Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abstrak :
Satelit mikro LAPAN generasi ke-2 memiliki misi utama penginderaan jauh (remote sensing) dengan muatan kamera multi spektrum. Selain membawa muatan utama, satelit ini juga membawa muatan sekunder berupa sensor untuk digunakan dalam penelitian sains antariksa dan atmosfer yang disebut GPS (Global Positioning Satellite) Occultation Receiver. Kajian sensor dilakukan pada salah satu satelit yang memiliki misi identik dengan satelit mikro LAPAN generasi ke-2 yaitu satelit ORSTED (Denmark). GPS Occultation ini berdasarkan teknik pengukuran indeks refraksi dengan kerapatan yang bervariasi pada setiap lapisan atmosfer yang menyebabkan efek lengkung pada jalur panjang gelombang radio. Sensor okultasi GPS dapat menghasilkan data berupa TEC, kerapatan elektron, temperatur dan tekanan lapisan atmosfer serta variabel atmosfer lainnya.
620 DIR 3:1 (2008)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nayla Najati
Abstrak :
Negara Kesatuan Republik Indonesia membutuhkan satelit mikro untuk pengawasan wilayah nusantara. Satelit mikro yang memiliki berat 10-100 kg telah menjadi titik awal pengembangan teknologi satelit di Indonesia dengan diluncurkannya satelit mikro generasi pertama, LAPAN-A1 (lebih dikenal sebagai LAPAN-TUBSAT) pada 10 Januari 2007. Dalam operasinya, satelit mikro LAPAN-A1 membutuhkan antena untuk sistem komunikasi antara satelit dan stasiun bumi. Sistem komunikasi ini berupa pengiriman data satelit/citra satelit dan data telemetry & telecommand. Pada sistem komunikasi telecommand digunakan antena yang bekerja pada pita frekuensi UHF (frekuensi tengah 437,325 MHz) dengan tipe antena wire monopole. Antena monopole tersebut memiliki panjang 1/4λ (sekitar 17 cm), sehingga memerlukan tempat yang relatif luas dalam proses peluncuran. Dalam rangka pengembangan antena UHF berikutnya diharapkan antena yang lebih kompak dapat digunakan pada satelit mikro generasi berikutnya. Pada tesis ini diusulkan sebuah antena yang dirancang untuk aplikasi telemetry&telecommand satelit mikro pada frekuensi 430 ? 450 MHz yang memiliki dimensi yang lebih kecil dan kompak. Jenis antena yang dipilih adalah antena mikrostrip tipe meander, memiliki polarisasi linier, dan pola radiasi omnidirectional. Hasil simulasi menunjukkan antena satu elemen yang dirancang memiliki frekuensi kerja pada 461 ? 481 MHz, dengan gain 2,69 dBi, berpolarisasi linier, dan memiliki pola radiasi mendekati omnidirectional pada bidang azimuth. Sedangkan hasil simulasi pada badan satelit, antena yang dirancang memiliki frekuensi kerja pada 428 ? 468 MHz, dengan gain 2,9 dBi. Hasil pengukuran antena satu elemen menunjukkan frekuensi operasi berada pada kisaran 457 - 492 MHz, dengan pola radiasi mendekati omnidirectional pada bidang azimuth. Untuk hasil pengukuran antena terpasang pada badan satelit, memiliki frekuensi kerja pada 403 - 450 MHz dengan besar bandwidth mengalami kenaikan ±30% bila dibandingkan dengan antena satu elemen. ......Republic of Indonesia require microsatellite for monitoring the archipelago. Microsatellite that weight about 10-100 kg which was launched on 10, January 2007, was the starting point for the development of satellite technology in Indonesia. The microsatellite LAPAN-A1 requires an antenna for communication systems between satellite and ground stations.This microsatellite can send satellite imagery (payload data) and telemetry & telecommand. The telecommand system used monopole antenna that works at UHF band with center frequency at 437,325 MHz. This wire monopole antenna has a length of 17 cm, so it requires a relatively large space in the process of launching. In order to develop the next UHF antenna, more compact UHF antenna design is expected and can be used in the next generation of microsatellites. This thesis proposed an antenna design for telemetry and telecommand applications of microsatellite in the band frequency 430-450 MHz which has smaller dimensions and compact. The type of antenna selected is meander microstrip antenna. This antenna has a linear polarization and omnidirectional radiation pattern. Simulation results shows that antenna design has working frequency at 461 ? 481 MHz with gain of 2.69 dB, linier polarized, and has nearly omnidirectional radiation pattern. The simulation results, when antenna mounted on the body of the satellite, has working frequency at 428-468 MHz with a gain of 2.9 dBi. The measurement results of the single element antenna shows that the operating frequency is in the range of 457-492 MHz with nearly omnidirectional radiation pattern in azimuth plane. For the measurement antenna mounted on the satellite body, it has working frequency 403-450 MHz with increase of bandwidth ± 30 % when compared to a single element antenna.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T50155
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosza Madina
Abstrak :
Semakin berkembangnya aplikasi penggunaan data AIS (Automatic Identification System) baik untuk pelacakan kapal, pemantauan lalu lintas laut, maupun untuk pengawasan maritime; membuat AIS mulai diaplikasikan pada satelit untuk mendapatkan coverage area yang lebih besar sehingga bisa melengkapi data AIS terestrial. Indonesia melalui Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), sudah mempunyai dua buah satelit mikro yang membawa misi AIS yaitu LAPANA2/ ORARI dan LAPAN-A3/IPB. Dan dalam rencana pembangunan satelitnya, LAPAN juga akan membuat satelit mikro lainnya yang juga membawa AIS sehingga pada akhirnya bisa mendapatkan data kapal di seluruh wilayah Indonesia secara near realtime. AIS menggunakan frekuensi VHF (161.975 MHz untuk AIS Class A dan 162.025 MHz untuk AIS Class B), sehingga dimensi antena yang digunakan besar. Hal ini akan menjadi permasalahan ketika satelit yang digunakan berplatform mikro, sehingga diperlukan miniaturisasi terhadap antena penerima AIS pada satelit. Permasalahan lain yang terjadi pada AIS berbasis satelit adalah adanya data collitions pada daerah yang mempunyai traffik padat. Pada tesis ini diusulkan sebuah antena yang dirancang sebagai antena penerima AIS untuk satelit mikro pada frekuensi 161.975 MHZ (AIS Class A) – 162.025 MHz (AIS Class B) yang memiliki dimensi cukup kecil dengan gain yang cukup tinggi. Teknik miniaturisasi yang digunakan adalah dengan mengunakan antena mikrostrip tipe meander dengan menambahkan bentuk metamaterial untuk meningkatkan performasinya. Hasil simulasi menunjukkan antena VHF berukuran 133.00 x 88.00 x 1.52 mm3 dengan gain 1.663dB. Antena yang dirancang memiliki polarisasi linier dan pola radiasi omnidirectional dengan beamwidth pada H-plane 88.5°. Hasil pengukuran menunjukkan frekuensi operasi pada 156.98-163.18 MHz dengan gain 0.18 dB. Dengan demikian antena ini dapat digunakan untuk menerima seluruh data AIS kelas A, data AIS kelas B dengan gain -9dB, serta VDES (VHF Data Exchange System). Miniaturisasi dengan teknik meander-line dan struktur metamaterial ini berhasil mereduksi dimensi sebesar 42%. Antena fabrikasi mempunyai pola radiasi omnidirectional dengan beamwidth pada E-plane 338.6° dan H-plane 88.26° sehingga ketika antena VHF ini diletakkan pada satelit, proyeksi antena pada permukaan bumi berkurang 50% dari sebelumnya sehingga dapat digunakan untuk mengurangi data coalition pada satelit. ......The development of AIS (Automatic Identification System) data usage applications, for tracking vessels, monitoring sea traffic, and for maritime surveillance; encourage AIS begin to be applied in satellites to get a larger coverage area so that it can complement terrestrial AIS data. Indonesia, through National Institute of Aeronautics and Space (LAPAN), already has two micro satellites that carry the AIS mission, namely LAPAN-A2/LAPAN-ORARI and LAPAN-A3/LAPAN-IPB. And in its satellite development plan, LAPAN will also create other micro satellites that also carry AIS so that in the end they can get near real-time ship data throughout Indonesia. AIS uses VHF frequencies (161,975 MHz for AIS Class A and 162,025 MHz for AIS Class B), so the dimensions of the antenna used are large. This will be a problem when the satellite is used on a micro platform, so it is necessary to miniaturize the AIS receiver antenna on the satellite. Another problem that occurs in satellite-based AIS is the presence of coaillition data in areas that have dense traffic. In this thesis, we propose an antenna designed as an AIS receiver antenna for micro satellites at a frequency of 161,975 MHz (AIS Class A) - 162,025 MHz (AIS Class B) which has a fairly small dimension with a high enough gain. The miniaturization technique used is to use a meander-type microstrip antenna by adding a metamaterial shape to improve its performance. The simulation results show that the VHF antenna measures 133.00 x 88.00 x 1.52 mm3 with a gain 1.663dB. The antenna is designed to have linear polarization, and an omnidirectional radiation pattern with a beamwidth on the H plane of 88.5 °. The measurement results show the operating frequency at 156.98-163.18 MHz with gain 0.18 dB. Therefore this antenna can be used to receive all AIS class A data, class B AIS data with a gain of -9dB, and VDES (VHF Data Exchange System). Miniaturization using the meander-line technique and the metamaterial structure was successful in reducing dimensions by 42%. Fabricated antenna also has an omnidirectional radiation pattern with a beamwidth in the E-plane 338.6° and the H-plane 88.26°. And when this VHF antenna is placed on a satellite, the antenna projection on the earth's surface is reduced by 50% from the previous one so that it can be used to reduce coalition data on the satellite.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Sulaiman Nur Ubay
Abstrak :
ABSTRAK
Penggunaan satelit untuk kebutuhan pengamatan bumi telah meningkat pesat karena isu lingkungan. Tugas utama satelit observasi bumi adalah untuk memperoleh, menganalisis dan mendokumentasikan berbagai kondisi lingkungan di wilayah yang luas secara akurat dan valid. Diantara beberapa jenis satelit, satelit mikro telah mendapat banyak perhatian dari para periset, industri dan pemerintah. Dikarenakan pengembangan satelit mikro begitu kompleks dan terdapat beberapa masalah salah satu masalahnya adalah bagaimana merancang ADCS dan menguji kinerjanya. Pada penelitian ini, desain ADCS sederhana telah dirancang dan kinerjanya dievaluasi. ADCS dirancang berdasarkan kontrol I-PD yang tujuannya adalah untuk menjaga putaran satelit berada pada rentang yang diinginkan. ADCS memiliki peran penting terutama saat satelit melakukan pengambilan gambar pada permukaan bumi yang di targetkan. Karena pengambilan gambar merupakan tugas dari operasi satelit yang dominan, maka penggunaan ADCS dapat mempengaruhi kinerja konsumsi daya satelit. Tujuan dari penelitian ini adalah simulator berbasis komputer yang dikembangkan dengan menggunakan model matematis dengan parameter di dapat dari sistem satelit. Simulator terdiri dari beberapa modul termasuk roda reaksi, sistem catu daya dan sistem penanganan data onboard. Untuk menguji kinerja ADCS, dilakukan uji detumbling dan target pointing. Selanjutnya, evaluasi konsumsi daya dan energi untuk roda reaksi satelit mikro. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan simulator berdasarkan model matematis satelit baik dinamik dan kinematik untuk perhitungan konsumsi daya dan energi dan menganalisis pengaruh parameter pengendalinya. Dari hasil simulasi simulator satelit, terlihat bahwa simulator telah mampu bekerja dengan baik untuk kedua uji coba, serta berdasarkan hasil evaluasi ADCS berbasis I-PD didapatkan bahwa perubahan waktu transien tidak akan mengubah konsumsi energi tetapi akan meningkatkan profil konsumsi daya dengan konfigurasi satelit 3 merupakan yang terbaik dengan konsumsi energi terendah sebesar 0,706 Wh.
ABSTRACT
The use of satellite for earth observation has been growing as the high concern of environmental issues. The main task of earth observation satellite is to measure, analyze and deliver earth surface condition to ground base station in accurate and valid. Among satellite types, micro satellite has received many attentions from researchers, industries and governments. Due to the complexity of satellite orientation dynamics, design of ADCS becomes more complex and it is not easy to test the performances. In this research, a simple ADCS design is conducted and its performance is evaluated. ADCS is designed based on I PD type control which its parameters are determined in order for making satellite orientation tracking to preset direction. The ADCS has important role especially when satellite conducts automatic image capturing for some targeted earth surface. Because image capturing is most dominant satellite operation task, the use of ADCS can affect satellite power consumption performance The objective of the research are computer based satellite simulator is also developed by using mathematical model which its parameters are obtained from real satellite system. The simulator consists of some modules including reaction wheels, power supply system and onboard data handling systems. In order to test the performance of proposed ADCS, detumbling test and target pointing test is conducted. The seconds are, evaluation of power and energy consumption for reaction wheel of micro satellite is conducted. The reaction wheel is equipped by I PD controller that its objective is to maintain satellite spinning in allowable range. Evaluation is implemented by using simulator based on mathematical model of dynamic and kinematic satellite for power and energy consumption calculation and analyze the effect of controller parameters. From simulation results, the simulator can work well for both testing, and based on the evaluation results of I PD based ADCS due to changes in transient time will not change the energy consumption but increasing the power consumption profil, the configuration of satellite 3 which is the best with energy consumption about 0.706 Wh.
2017
T47920
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library