Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Niluh Widiyaning
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian pengaruh lama perendaman (0, 15, 30, 45 dan 60 menit) setek batang kemuning (Murraya paniculata) dalam IAA 500 ppm terhadap pertumbuhan telah dilakukan di rumah kaca Jurusan Biologi FMIPA UI. Metode penelitian adalah rancangan acak kelompok, dengan 5 perlakuan lama perendaman (0, 15, 30, 45 dan 60 menit) dengan 6 ulangan. Uji nonparametrk Kruskal-Wallis pada taraf nyata a = 0,05 menunjukkan tidak adanya pengaruh nyata dari lama perendaman dalam larutan IAA 500 ppm terhadap jumlah tunas, berat basah dan berat kering setek. Rata-rata jumlah tunas banyak dijumpai pada perendaman selama 45 menit , yaitu 4,33. Rata-rata berat kening setek yang terbesar terjadi pada perendaman selama 30 menit, yaitu dan 486,6 mg, serta berat basah setek terbesar pada kontrol sebesar 950,1 mg. Perendaman selama 15 menit merupakan hasil yang paling rendah nilainya baik pada rata-rata jumlah tunas, berat basah serta berat kering setek dengan nilai rata-rata: 2,5; 690,1 mg dan 369,8 mg.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yanti Noorhayati
Abstrak :
Tunas apikal kecambah Paraseriant/ies falcataria (L.) Nielson ditanam pada medium MS yang mengandung I ppm NAA dan 6 ppm BAP selama 4 mlnggu. Tunas apikaf dan nodus kedua dart hasil penanaman dipotong menjadl setek I dan setek II, kemudiân ditanam pada medium MS dengan variast konsentrasl NM 3; 6 ; 9 ppm dan BAP 3; 6 ppm, selama 6 minggu. Tunas tumbuh pada semua perlakuan, kalus tumbuh pada sebaglan besar perlakuan, sedangkan akar tidak terbentuk pada semua periakuan. UJI non-parametrik Friedman menunjukkan bahwa perlakuan (perbedaan konsentrast fitohormon dan perbedaan setek) berpengaruh terhadap tinggl, Jumiah nodus, berat basah dan berat kering tanaman. TInggl tunas tertlnggi untuk setek I (46 mm) diperoieh pada P6 (6 ppm BAP + 6 ppm NM), sedangkan untuk setek 11(46 mm) pada P9 (3 ppm BAP + 9 ppm NM). Jumlah nodus dart penanaman setek I paling banyak (5 buah) didapat pada P3 (3 ppm BAP + 9 ppm NM) dan P6 (6 ppm BAP + 9 ppm NM) sedangkanuntuk setek 11(3,3 buah) pada P8 (3 ppm BAP + 6 ppm NM) dan P11 (6 ppm BAP + 6 ppm NM). Berat basah dan berat kering tertinggt setek I (0.1713 g dan 0.0333 g) dlperoieh pada P6(6 ppm BAP + 9 ppm NM), sedangkan untuk setek 11(0,1111 dan 0,0258) pada P8 (3 ppm BAP + 6 ppm NM). Pada penanaman setek I semua perlakuan menghasllkan satu tunas sedangkapada setek II sebafl perlakuan menghasiikan lebih dart satu tunas.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Pada (piper nigrum L ) merupakan salah satu komoditas ekspor penting bagi Indonesia......
BUTEPER
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ariyanti Oetari
Abstrak :
Jeruk nipis atau Citrus aurantifolia (Christm. & panz.) Swingle merupakan tanaman yang sangat bermanfaat baik sebagai bahan obat maupun sebagai bahan makanan. Pengadaannya di pasaran saat ini tidak sesuai dengan kebutuhan yang semakin meningkat. Oleh karena itu diperlukan pengadaan tanaman jeruk nipis dalam jumlah besar. Salah satu cara perbanyakan yang dapat dilakukan adalah dengan cara setek. Diketahui pula bahwa pemberian zat pengatur tumbuh IAA dapat merangsang pembentukan akar. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan setek C. aurantifolia dengan pemberian berbagai konsentrasi IAA dengan kisaran 100 ppm - 600 ppm dan lama perendaman 12 jam. Pertumbuhan yang diukur adalah: jumlah dan panjang akar yang terbentuk serta pertambahan berat basah tanaman. Hasil uji peringkat Bertanda Wilcoxon pada taraf nyata a = 0,05 menunjukkan adanya pengaruh IAA pada konsentrasi 400 ppm dan 500 ppm terhadap jumlah akar; konsentrasi IAA 400 ppm, 500 ppm, dan 600 ppm terhadap panjang akar, serta berbagai konsentrasi IAA terhadap pertambahan berat basah. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa IAA dapat meningkatkan sistem perakaran pada setek pucuk C. aurantifolia.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library