Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
Tarigan, Henry Guntur
Jakarta: Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1975
499.221 TAR m
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Tarigan, Henry Guntur
Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1978
899.224 66 TAR u
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Sinaga, Rosmaida
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai pergolakan di Simalungun yang belangsung pada awal Maret 1946. Pergolakan yang terjadi di Simalungun merupakan dampak dari persaingan antara pribumi dengan migran.Penelitian ini menggunakan teori collective action dari Charles Tilly. Teori ini kemudian ditempatkan dalam kerangka metodologi strukturis yaitu suatu metodologi yang berusaha mengungkapkan realitas peristiwa berdasarkan sumber sejarah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pergolakan di Simalungun merupakan ledakan akumulasi dari ketidakpuasan masyarakat Batak Simalungun terhadap Batak Toba yang mendominasi segala aspek kehidupan yang menimbulkan kesenjangan sosial. Kekuatan sosial Batak Simalungun terdesak oleh kekuatan sosial Batak Toba yang sumber manusianya lebih baik, karena Batak Toba lebih dulu mengenyam pendidikan yang ditawarkan zending. Berbeda halnya dengan Batak Simalungun yang terisolasi di pedalaman, sama sekali tidak tersentuk pendidikan. Akibatnya mereka tidak mampu mengisi lowongan kerja yang ditawarkan pemerintah Hindia Belanda dan pengusaha perkebunan. Dengan demikian mereka tidak dapat berpartisipasi dalam pembangunan di daerahnya. Hal ini...
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2001
T37540
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Saragih, Subatrio Pardamean
Abstrak :
Tesis ini menganalisa konstruksi identitas etnis Simalungun pada proses pemekaran Kabupaten Simalungun tahun 2002 sampai 2014. Tesis ini mempertanyakan bagaimana etnis Simalungun bereaksi atas upaya pemekaran Kabupaten Simalungun sebagai suatu fenomena yang muncul pasca runtuhnya Orde Baru, dimana melalui desentralisasi dan otonomi daerah terbuka peluang bagi daerah untuk membentuk daerah otonomi baru. Etnis Simalungun menolak pemekaran yang kemudian mendorong etnis Simalungun untuk melakukan konstruksi identitas dimana hal itu dapat dipandang sebagai salah satu strategi politik identitas etnis Simalungun.
Penelitian kualitatif ini menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Informan penelitian ini terdiri dari 3 (tiga) orang yaitu (1) tokoh Simalungun yang mendukung pemekaran (2) tokoh Simalungun yang menolak pemekaran dan (3) seorang budayawan Simalungun. Tesis ini menggunakan konsep identitas kelompok dan politik identitas yang dipaparkan oleh Manuel Castells (2010).
Hasil analisa dari tesis ini menunjukkan bahwa konstruksi identitas etnis Simalungun muncul karena adanya potensi kerugian kultural dan ekonomi yang akan etnis Simalungun alami apabila Kabupaten Simalungun dimekarkan. Dimana apabila dilihat dari sejarah panjang dinamika pergulatan identitas etnis Simalungun dalam jangka waktu 100 tahun terakhir yang membuat etnis Simalungun selalu dalam rebutan pengaruh yang datang dari luar dirinya (pendatang) dan hal itu menimbulkan ?kegamangan‟ bagi orang Simalungun akan masa depannya di tanah leluhurnya sendiri. Dan ditemukan juga adanya potensi konflik akibat penerapan politik identitas pada proses pemekaran Kabupaten Simalungun.
......
This thesis analyzes the construction of ethnic Simalungun identities in the process of expansion Simalungun (2002 to 2014). This study questioned how ethnic Simalungun react on expansion efforts Simalungun as a phenomenon which is arise after the collapse of the New Order, which through decentralization and regional autonomy is an opportunity for regions to form a new regional outonomy. Ethnic Simalungun reject the expansion then pushed them to construct its identity where it can be seen as one strategy of political identity of ethnic Simalungun.
This qualitative study using interviews, observation, and documentation. Informants this study consisted of three (3) members, namely (1) Simalungun figure that supports the division (2) Simalungun figures who reject division, and (3) a humanist Simalungun. This thesis uses the concept of group identity and identity politics were presented by Manuel Castells (2010).
Results of analysis of this thesis shows that the construction of ethnic identities Simalungun arise because of the cultural and economic potential losses that will be experienced when Simalungun divided. Wherein when seen from a long history of ethnic identity Simalungun struggle dynamics within the last 100 years that makes ethnic Simalungun always in a struggle influences coming from outside himself (immigrants) and it gives rise to 'uncertainty' for people Simalungun his future in his own ancestral land. And there is also the potential for conflict as a result of the application of identity politics in the process of expansion Simalungun.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Siregar, Bahren Umar
Jakarta : Pusat Bahasa Depdiknas, 2001
499.221 SIR f (1)
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Tarigan, Henry Guntur
Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan RI, 1979
398.9 TAR u
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Tarigan, Henry Guntur
Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1980
899.224 66 TAR p
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Purnama Rika Perdana
Abstrak :
Disertasi ini membahas dinamika nama-nama marga masyarakat Simalungun yang dianalisis dengan menerapkan teori antroponimi. Minimnya penelitian Antroponimi mengenai nama-nama marga di Indonesia menjadi salah satu pertimbangan dalam melakukan penelitian di samping untuk turut melestarikan budaya Nusantara. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bertujuan untuk menjelaskan alasan-alasan terjadinya dinamika perubahan penggunaan nama marga Simalungun dari masa ke masa. Data pada penelitian ini berupa nama-nama marga/submarga Simalungun yang dihimpun dari sejumlah nama-nama masyarakat Simalungun. Sebanyak 1600 nama yang terjaring dalam penelitian ini diperoleh dari salinan Kartu Keluarga yang resmi diterbitkan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Simalungun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan nama marga Simalungun terjadi karena berbagai alasan, antara lain (a) pernikahan, (b) lingkungan tempat tinggal, (c) mobilisasi penduduk. Pewarisan marga secara turun temurun menunjukkan adanya sebuah tradisi yang terjaga dalam suatu masyarakat. Keberagaman nama marga menunjukkan kekayaan budaya sekelompok etnik yang sarat akan adat istiadatnya. Marga yang merupakan warisan budaya Simalungun telah terbukti mampu bertahan melampaui zaman.
The theses examines the dynamics of margas (clan names) of the Batak Simalungun analyzed by using anthroponymy theory. Besides preserving culture of Nusantara, the lack of anthroponymy research on clan names in Indonesia becomes one of my considerations in conducting this research. This qualitative research is aimed at explaining the reasons behind the dynamics and the changing of the Batak Simalungun clan names from time to time. Data in this study consists of marga/submarga collected from a number of Simalungun people`s names. 1600 names are taken from Kartu Keluarga or Family Card issued by Population and Civil Registration Agency (Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Simalungun). The results show that changes in Batak Simalungun`s marga occur due to some reasons such as (a) marriage, (b) the environment where people live, and (c) people mobilization. The process of inheritance marga to the descendant shows that local wisdom and old traditions are still preserved in a certain group or society until today. In addition, the diversity of Batak Simalungun`s clan names also shows the richness of custom of this ethnic group. Marga or clan name as a cultural heritage of Simalungun has been proven to be able to survive through the ages.
Depok: Universitas Indonesia, 2019
D2598
UI - Disertasi Membership Universitas Indonesia Library
Maria Immaculatus Djoko Marihandono
Bogor: Akademika, 2009
959.812 DJO s
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Sianipar, Tio Masa Elnitin
Abstrak :
ABSTRAK
Kepemimpinan perempuan menjadi isu publik yang selalu diperbincangkan, dan telah memancing polemik dan debat antara yang pro dan kontra terhadap pemimpin perempuan dalam sebuah negara. Persoalan kepemimpinan perempuan juga selalu menarik untuk diminati, bahkan dewasa ini semakin banyak ilmuan atau peneliti lebih memfokuskan diri pada pengkajian kepemimpinan perempuan secara khusus. Sebagaimana dalam penelitian ini mengkaji jauh bagaimana gaya kepemimpinan permpuan dilembaga legislatif.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisa peran kepemimpinan dan partisipasi politik ibu Rospita Sitorus di tingkat legislatif, serta untuk menganalisa kepemimpinan perempuan di DPRD Kabupaten Simalungun sebelum dipimpin vigur perempuan. Hasil penelitian ini menemukan bahwa rendahnya keterlibatan peempuan baik dalam infrastruktur politik maupun dalam suprastruktur politik berpangaruh dalam kebijakan bias gender, masih melekatnya budaya patriarki di Kabupaten Simalungun tersebut dan juga kepemimpinan Rospita Sitorus lebih mengarah ke kepemimpinan transformsional. Hasil penelitian ini menunjukan perlunya peningkatan kepemimpinan perempuan di legislatif dengan harapan mampu memberikan pengaruh positif dalam menyusun sebuah kebijakan untuk masyarakat terkhusus kepentingan perempuan.
ABSTRACT
Women's leadership became public issues are always discussed, and has provoked polemics and debate between the pros and cons of women leaders in the country. The issue of women's leadership also always interesting to demand, even today more and more scientists or researchers focused more on the assessment of women's leadership in particular. As in this study examine further how permpuan instituted legislative leadership style. The purpose of this study was to identify and analyze the role of leadership and political participation Rospita Sitorus at the legislative, as well as to analyze the leadership of women in Parliament Simalungun before her. The results of this study found that the lack of involvement of women both in the political infrastructure as well as in the political superstructure. And this, influential in gender policy and still attached to the patriarchal culture in Simalungun. Then, Rospita Sitorus is a transformsional leadership. These results indicate the need to increase women's leadership in the legislature, with the hope to provide a positive influence in the decision making for the community especially those of women's interests.
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library