Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 155 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tinklepaugh, J.R.
London: Reinhold, 1960
666 TIN c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
S. Gunawan
Abstrak :
ABSTRAK
Semen sumur minyak tipe G dengan Aditif Silica Fluor SSA1 telah banyak di pergunakan di berbagai sumur minyak di dunia, dan pada umumnya memuaskan. Di dalam sumur minyak, beton dapat melekat baik dengan selubung baja. Di dalam sumur panas bumi yang memiliki suhu lebih tinggi dari pada sumur minyak, pengaruh pemuaian beton dan logam selubung baja perlu mendapat perhatian. Ketidaksesuaian pemuaian baja dengan beton akan menyebabkan keretakkan betom.

Penelitian ini ditujukan untuk melihat kesesuaian pemuaian baja tipe K 55 dengan semen sumur minyak tipe G pada tekanan atmosfer, pada suhu antara 50° C S.d 200° C. Untuk nengenal sifat pemuaian beton ini beberapa parameter di teliti dengan seksama, yaitu jumlah kanndungan SSA1, perbandingan air terhadap semen (VCR), waktu aduk dan jenis air yang di pergunakan. Hasil penelitian menunjukkan kekurang sesuaian sifat pemuaian baja tipe K.55 dengan beton dari semen sumur minyak tipe G, pada suhu diatas 100° c.
Program Pascasarjana Universitas Indonesia , 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Badan Standarisasi Nasional, 2006
R 666.94 BAD h
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Retno Sariningsih
Abstrak :
ABSTRAK


Abstinensi adalah jarak waktu antara dua ejakulasi berturutan- Masa abstinensi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi parameter semen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang nyata pada beberapa parameter semen, dari hasil analisis semen dengan masa abstinensi 3, 5, dan 7 hari.

Sampel semen diperoleh dari 12 donor pria fertil yang normozoospermia, yang datang ke Bagian Biologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Masing-masing donor memberikan semennya 3 kali dengan masa abstinensi masing-masing 3, 5, dan 7 hari, sehingga diperoleh 3 kelompok data.

Hasil analisis statistik dengan uji Kruska1-Wallis menunjukkan adanya perbedaan yang nyata pada jumlah spermatozoa/ml ejakulat dan viabilitas spermatozoa, sedangkan kecepatan gerak dan persentase morfologi normal spermatozoa tidak berbeda nyata.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1992
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Setiorini
Abstrak :
ABSTRAK
Pada penelitian ini telah dilakukan analisis semen dan penentuan kadar prolaktin di dalam serum dan plasma semen dengan teknik Radio Immuno Assay (RIA) pada 107 pria, untuk mengetahui kadar prolaktin di dalam serum dan plasma semen serta hubungannya dengan kualitas semen yang meliputi: volume semen, jumlah spermatozoa motil total per ejakulat semen, dan persentase motilitas spermatozoa.

Hasil penentuan kadar prolaktin serum dan plasma semen pada 107 pria adalah: kelompok I, dengan jumlah spermatozoa motil > 185 juta per ejakulat semen memilki kadar prolaktin serum (median = 5,0 nanogram per mililiter), dan kadar prolaktin plasma semen (median = 7,25 nanogram per mililiter); kelompok II, dengan jumlah spermatozoa motil 80--185 juta per ajakulat semen memiliki kadar prolaktin serum (median = 6,15 nanogram per mililiter), dan kadar prolaktin plasma semen (median = 7,5 nanogram per mililiter); kelompok III, dengan jumlah spermatozoa motil < 80 juta per ejakulat semen memilki kadar prolaktin serum (median = 5,4 nanogram per mililiter), dan kadar prolaktin plasma semen (median = 7,3 nanogram per mililiter); kelompok IV, tanpa spermatozoa motil per ejakulat semen memiliki kadar prolakrtin serum (median = 6,4 nanogram per mililiter), dan kadar prolaktin plasma semen (median = 7,0 nanogram per mililiter).

Dengan uji korelasi Jenjang Spearman (Spearman's Rho) diperoleh kesimpulan, tidak ada hubungan antara kadar prolaktin serum dengan volume semen dan juga dengan jumlah spermatozoa motil total per ejakulat semen; tidak ada hubungan antara kadar prolaktin plasma semen dengan persentase motilitas spermatozoa dan juga dengan jumlah spermatozoa motil total per ejakulat semen; tidak ada hubungan antara kadar prolaktin serum dengan kadar prolaktin plasma semen. Dengan uji Kruskal-Wallis diperoleh kesimpulan bahwa kadar prolaktin serum sama pada keempat kelompok pria tersebut, dan juga kadar prolaktin plasma semen sama pada keempat kelompok tersebut. Dari 107 pria, 7 orang pria hiperprolaktinemia dengan volume semen termasuk dalam kategori semen normal, akan tetapi kadang-kadang oligo atau azoospermia. Enam orang dengan kadar prolaktin plasma semen yang ekstrim tinggi (median = 195,0 nanogram per mililiter), ternyata persentase motilitas spermatozoa dan jumlah spermatozoa motil total per ejakulat semen termasuk dalam kategori semen normal.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1985
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djasmoro Ariguno
Abstrak :
Ditinjau dari sudut imunologi, sperma merupakan autoantigen bagi tubuh pria, yang dapat menyebabkan terjadinya respon imun, sehingga terbentuk antibodi antisperma. Antibodi antisperma ini dapat mengaglutinasi dan mengimobilisasi spermatozoa, sehingga spermatozoa-spermatozoa tidak dapat lagi membuahi telur dari istri, dan akibatnya pasangan itu menjadi infertil. Ternyata keadaan yang merugikan ini tidak lazim terjadi pada setiap pria; hal ini disebabkan karena di dalam plasma semen terdapat zat imunosupresif. Zat yang bersifat imunosupresif itu diantanya adalah orosomukoid. Dalam penelitian ini telah dilakukan pengukuran kadar orosomukoid di dalam plasma semen pria fertil dan pria infertil dengan teknik imunodifusi radial. Tujuannya adalah untuk membuktikan apakah kadar zat orosomukoid yang dapat bersifat imunosupresif itu di dalam plasma semen pria fertil lebih tinggi daripada pria infertil. Selain itu dalam penelitian ini juga telah dievaluasi kadar orosomukoid plasma semen pada pria infertil yang spermatozoanya berkecepatan 1,2 detik/1/20 mm. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa kadar orosomukoid plasma semen 20 pria fertil rata-rata 2,3899 mg/dl. Sedangkan kadar orosomukoid plasma semen 50 pria infertil rata-rata 1,8720 mg/dl. Setelah dilakukan analisis data dengan uji t keduanya berbeda nyata pada tingkat kepercayaan = 0,05. Jadi jelaslah bahwa kadar zat yang dapat bersifat imunosupresif di dalam plasma semen pria fertil lebih tinggi daripada pria infertil. Hasil ini menunjukkan bahwa tingginya orosomukoid plasma semen pria fertil mungkin menekan respon imun terhadap antigen-antigen spermatozoa, sehingga antibodi antisperma tidak terbentuk, dengan demikian spermatozoa, tanpa terganggu, dapat melakukan fertilisasi. Dari hasil penelitian kadar orosomukoid plasma semen pria infertil yang berbeda kecepatan spermatozoanya diketahui bahwa, 30 pria infertil yang spermatozoanya berkecepatan 1,2 detik/1/20 mm rata-rata 1,7617 mg/dl. setelah dilakukan analisis data dengan uji t ternyata kadar orosomukoid pada kedua keadaan itu tidak berbeda nyata pada tingkat keprcayaan = 0,05. Jadi dapat dikatakan bahwa orosomukoid, baik langsung maupun tidak langsung (lewat supresi pembentukan antibodi) agaknya tidak mempengaruhi kecepatan sperma.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1986
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harry Indradjit Soeharjono
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1981
S16535
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nita Yulianingsih
Abstrak :
Kebutuhan akan grinding ball yang cukup besar dan krisis ekonomi yang melanda indonesia membuat pengadaan grinding ball yang selama ini masih import menjadi penghambat industri dalam melakukan proses produksi. Oleh karena itu para pelaku bisnis lokal berusaha untuk memproduksi grinding ball ini sendiri salah satu perusahaan pengecoran terkemuka di Indonesia telah memproduksi grinding ball selama kurang lebih 20 tahun, tetapi uji coba di lapangan menunjukkan kwalitas produk yang kurang baik. Hal tersebut terlihat masih banyaknya grinding ball yang mengalami pecah sehingga perlu dilakukan analisa kerusakan untuk memperbaikinya. Penelitian ini menyelidiki karakterisasi grinding ball lokal hasil pengecoran. Analisis kerusakan ini menggunakan pembanding berupa grinding ball ex-import. Perbandingan yang dilakukan meliputi pengecoran visual, komposisi, kekerasan da struktur mikro. Pengujian ini menggunakan grinding ball dengan ukuran bermacam-macam yaitu 25 mm (1 inci), 50 mm(2 inci) dan 90 mm (3,5 inci). Hasil pengujian menunjukkan terdapatnya perbedaan antara kedua grinding ball tersebut. Pada pengamatan visual dari grinding ball ex-lokal didapat banyak cacat pada bagian tengah grinding ball tersebut. Cacat ini disebabkan oleh proses pengecoran yang kurang tepat dan atau proses perlakuan panas yang kurang tepat. Adanya cacat inilah yang menjadi penyebab kualitas grinding ball yang buruk. Perbedaan lain juga terlihat pada komposisi grinding ball tersebut. Hal ini dilihat dari kadar chromium yang cukup berbeda, dan juga kehadiran unsur mangan yang cukup membuat masalah. Perbedaan diatas sangat berpengaruh pada distribusi kekerasan dari grinding ball. Pemilihan terhadap desain proses pengecoran (casting) baik dan pengontrolan pola perlakuan panas sangat diperlukan. Ketidaktepatan dalam pemilihan dan pengontrolan kedua hal tersebut akan menghasilkan sifat mekanis yang tidak diinginkan dan dapat menimbulkan cacat pada produk.
2001
S41507
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
[, ]: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1979
S16418
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gresik: Semen Gresik, 1980
553.68 SEM
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>