Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 79 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Felicia Kurniawan
Abstrak :
Proporsi kelompok usia remaja (10-19 tahun) di Indonesia sebesar 22,2 % dari total populasi, secara kuantitatif merupakan aset yang penting bagi pembangunan nasional di masa yang akan datang dan jika status kesehatan fisik dan mental mereka optimal akan menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Masa remaja merupakan masa transisi dari kanak-kanak ke masa dewasa di mana terjadi perubahan fisik (organobiologik), mental dan psikososial yang cepat. Pada saat ini remaja mempunyai sifat selalu ingin tahu, dan mempunyai kecenderungan mencoba hal-hal baru. Adanya perubahan organobiologik disertai ciri khas remaja menimbulkan berbagai masalah, yang diantaranya adalah masalah kesehatan reproduksi. Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Saat ini reproduksi remaja menjadi masalah karena angka kehamilan di luar nikah, aborsi, penyakit menular seksual dan pernikahan usia muda menunjukkan peningkatan yang bermakna. Melihat kompleksnya permasalahan kesehatan reproduksi serta dampaknya dalam menentukan kualitas hidup generasi berikutnya dan mendorong penulis untuk mengetahui sejauh mana perilaku seksual mahasiswa baru yang berusia 17-19 tahun Unika Atma Jaya serta hubungan antara pengetahuan kesehatan reproduksi, sikap terhadap kesehatan reproduksi dan lingkungan sosial mahasiswa baru tersebut dengan perilaku seksualnya. Hal ini berhubungan pula dengan akan dipersiapkannya mahasiswa Unika Atma Jaya, Jakarta menjadi sumber daya manusia berkualitas bagi pembangunan bangsa, sehingga harus mempunyai status kesehatan yang optimal, baik fisik maupun mental. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi tentang gambaran perilaku seksual dan hubungan antara pengetahuan, sikap dan lingkungan sosial dengan perilaku seksual remaja di antara mahasiswa baru Unika Atma Jaya, Jakarta yang berusia 17-19 tahun. Desain penelitian ini cross sectional. Alat pengumpul data berupa kuesioner dengan jumlah sampel 395 orang mahasiswa baru angkatan 2000/2001 dan belum menikah. Hipotesis penelitian adalah "Ada hubungan antara pengetahuan, sikap dan lingkungan sosial dengan perilaku seksual mahasiswa baru Unika Atma Jaya, Jakarta". Hasil penelitian menunjukkan 8,4 % mahasiswa pernah melakukan hubungan seksual. Dari hasil analisis bivariat dengan Pearson Chi Square, komunikasi dengan kelompok sebaya dengan p = 0,042 dan komunikasi dalam keluarga dengan p = 0,011 mempunyai hubungan yang bermakna dengan perilaku seksual mahasiswa. Analisis multivariat dengan multi regresi logistik diperoleh bahwa komunikasi dalam keluarga merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap perilaku seksual mahasiswa baru, setelah dikontrol variabel confounding jenis kelamin dan pendidikan ibu, dengan nilai p=0,007 dan OR =1,8. Artinya mahasiswa yang tidak aktif berkomunikasi dengan keluarga mempunyai kemungkinan untuk berperilaku seksual berisiko 1,8 kali lebih besar dari pada yang aktif berkomunikasi. Berdasarkan hasil penelitian itu kepada pimpinan Unika Atma Jaya, Jakarta disarankan agar diadakan seminar tentang kesehatan reproduksi bagi orang tua mahasiswa baru setiap tahun, melakukan pendidikan dan pelatihan kesehatan reproduksi melalui pendekatan kelompok sebaya dan menyediakan pelayanan kesehatan reproduksi remaja. Bagi peneliti lain disarankan untuk meneliti sejauh mana pengetahuan dan persepsi orang tua tentang kesehatan reproduksi serta kemampuannya berkomunikasi. Dan bagi pemerintah disarankan agar pendidikan kesehatan reproduksi diberikan di sekolah-sekolah, kegiatan Karang Taruna, pondok pesantren dan pengajian serta menyediakan informasi kesehatan reproduksi sebanyak-banyaknya melalui media massa. ......The Relationship between Knowledge, Attitude and Social Environment with Sexual Behavior in Students of Atma Jaya Indonesia Catholic University, Jakarta In 2000Quantitatively Indonesian age of 10-19 years (adolescence group) is an importance asset for the future national development since they reach up to 22.2 % from over population. Therefore the quality of their mental and physical healthy should be taken care of or event improved. Adolescent is a stage between childhoods to adulthood, when physicals, mental and psychosocial are changed rapidly. Within this adolescent stage has curiosity and tends to try new things. These changes can cause many problems. One of them is reproductive health. Reproductive health is a stage of complete physical, mental and social well being and not merely the absence of disease or infirmity in all matters relating to the reproductive system and to its functions and processes. At the present time adolescents reproductive is becoming serious problem because of the increasing rate of unwanted pregnancy and early childbirth, unsafe abortion and sexual transmitted diseases. Considering the complexity of reproductive health and its effect, the quality of life of next generation, so the writer interested to find out how far sexual behavior of the new student age of 17-19 years and also the relationship between their knowledge, attitude of reproductive health and their social environment with the sexual behavior. The research is conducted to obtain information about sexual behavior description and the relationship between their knowledge and attitude of reproductive health and their social environment with the sexual behavior of the new student age of 17-19 years. The research is cross sectional designed. The data is collected by questionnaires. The sample amount is 395 single new students year 2000/2001. The hypothesis is there are relationship between knowledge, attitude and social environment with sexual behavior of new student Atma Jaya University, Jakarta. The result shows 8.4 % students ever do sexual intercourse before. The bivariate analysis result of with Pearson Chi-Square, show that the communication with peers (p value = 0.042) and communication with family (p value = 0.011) have a significant correlation. Based on multivariate analysis with Logistic Regression the most significant correlation is communication with family which has p value = 0.007 and OR = 1.8, and controlled by sex and mother education. It means that the students who have not active communication with their family have sexual behavior risk 1.8 times higher than the other one. According to this research it is recommended to the head of Atma Jaya University to conduct a seminar about adolescent reproductive health for the parent of the new student every year, to educate and to train reproductive health with peer education and to provides a reproductive health service, such as counseling. For other researcher it is also recommended to research how far the knowledge and perception of parents about reproductive health and their communication ability. At last for the government it is suggested that reproductive health education should be taken at junior and senior high school, Karang Taruna activities, Pondok Pesantren and religious activities and provides more information of reproductive health in mass media.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T3720
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pease, Allan
Jakarta: Ufuk Press, 2006
305.3 ALL w
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Foley, Sallie
New York: Guilford Press, c2012.
613.95 FOL s (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
London: Taylor & Francis Group, 1995
362.1 SEX
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Freberg, Laura
Boston: Cengage, 2019
612.8 FRE d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Susanti
Abstrak :
Skripsi ini membahas tentang Hubungan jenis Kelamin, Keterpaparan Media dan Pengaruh Teman Sebaya dengan Perilaku Seksual Remaja di SMPN 6 Palolo Sulawesi Tengah Tahun 2012. Jenis penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Jumlah sampel 116 (Total Sampling). Hasil penelitian memperlihatkan sebagian besar (79,3%) Responden mempunyai perilaku seksual berisiko dan hampir seluruhnya (98,3%) sudah terpapar oleh media porno, terpengaruh oleh teman sebaya sebanyak (91.4%). Dari ketiga variabel yang diteliti satu variabel (jenis Kelamin) yang ada hubungan dengan perilaku seksual berisiko. Variabel keterpaparan media dan pengaruh teman sebaya tidak ada hubungan dengan perilaku seksual berisiko, hal ini disebabkan karena untuk kedua variabel tersebut responden cenderung homogen. ......This thesis discusses the types of Gender Relations, Media Exposure and Influence Friends peer with Sexual Behavior of Youth in Central Sulawesi palolo SMPN 6 2012. This type of quantitative research with cross sectional design. Number of samples 116 (Total Sampling). The results showed the majority (79.3%) respondents had a risky sexual behavior and nearly all (98.3%) had been exposed to pornographic media, influenced by peers as much (91.4%). Of the three variables studied one variable (type of sex) in connection with risky sexual behavior. Variable media exposure and peer influence has nothing to do with sexual risk behavior, this was due to both the respondents tend to be homogeneous variables.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ria Jusmitasari
Abstrak :
Remaja mengalami berbagai perubahan dan perkembangan demikian juga remaja tunagrahita. Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran perilaku seksual remaja tunagrahita di SMPLB dan SMALB Jakarta Timur tahun 2013. Penelitian ini dilakukan dengan metode cross-sectional dengan sampel sebanyak 105 remaja tunagrahita di SMPLB dan SMALB Jakarta Timur. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan menggunakan kuisioner. Hasil penelitian ini mendapatkan 69,5% remaja tunagrahita berperilaku seksual berisiko. Reponden remaja tunagrahita yang memiliki perilaku seksual berisiko lebih besar pada : remaja perempuan (91,7%), remaja dengan tingkat pengetahuan tinggi (74,5%), remaja bersikap tidak permisif (77,6%), remaja yang tidak terpapar media pornografi (85,7%), remaja yang terpapar materi pornografi melalui media elektronik (48%), remaja yang terpapar materi pornografi dengan frekuensi jarang (56,3%), remaja tidak berpengaruh teman sebaya (78,4%), remaja dengan perilaku seksual berisiko tidak pernah diberikan informasi topik kesehatan reproduksi oleh orangtua (72%). Perlunya penanganan yang intensif dari seluruh pihak baik orang tua, dinas pendidikan dasar, sekolah, dinas kesehatan dalam pelayanan kesehatan remaja tunagrahita agar remaja dapat bertanggung jawab terhadap kesehatan reproduksinya.
Adolescent experiencing many changes and developments as well as adolescent mental retardation. This study aims to know the description adolescent sexual behavior SMALB and SMPLB mental retardation in East Jakarta in 2013. This study was conducted using a cross-sectional study, sample of 105 adolescents with mental retardation in SMPLB and SMALB East Jakarta. Collecting data directly from respondents interviewed using a questioner. Results of this study 69.5% of adolescent mental retardation get risky sexual behavior. Mental retardation adolescent respondents who have a greater sexual risk behavior on: adolescent girls (91.7%), adolescents with a high level of knowledge (74.5%), adolescents being so permissive (77.6%), adolescents are not exposed to pornographic media (85.7%), adolescents are exposed to pornographic material through electronic media (48%), adolescents are exposed to pornographic material with uncommon frequency (56.3%), had no effect teen peers (78.4%), adolescents parents (72%). The need for intensive treatment of all parties, both parents, basic education department, schools, health services in the health services for teens teen mental retardation may be responsible for reproductive health.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S52872
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Ardillah Pratiwi
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara sikap terhadap perilaku seksual dengan konformitas terhadap teman sebaya pada remaja madya. Pada sikap terhadap perilaku seksual, peneliti menggunakan tiga komponen sikap dari Myers (1996), yaitu kognitif, afektif, dan konatif. Perilaku seksual, yang merupakan obyek sikap, disusun berdasarkan teori Duvall dan Miller (1985), yaitu: bersentuhan, berciuman, bercumbu, dan hubungan seksual. Sedangkan domain konformitas terhadap teman sebaya disusun berdasarkan alasan untuk melakukan dan tidak melakukan konformitas (Baron & Byrne, 2003). Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan disain korelasional. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 132 orang dengan rentang usia 15 - 18 tahun. Nilai korelasi sebesar .002 (p = .978) diperoleh melalui korelasi Pearson's Product- Moment Artinya, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara sikap terhadap perilaku seksual dengan konformitas terhadap teman sebaya. Analisis tambahan mendapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan sikap terhadap perilaku seksual yang signifikan ditinjau dari jenis kelamin. Selain itu, juga diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sikap terhadap perilaku seksual dengan sejarah pacaran. Pada konformitas terhadap teman sebaya, diketahui bahwa terdapat perbedaan konformitas terhadap teman sebaya yang signifikan ditinjau dari usia, asal sekolah, dan kelas partisipan.
The purpose of this study is to examine the correlation between attitudes toward sexual behavior with peer conformity in middle adolescence. To measure attitude, the researcher uses Myer's (1996) components of attitude, which are cognitive, affective, and behavior. Sexual behavior, which is the object of attitude, is arranged according to Duvall and Miller's (1985) types of sexual behavior, which are: touching, kissing, petting, and sexual intercourse. While domains of peer conformity arranged by reasons to conform and not to conform (Baron & Byrne, 2003). The design of this research is correlational-quantitative. The participants of this research are 132 middle adolescents with age ranging from 15 - 18 years old. The Pearson's Product-Moment is .002 (p = .978). This result indicates that there was no significant correlation between attitudes toward sexual behavior with peer conformity. The other result showed that there is a significant difference in attitudes toward sexual behavior between sexes. It also revealed that there was significant correlation between attitudes toward sexual behavior with the number of dating, that participant had been through. For peer conformity, the result described that there was significant difference in peer conformity between ages, schools, and classes.
Depok: Universitas Indonesia, 2008
306.7 PRA h
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Didin Sudirman
Abstrak :
Tesis ini mengungkapkan permasalahan sejauh mana sikap narapidana/tahanan terhadap perilaku seksualnya. Seperti diketahui bahwa di dalam Lembaga Pemasyarakatan/Rumah Tahanan Negara (Lapas/Rutan) setiap narapidana/tahanan mengalami perlakuan berupa pembatasan kebebasan bergeraknya. Sedangkan kebutuhan seksual adalah merupakan kebutuhan primer manusia yang selalu menuntut pemenuhannya. Oleh karena itu diperkirakan akan terdapat penyimpangan perilaku bagi mereka yang sementara waktu "terpaksa" harus menghuni Lapas/Rutan. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan populasi target 6 (enam) institusi yakni Lapas Kelas I Cipinang, Lapas Kelas I Tangerang, Lapas Kelas I Cirebon, Lapas Kelas IIA Soekarno-Hatta Bandung, Rumah Tahanan Negara Kelas I Jakarta Pusat dan Rumah Tahanan Negara Kelas I Bandung. Sedangkan populasi survei sebanyak 5.487 (lima ribu empat ratus delapan puluh tujuh) orang dengan sampel sebanyak 192 (seratus sembilan puluh dua) responden. Penarikan sampel ditetapkan dengan tehnik "probability sampling" dan tehnik pengumpulan data digunakan melalui kuesioner dan wawancara. Penelitian ini menggunakan paradigma "fakta sosial" dari E. Durkheim dengan pendekatan positivisme dan teori yang digunakan adalah teori fungsionalisme struktural yang meliputi teori system dari Talcot Parson, teori anomie dari Robert K. Merton dan teori pertukaran sosial dari M. Blau, yang pada dasarnya berpendapat bahwa struktur sosial sangat berpengaruh terhadap perilaku manusia. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa "pemenjaraan" (pemasukan orang-orang ke dalam Lapas/Rutan) membawa dampak terhadap cara mereka memenuhi kebutuhan seksualnya yang meliputi perbuatan masturbasi (celana besukan), homoseksual, bestiality dan lain-lain serta berdampak terhadap cara mereka memperoleh obyek seksualnya yang normal. Hal yang terakhir berkaitan dengan proses "akomodasi" yang dilakukan dengan para petugas Lapas/Rutan.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T7031
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rikawarastuti
Abstrak :
Perilaku seksual dapat merugikan anak jalanan karena akan memunculkan masalah kesehatan seperti kehamilan yang tidak diiginkan, abortus yang tidak aman, serta meningkatnya risiko untuk terkena Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk HIV/AIDS. Selain itu, dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan anak jalanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual pada anak jalanan di Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Medan dengan menggunakan data Save the Children yang didukung oleh USAID. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase perilaku seksual anak jalanan sebesar 6,9%. Faktor yang dominan mempengaruhi perilaku seksual adalah umur, kota, tempat tinggal, penggunaan napza, dan konsumsi rokok. Dari penelitian ini disarankan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut menggunakan desain penelitian dengan teknik pengambilan sampel systematic snow balling. Bagi LSM Pendampingan Anak Jalanan melakukan program penyuluhan kesehatan reproduksi menjadi agenda utama bagi anak jalanan secara intensif, konsisten, dan berkelanjutan. Dan, bagi lembaga donor agar memprioritaskan dana bantuan bagi pemberdayaan anak jalanan di kota Bandung dan Jakarta yang lebih memiliki peluang untuk terjadinya perilaku seksual. ......Sexual behavior can give disadvantage among street children because it will be a health problem like unwanted pregnant, unsafe abortion, and increasing risk to Sexual Transmitted Diseases (STDs) include HIV/AIDS. And also it can be cause retardation for growing up and development. This study has aimed to know the factors that association with the sexual behavior among street children in Jakarta, Bandung, Surabaya, and Medan using data from Save the Children with supported by USAID. The result of this study showed that percentage of the sexual behavior is 6,9%. The dominant factors that influence the sexual behavior are age, city, shelter, using napza, and cigarette consume. From this study, it has suggested to conduct the continue study using systematic snow balling sampling. For the NGO (Non Government Organization) like Save the Children could be done by communication, information, education of reproduction health with intensive, consistent, and continuity. And, for funding agencies, they have to be priority to empowerment among street children in Bandung and Jakarta that they have a chance to occur the sexual behavior. References: 33 (1996 - 2003).
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T 11316
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8   >>