oleh enzim peroksidase dengan substrat H20 2 menghasilkan suatu produk berupa cairan kental berwarna jingga kecoklatan. Hasil analisis menggunakan KL T silika gel dengan larutan pengembang etil asetat: metanol (5: 1), diperoleh spot yang dominan pada Rt = 0,63.Produk ini dimurnikan menggunakan kromatografi kolom sehingga diperoleh suatu isolat dengan berat 0,038 gram (0,20 %), kemudia diidentifikasi menggunakan instrumen GC-MS dan FT-IR.
Hasil analisis dengan GC-MS menunjukan telah terbentuk dimer parasetamol dengan m/z=300, waktu retensi 20,84 menit, dan luas area sebesar 24,48%. Lsolat hasil pemurnian kromatografi kolom, kemudian diuji aktivitas bioaktifnya sebagai antioksidan. Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode radical scavenger menggunakan radikal bebas 1, 1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH.- Diperoleh nilai JC50 untuk senyawa hasil reaksi sebesar 37,76 j.Jg/ml dan nilai IC50 untuk parasetamol sebesar 69,63 j.Jg/ml."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library