Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 127 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dody Johanjaya
"Tulisan ini membicarakan tentang keadaan desa Majapahit berdasarkan relief Trowulan. Karena sampai sekarang, sedikit sekali pengetahuan kita tentang keadaan desa masa lampau, pada masa Majapahit khususnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengenali (mengidentifikasi) dari relief-relief Trowulan, benda-benda yang merupakan bagian dari suatu desa mengenali benda-benda tersebut dalam prasasti, naskah-naskah kuno dan catatan Cina yang sejaman dengan masa Majapahit, kemudian membuat uraian tentang keadaan desa pada masa Majapahit. Dalam pengolahan data telah digunakan serangkaian metode arkeologi, yaitu metode kompilasi, identifikasi, klasifikasi dan analisis khusus/konteks. Untuk melengkapi hasil analisis konteks, digunakan data kepustakaan berupa prasasti, naskab kuno dan catatan Cina. Hasil penelitian ini menunjukan, kenyataan desa pada masa Majapahit yang tidak jauh berbeda dengan keadaan desa pada masa sekarang, begitu pula halnya dengan kehidupan penduduknya. Keadaan desa Majapahit seperti halnya desa-desa pada masa sekarang terletak di lingkungan pegunungan, lembah dan sungai dengan pepohonan yang hijau terlihat dimana-mana. Bangunan tempat tinggal banyak didirikan, bahkan di pegunungan dan beberapa diantaranya didirikan tidak jauh dari sungai. Penduduk desa memanfaatkan kesuburan tanah dengan membuka lahan pertanian sebagai sumber kehidupan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S11846
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inda Citraninda Noerhadi
"Setelah diadakan hasil pembagian kategori pakain yang dibagi menjadi lima bagian, ternyata terlihat ada perbedaan dalam penggunaan pakain terutama untuk golongan atas dan golongan rendah. Pada umumnya pada golongan rendah status sosialnya ada keengganan di samping ketidak mampuan untuk memakai pakaian yang jadi ciri khas golongan yang lebih tinggi ataupun memang ada larangan walaupun tidak dinyatakan secara tertulis. Dengan demikian fungsi pakaian memperoleh peran penting. Tampak sekali bahwa secara umum dalam masyarakat suatu elite atau kalangan atas hendak menekankan keistimewaan mereka lewat pakaian yang istimewa pula, di lain pihak bagi kalngan yang lebih rendah pakaian ini diluar jangkuan karena berbagai sebab, karena tidak mampu atau karena ada larangan..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1983
S11589
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Radila Adwina
"ABSTRACT
Candi Sukuh merupakan kompleks bangunan suci berbentuk punden berundak dengan tiga teras, yang digunakan pada masa akhir Kerajaan Majapahit, yaitu abad ke-15 M. Setiap teras dihias dengan berbagai relief, baik relief hiasan maupun relief naratif. Penelitian terhadap cerita pada relief-relief naratif tersebut telah dilakukan oleh beberapa peneliti, namun mereka menafsirkan cerita yang berbeda-beda. Selain itu terdapat pula relief naratif yang ceritanya masih berupa dugaan peneliti sebelumnya atau belum pernah diteliti sama sekali. Relief-relief tersebut terbagi ke dalam 13 batu berelief dengan jumlah panil yang berbeda pada tiap batu. Tiap relief disusun dari komponen relief, yang dapat terdiri dari komponen tokoh, binatang, tumbuhan, bangunan, senjata, dan benda lain, yang kemudian dibandingkan dengan penelitian-penelitian relief masa Majapahit sebagai identifikasi awal. Setelah itu, masing-masing komponen disusun sehingga menghasilkan 18 adegan cerita. 18 adegan tersebut kemudian dibandingkan dengan karya sastra Jawa Kuna ataupun relief bangunan suci masa Majapahit lainnya sehingga dapat diketahui sumber cerita, dan bila memungkinkan mengetahui adegan tertentu dalam cerita yang sama dengan penggambaran relief.

ABSTRACT
Candi Sukuh is a sacred temple complex shaped like step pyramid structure with three terraces, that was used on late period of Majapahit Kingdom, around 15th century. Every terrace is decorated with various reliefs, either ornamental relief or narrative relief. The tale of the narrative reliefs had been studied by some researchers, but they had different opinion about it. Besides that, there are allegations on the tale from those reseachers of some other narrative reliefs, and narrative reliefs that have never been studied before. There are 13 carved stones of those narrative reliefs, with one or more panels on each stone. Each relief may consist of various relief components, such as figures, animals, plants, buildings, weapons, and other things. Those components are compared with other studies of relief on Majapahit period to obtain early identifications of the relief. After that, each component is arranged to form 18 tale scenes. The scenes are compared with Ancient Javanese texts or other sacred building reliefs from Majapahit period, so that the source of the tale and, if possible, particular scene of the tale are identified."
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bagyo Prasetyo
"Tempat ditemukannya sisa-sisa peninggalan aktivitas manusia masa lampau dalam arkeologi disebut sebagai sites. Pemikiran yang berkenaan dengan ciri sites dalam menganalisis suatu pemukiman tidak akan terlepas dari pendekatan sistemik. Penjabaran pendekatan itu dalam skala yang lebih kecil adalah setiap bagian dari pemukiman merupakan sistem yang sedikitnya terdiri dari dua elemen dasar, yaitu aktivitas individual atau komunitas serta material yang terlibat dalam aktivitas tersebut. Oleh karena itu suatu kegiatan merupakan rangkaian hubungan antara satu artefak atau lebih, dengan aktivitas.
Aktivitas individual dan komunitas merupakan wujud dari ide-ide yang muncul dalam diri manusia, sehingga membentuk perilaku. Perilaku ini akan menghasilkan obyek-obyek material dan manifestasi non-material. Kehadiran obyek material dalam data arkeologi akan menimbulkan pertanyaan sampai tingkat manakah data material tersebut dapat menjelaskan dan menjawab tentang perilaku yang menyangkut kehidupan praktis sehari-hari, ideologi maupun kegiatan ritual, sehingga hal tersebut akan menyangkut kepada masalah mengapa obyek material tersebut dibuat dan digunakan.
Situs Pasir Angin terletak di Desa Cemplang, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berada di sebuah bukit kecil serta di tepi sebuah meander Daerah Aliran Sungai (DAS) Cianten yang mengalir dari selatan ke utara. Perhatian terhadap Situs Pasir Angin disebabkan adanya sejumlah besar data artefak yang cukup beragam. Data artefak tersebut menurut kriteria Deetz (1967:106-107) dimasukkan dalam istilah himpunan (assemblage). Adapun himpunan Pasir Angin terdiri atas sejumlah data artefaktual dan non-artefaktual. Data artefaktual meliputi jenis-jenis: tembikar, porselin, keramik dari bahan batuan (stoneware), artefak perunggu, artefak besi, artefak emas, artefak dari kaca dan batu. Selain itu ditemukan pula batu-batu bulat serta sebuah batu besar (monolit). Data nonartefaktual meliputi sisa-sisa tulang hewan (bovidae), sisa tumbuhan (biji kenari), hematit, obsidian, dan arang.
Hadirnya Situs Pasir Angin pertama kali diawali oleh kegiatan Yayasan Penelitian Masalah-Masalah Asia (YPMA) yang melakukan penggalian pada tahun 1970. Kegiatan penggalian ini menghasilkan sejumlah temuan berupa fragmen tembikar, kapak perunggu, dan mata tombak (Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional 1972:1). Berdasarkan laporan hasil penemuan tersebut, kemudian Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional (LPPN) melakukan penggalian secara sistematis (ekskavasi) yang dilakukan dari tahun 1971 sampai dengan tahun 1975."
Depok: Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Yuanita
"Perekonomian bangsa dan negara Indonesia pada pertengahan tahun 1997 mengalami krisis. Krisis tersebut juga melanda kawasan regional Asia Tenggara, hal ini berdampak besar terhadap kehidupan perekonomian Indonesia. Dunia internasional menaruh simpati dengan kondisi Indonesia pada saat itu. Langkah nyata pun dilaksanakan, organisasi yang bernama International Monetery Fund (IMF), memberikan pinjaman dengan berbagai persyaratan. Diantaranya harus ada penyempurnaan Peraturan Perundang-undangan di bidang Kepailitan. Hingga Tahun 1998 dikeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Tentang Kepailitan yang kemudian disahkan menjadi Undang-Undang No. 4 Tahun 1998 yang dianggap masih banyak Kekurangannya sehingga diubah lagi melalui Undang Undang No. 37 Tahun 2004 yang mengatur lebih rinci ketentuan Kepailitan dan secara komprehensif mengatur mengenai Penundaan Kewajiban Pembayaran utang yang merupakan suatu terobosan baru di bidang hukum. Permohonan Pernyataan Pailit harus diajukan melalui Pengadilan Niaga. Permohonan Pernyataan Pailit dalam kasus ini diajukan oleh salah satu kreditur dari PT Garuda Indonesia yaitu PT Magnus Indonesia. Tetapi Permohonan Pernyataan Pailit tersebut ditolak oleh Majelis Hakim karena tidak terpenuhinya syarat bagi debitur untuk dinyatakan pailit. Hal ini disebabkan karena, kreditur selaku Pemohon Pailit tidak dapat membuktikan bahwa debitur mempunyai 2(dua) kreditur atau lebih dan mempunyai tagihan yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T16571
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widanti Destriani
"Skripsi ini membahas mengenai relief tokoh yang dipahatkan pada dinding Kolam Taman Suci Pura Tirtha Empul, Bali. Kajian ini menggunakan metode perbandingan terhadap boneka Wayang Bali dan beberapa patirthān yang terdapat di Jawa. Metode tersebut digunakan untuk dapat mengetahui siapa saja tokoh yang dipahatkan dan latar belakang dipahatkannya tokoh tersebut, serta untuk dapat mengetahui hubungan fungsi relief dengan fungsi bangunan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa tokoh yang digambarkan adalah tokoh-tokoh yang berperan dalam cerita Ramayana, Mahabharata, Calon Arang, dan atau Sudamala. Penataan letak cerita sesuai dengan konsep Caturyuga dan Tathagata Buddha. Adanya pengaruh agama Buddha dikarenakan Bali pernah ditaklukkan oleh Majapahit, sehingga konsep keagamaan yang berkembang di Majapahit juga berkembang di Bali.

This final assigment tells about human relief which been crafted to the wall of Kolam Taman Suci Pura Tirtha Empul, Bali. This final assigment using the comparison method between Wayang Bali dolls and some of patirthān which spread around Java. That method was used to get to know each person who have been crafted in relief and their background, and also to get to know the correlation between the function of the relief and the function of the building itself.
Based on the research, it has revelaed that person who have been crafted were person who take place in the story of Ramayana, Mahabharata, Calon Arang, and Sudamala. The story has been placed according to the concept of Caturyuga and Tathagata Buddha."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S12064
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Geneva: World Health Organization, 1998
362.175 WOR s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nugroho Surio Ananto
"Alasan Penelitlan di antara mahluk--mahluk ciptaan Tuhan manusia menduduki tempat yang tertinggi, karena ia dikaruniai dengan kecerdasan dan akal yang melebihi mahluk--mahluk lainnya. Sesungguhnya tidak ada yang melebihi kebesaran-nya di antara mahluk kecuali manuaia. Dan dalam diri manusia tidak ada yang lebih besar kecuali kemampuannya dalam berfikir.
Lingkungan geografis yang memberikan tantangan kepada manusia dan telah ditanggapi selama berabad-abad lamanya dengan cara yang efektif, cenderung untuk menumbuhkan kebudayaan yang bercorak khusus dan bersifat regional. Manusia dan kebudayaan merupakan satu kesatuan yang erat sekali dan tidak mungkin dipisahkan. Untuk melangsungkan kebudayaan, pendukungnya harus lebih dari satu orang dan keturunan guna meneruskaaa kepandaian, pengalaman dan lain-lain."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1985
S11935
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Rosita Prijoharijono
"Gambaran bangunan-bangunan cukup banyak dijumpai pada relief-relief candi, khususnya caudi-candi di Jawa, Pada dasarnya bangunan-bangunan yang digambarkan pada relief-relief candi tersebut dapat dibedakan men jadi beberapa macam bangunan, antara lain yang disebut sebagai bangunan konstruksi susunan batu dan bangunan konstruksi kayu (Atmadi 1979: 5-6). Penelitian serta pengamatan terhadap gambaran bangunan-bangunan pada relief candi-candi di Jawa sebelumnja telah dilakukan oleh beberapa ahli dalam usaha mengungkapkan masalah-masalah yang berhubungan dengan gambaran bangunan-bangunaa pada relief-relief tersebut. Pengamatan terhadap bangunan-bangunan yang terdapat pada; relief candi-candi di Jawa mula-mula dilakukan aleh Parmantier,walaupun sifatnya masih terbatas tetapi cukup bermanfaat bagi_ penelitian-penelitian selanjutnya. Dalam pengamatan terhadap gambaran bangunan-bangunan tersebut, Parmantier mengemukakan garis besar dari penggambaran bentuk-bentuk bangunan pada relief candi..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1984
S11932
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vera Elizabeth Siwy
"Penelitian tentang relief senjata telah dilakukan khususnya pada candi-candi masa Majapahit abad XIV-XV M. Adapun tujuan penelitian ini, secara umum membuat uraian secara lengkap mengenai senjata dari masa Majapahit abad XIV-XV M. Secara khusus, tujuan penelitian ini adalah mengetahui jenis dan tipe-tipe senjata yang digambarkan pada pada masa Majapahit abad XIV-XV M, mengetahui penggunaan senjata berdasarkan perbedaan bentuk-bentuk yang dipahatkan di relief dan dari sumber-sumber tertulis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini, diawali dengan mengumpulkan semua data yang berhubungan dengan obyek penelitian. Tahap berikutnya adalah mengidentifikasi bentuk-bentuk senjata. Selanjutnya bentuk-bentuk senjata yang diperoleh akan diklasifikasikan untuk memperoleh tipe senjata. Tahap berikutnya diuraikan kemungkinan-kemungkinan penggunaan senjata. Hasilnya menunjukkan bahwa ada berbagai jenis senjata; 1) Senjata tusuk seperti pedang, tombak, pisau belati, trisula dan dwisula; 2) Jenis senjata tebas yaitu pedang, kapak, arit dan kudi; 3) Jenis senjata pukul seperti gada dan tongkat; 4) Jenis senjata lontar adalah senjata panah yang terdiri dari busur dan anak panah; serta 5) Perisai yang termasuk jenis senjata pelindung."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1996
S12041
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>