Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 39 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Baharum, Daud
Kuala Lumpur : Oxford University Press, 1966
499.28 BAH b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Utami
Abstrak :
Perpustakaan sekolah, yang dalam sistem pendidikan dewasa ini semakin penting kedudukannya telah diselenggarakan dengan baik. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa sampai saat ini kendala umum yang dihadapi, seperti keterbatasan dana, kurangnya jumlah koleksi, ataupun rendahnya minat siswa terhadap perpustakaan, dan sebagainya masih dihadapi oleh sebagian besar perpustakaan sekolah , khususnya yang bernaung dibawah sekolah negeri. Perpustakaan SMA Negeri 34 yang memiliki kendala yang sama dengan sebagian perpustakaan sekolah di Indonesia telah dimanfaatkan oleh sebagian siswa baik sebagai tempat belajar untuk menambah pengetahuan ataupun sarana untuk mendapatkan bahan bacaan hiburan. Koleksi perpustakaan telah dimanfaatkan. Tetapi pemanfaatan koleksi ini tidak rutin, sehingga dapat dikatakan bahwa perpustakaan belum sepenuhnya menjadi pusat belajar dan sumber informasi bagi siswa.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1995
S15738
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inneza Rahmelia
Abstrak :
Salah satu kontaminan makanan jalanan pada anak sekolah adalah bakteri Escherichia coli. Bakteri Escherichia coli dapat menyebabkan diare. Diare sangat erat kaitannya dengan kondisi lingkungan yang kurang memadai dan perilaku yang tidak sehat. Kasus diare tahun 2016 di Kabupaten Bogor Barat sebanyak 5.700 kasus. Prevalensi diare pada kelompok umur 15-24 tahun adalah 7,2%. Salah satu tempat yang menyajikan makanan jajanan di sekolah adalah Sekolah Menengah Atas (SMA) yang telah menerapkan full day school sehingga wajib menyediakan pangan dengan keamanan pangan yang baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kontaminasi Escherichia coli dalam makanan dengan kejadian diare pada siswa SMA di Kabupaten Bogor Barat tahun 2019. Variabel utama yang diteliti adalah kontaminasi Escherichia coli dalam makanan dengan kejadian diare pada siswa. dan variabel lain yaitu fasilitas sanitasi, kebersihan. sanitasi peralatan, higiene sanitasi makanan, dan higiene sanitasi penjamah makanan dengan kejadian diare pada siswa. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional. Sampel populasi sebanyak 190 siswa sedangkan sampel lingkungan 30 warung makan. Pengujian sampel makanan dilakukan dengan metode Most Probable Number (MPN). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kontaminasi Escherichia coli dalam makanan dengan kejadian diare pada siswa SMA di Kabupaten Bogor Barat tahun 2019 (p = 0,793). Pada variabel lain yaitu sarana sanitasi, higiene sanitasi peralatan, higiene sanitasi makanan, dan higiene sanitasi penjamah makanan juga tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian diare pada siswa SMA di Kabupaten Bogor Barat tahun 2019 (p => 0,05). ......One of the contamination food in school is Escherichia coli bacteria which can cause diarrhea. Diarrhea is associated with inadequate environmental conditions and unhealthy behavior. The case of diarrhea in Bogor Barat District 2016 was 5700 cases. Prevalence of diarrhea for 15-24 years of age group is 7,2%. Senior high school students in Indonesia are required to attend a full day school. Those schools have canteens which serves food to the students and are supposed to ensure food safety. The purpose of this study was to determine the association between Escherichia coli contamination in food and diarrhea among students at senior high schools in Bogor Barat District 2019. The main variable examined in this study was Escherichia coli contamination in food and diarrhea among students and other variables examined were sanitation facilities, hygiene and sanitation of utensil, food, and food handler, also diarrhea among students. This study uses cross sectional study design. This study uses 190 students as population samples and 30 food counter as environmental samples. The method used for the food samples in this study is Most Probable Number (MPN). The result of this study indicate that there was no significant association between Escherichia coli contamination in food and diarrhea among students at senior high schools in Bogor Barat District 2019 (p=0,793). For orther variables, there was no significant association between sanitation facilities, hygiene and sanitation of utensil, food, and food handler with diarrhea among students in senior high schools in Bogor Barat District 2019 (p = >0,05).
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Astriana Lestari
Abstrak :
Sikap kesehatan reproduksi remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah jenis sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan sikap kesehatan reproduksi siswa antara SMA negeri dan SMA berbasis agama. Penelitian ini menggunakan desain kuantitatif komparatif dengan pendekatan cross sectional. 104 responden dari SMA di Depok diperoleh dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Hasil analisis chi square menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara sikap kesehatan reproduksi siswa SMA negeri dan SMA berdasarkan agama (p = 0,000, CI 95%). Perbedaan tersebut dapat terjadi karena pengaruh tingkat religiusitas, lingkungan sekolah dan teman sebaya. Hasil ini merekomendasikan adanya peningkatan program pendidikan kesehatan reproduksi di sekolah menengah atas melalui pendekatan pendidikan agama.
The attitude of adolescent reproductive health is influenced by several factors, one of which is the type of school. This study aims to determine the differences in the reproductive health attitudes of students between state high schools and religion-based high schools. This study used a comparative quantitative design with a cross sectional approach. 104 respondents from SMA in Depok were obtained using cluster random sampling technique. The results of the chi square analysis showed that there was a significant difference between the reproductive health attitudes of public high school and senior high school students based on religion (p = 0.000, 95% CI). These differences can occur due to the influence of the level of religiosity, school environment and peers. These results recommend an increase in reproductive health education programs in senior secondary schools through the religious education approach.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christina Meldawati
Abstrak :
ABSTRAK
Motivasi untuk menyelesaikan pendidikan adalah suatu dorongan yang timbul untuk menyelesaikan pendidikan hingga tingkat SMA, yang berasal dari dalam diri sendiri atau dari luar. Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran motivasi untuk menyelesaikan pendidikan hingga tingkat SMA. Desain penelitian yaitu deskriptif sederhana. Sampel penelitian berjumlah 40 responden remaja, berusia 11-20 tahun, bersekolah, dan tinggal di Rumah Singgah Vincentius, sampel dipilih secara total sampling. Analisis hasil penelitian menggunakan analisis univariat dan bivariat dengan uji Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan gambaran motivasi untuk menyelesaikan pendidikan hingga tingkat SMA pada remaja di Rumah Singgah Vincentius adalah rendah serta tidak ada hubungan yang bermakna antara karakteristik dengan tingkat motivasi. Kurangnya motivasi ini memerlukan bantuan dari berbagai pihak, seperti dari pihak pemerintah dan keperawatan.
ABSTRACT
Motivation to finish study is an inducement that rises to finish study until senior high school, sourcing from inside their self or outside. The purpose of this study is to know the motivation to finish study until senior high school. This research is descriptive. Samples are 40 teenagers using random sampling, age 11-20 years old, study at school, and live in Rumah Singgah Vincentius. Data analyzed using univariat and bivariat by Chi-Square. The results showed that description of motivation to finish study until senior high school on teenagers who live in Rumah Singgah Vincentius is low motivation and there is no significant relation between characteristic and level of motivation. The decreased of the motivation need support from another institution, like a goverment and nursing.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S43700
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ndaru Haryo Kesowo
Abstrak :
Kasus terorisme yang terjadi di Indonesia lekat kaitannya dengan kelompok-kelompok radikalisme agama. Kini kelompok tersebut berusaha menyebarkan paham-paham radikalisme kepada kalangan anak sekolah agar dapat bergabung dengan aktifitas kelompok mereka. Penyebaran paham radikalisme tersebut dilakukan melalui keluarga, institusi pendidikan, dan media sosial. Penelitian-penelitian terdahulu menyatakan bahwa terdapat pendekatan keras dan pendekatan lunak dalam mencegah masuknya paham radikalisme sehingga posisi penelitian ini bertujuan untuk mendalami pendekatan lunak tersebut menggunakan konsep sosialisasi oleh Mead serta Elkin dan Handel. Peneliti berusaha untuk mengetahui bagaimana sosialisasi penyebaran paham radikalisme dan pencegahannya pada anak Sekolah Menengah Atas SMA. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan paradigma konstruktivis pada BNPT, guru SMA, dan murid-murid SMA di Jakarta. Jenis penelitian ini adalah studi kasus pada sosialisasi yang dilakukan oleh BNPT dan guru SMA kepada murid-murid SMA. Berdasarkan pada hasil temuan lapangan terhadap 6 orang siswa SMA, 2 guru SMA, dan 2 pejabat BNPT, penelitian ini menghasilkan argumen bahwa penyebaran paham radikalisme pada anak SMA dilakukan melalui jaringan alumni rohis dan media sosial. Selain itu penelitian ini juga menemukan bahwa kontra radikalisme yang dilakukan secara inisiatif oleh masyarakat lebih efektif daripada BNPT.
Terrorism cases in Indonesia closely related to religious radicalism groups. Nowadays, religious radicalism groups try to spread their ideology to school students so they can join with those group's activities. Radicalism ideologies spreads through family, education institution, and social media. The previous study shows that there are soft approach and hard approach to prevent the spread of radicalism ideology so the researcher's position is to extend the soft approach using Mead, Elkin, and Handel's socialization concept. The researcher tries to explore how radicalism ideologies socialization and its prevention to high schoolers kids. This study using qualitative approach and constructivist paradigm to BNPT, high school teachers, and high school student in Jakarta. This study is a case study of the BNPT's and high school teacher's preventive socialization to high schoolers. Based on field findings from 6 high schoolers, 2 high school teachers, and 2 BNPT staffs, this study resulted an argument that radicalism ideologies spreads through Rohis's alumni network and social media. Also, this study found that people's initiative counter radicalism is more effective than BNPT's.
Depok: Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Haryono
Abstrak :
Seiring dengan pesatnya pencapaian hasil pambangunan yang dilaksaaakan pmerintah terjadi pula perubahan kualitas manusia yang diperlukan untuk memenuhi fungsi kehidupan bersama. Apabila pada mulanya bidang-bidang pekerjaan tertentu bisa ditangani oleh personel yang kualifikasi pendidikannya relatif rendah, maka saat ini, karena dalam menjalankan pekerjaan cenderung diperlengkapi dengan teknologi canggih, persyaratan Pendidikan yang memadai menjadi sangat di tekankan .Begitu juga bagi yang memilih berkarir sebagai usahawan mandiri, memerlukan kecakapan praktis danteoritis tertentu yang hanya didapatkan melalui jalur pendidikan. Pendidikan nasional pada dasarnya memang berusaha mencetak manusia yang cerdas dan terampil, sehingga dapat memenuhi berbagai kebutuhan tersebut. Untuk mencapai tujuan ini pemerintah telah menyiapkan sekolah menengah yang bersifat kejuruan seperti SMEA, STM dan sebagainya. Sekolah kejuruan ini dimaksudkan untuk menghasilkan manusia yang siap memasuki lapangan kerja, memenuhi kebutuhan pekerja operasional. Sedangkan sekolah menengah umum (SMA) sesungguhnya lebih mengarahkan para muridnya untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Akan tetapi pembedaan yang sedemikian ini, dalam prakteknya tidak bisa berjalan dengan ketat, dalam arti terdapat Kemungkinan bagi para lulusan sekolah kejuruan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Sebaliknya, karena satu dan lain hal banyak para lulusan SMA yang tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan formal, memasuki lapangan kerja, melanjutkan pendidikan non formal (kursus praktis) atau memilih mandiri mengelola suatu bidang usaha, dan sebagainya. Terlihat adanya berbagai alternatif yang dapat dipilih oleh para lulusan SMA, maka perlu diidentifikasi orieatasi mereka setelah menamatkan studinya, dan perlu diexplore (digali) faktor apa sajakah yang mempengaruhi orientasi mereka itu. Hasil dari penelitian ini diharapkan akan memberikan informasi penting bagi lembaga pendidikan, sehingga dapat dijadikan dasar bagi perencanaan dan pengambilan keputusan dalam membuat dan/atau mengembangkan kurikulum di tingkat sekolah lanjutan atas, khususnya Sekolah Menengah Atas (SMA). Di samping itu diharapkan hasil penelitian ini juga berguna bagi para guru yang menangani bimbingan dan penyuluhan murid, dalam memberikan arahan kepada murid.
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1990
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Restu Krisnata
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh urutan kelahiran serta faktor-faktor sosial, ekonomi dan demografi lainnya terhadap pencapaian pendidikan SMA anak umur 16-18 tahun di Indonesia. Hasil analisis regresi logistik biner dengan data Susenas 2012 menunjukkan bahwa anak dengan urutan kelahiran pertama dan urutan kelahiran ketiga dan seterusnya tidak memiliki perbedaan kecenderungan untuk mencapai SMA, sedangkan anak urutan kelahiran kedua memiliki kecenderungan lebih rendah dalam mencapai SMA. Faktor yang paling besar memengaruhi pencapaian pendidikan SMA adalah pendidikan ibu. Berdasarkan hasil deskriptif dan inferensial diketahui bahwa anak perempuan memiliki kecenderungan lebih besar untuk mencapai SMA daripada anak laki-laki.
This research aims to study the effect of birth order and social, economic and demographic factors on the high school attainment of children aged 16-18 years in Indonesia. The results of binary logistic regression using the 2012 Indonesian National Socio-economic Survey data show that first child and third and higher order children are not significantly different in the tendency to reach high school while second child have lower tendency to attain high school. The most dominant factor influencing educational attainment is mother?s education. The results of descriptive and inferential analyses also show that girls have a greater tendency to reach high school than boys.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf-
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aktery Pustaka Putri
Abstrak :
[ABSTRAK
Pada tahun 2005 Kemdikbud mengeluarkan kebijakan penguatan pendidikan vokasional, yaitu target perbandingan 70:30, untuk 70 persen jumlah siswa SMK lebih banyak daripada jumlah siswa SMA pada tahun 2015. Argumentasi kebijakan tersebut adalah mengatasi masalah ketenagakerjaan yang berkaitan dengan keterampilan yang spesifik dan mengentaskan pengangguran. Sampai beberapa tahun terakhir ini, jumlah siswa dan sekolah SMK tumbuh relatif cepat. Konsekuensinya anggaran yang dikeluarkan untuk menyelenggarakan pendidikan SMK jumlahnya lebih besar daripada SMA. Namun data menunjukkan bahwa tingkat pengangguran lulusan SMK masih lebih tinggi dari lulusan SMA, sedangkan tingkat upah tidak berbeda signifikan. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan analisis biaya-manfaat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengangguran tamatan SMA dengan SMK tidak terlalu besar perbedaannya, dan perubahan proporsi jumlah siswa 70:30 merupakan kebijakan yang kurang tepat.
ABSTRACT
In 2005 the Ministry of Education and Cultural issued a policy to strengthen vocational education. The target policy is to change the proportion of student from vocational high school and general high school to 70:30 in 2015. The policy argument is addressing the employment issues relating to the specific skills and alleviate unemployment. Until the last few years, the number of students and vocational school grew relatively fast. The consequences is, the budget spent by the government on vocational school expenses is higher than general school. How ever, the data showed that the unemployment rate for vocational graduate is higher than general school graduate, meanwhile the wage levels did not differ significantly. This study are using descriptive analysis and cost-benefit analysis. Results show that the comparation of unemployment rate between general school and vocational school graduates is not to high, and the the changing proportion of 70:30 students are ineficient policies;In 2005 the Ministry of Education and Cultural issued a policy to strengthen vocational education. The target policy is to change the proportion of student from vocational high school and general high school to 70:30 in 2015. The policy argument is addressing the employment issues relating to the specific skills and alleviate unemployment. Until the last few years, the number of students and vocational school grew relatively fast. The consequences is, the budget spent by the government on vocational school expenses is higher than general school. How ever, the data showed that the unemployment rate for vocational graduate is higher than general school graduate, meanwhile the wage levels did not differ significantly. This study are using descriptive analysis and cost-benefit analysis. Results show that the comparation of unemployment rate between general school and vocational school graduates is not to high, and the the changing proportion of 70:30 students are ineficient policies, In 2005 the Ministry of Education and Cultural issued a policy to strengthen vocational education. The target policy is to change the proportion of student from vocational high school and general high school to 70:30 in 2015. The policy argument is addressing the employment issues relating to the specific skills and alleviate unemployment. Until the last few years, the number of students and vocational school grew relatively fast. The consequences is, the budget spent by the government on vocational school expenses is higher than general school. How ever, the data showed that the unemployment rate for vocational graduate is higher than general school graduate, meanwhile the wage levels did not differ significantly. This study are using descriptive analysis and cost-benefit analysis. Results show that the comparation of unemployment rate between general school and vocational school graduates is not to high, and the the changing proportion of 70:30 students are ineficient policies]
2015
T43683
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>