Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Cambridge, UK: Harper Collins, 1989
930.1 MEA
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Glenn Dinov Harun Pangestu
"Gereja Katolik Santo Yoseph merupakan sebuah bangunan peribadatan yang terletak di Matraman, Jakarta Timur. Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui aspek arsitektural bangunan gereja ini Melalui pendekatan arkeologi, penelitian ini menganalisis struktur, desain, dan elemen-elemen arsitektural gereja untuk memahami konteks budaya dan religius yang membentuk pembangunan gereja tersebut. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui hubungan antara arsitektur dengan praktik ibadah dan peran gereja dalam kehidupan beragama. Metode dalam penelitian ini melibatkan analisis arkeologi yang dikemukakan oleh Sharer dan Ashmore. ata primer dan sekunder dikumpulkan dan dianalisis untuk mengungkapkan makna dan fungsi yang terkait dengan aspek arsitektur gereja Santo Yoseph Matraman. Konsep-konsep teoritis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi simbolisme arsitektur gereja, makna ritus keagamaan, dan hubungan antara ruang fisik dan praktik keagamaan. Mengungkapkan bahwa komponen-komponen arsitektur bangunan tersebut memiliki makna-makna yang relevan dengan aktivitas keagamaan, seperti simbolisme dalam fasad, denah, lantai, dan fasad bangunan. Selain itu, komponen-komponen arsitektur tersebut juga berperan penting dalam mendukung berbagai kegiatan keagamaan, termasuk perayaan Ekaristi, Prosesi Sakramen Mahakudus, dan Ziarah Maria Fatima.

Santo Yoseph Catholic Church is a worship building located in Matraman, East Jakarta. The aim of this research is to determine the architectural aspects of this church building. Using an archaeological approach, this research analyzes the structure, design and architectural elements of the church to understand the cultural and religious context that shaped the construction of the church. This research also aims to determine the relationship between architecture and worship practices and the role of churches in religious life. The method in this research involves archaeological analysis proposed by Sharer and Ashmore. Primary and secondary data were collected and analyzed to reveal the meaning and function related to the architectural aspects of the Santo Yoseph Matraman church. The theoretical concepts used in this research include the symbolism of church architecture, the meaning of religious rites, and the relationship between physical space and religious practice. Revealing that the architectural components of the building have meanings that are relevant to religious activities, such as symbolism in the facade, floor plan, and building facade. Apart from that, these architectural components also play an important role in supporting various religious activities, including the celebration of the Eucharist, the Procession of the Blessed Sacrament, and the Pilgrimage of Mary Fatima."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Glenn Dinov Harun Pangestu
"Gereja Katolik Santo Yoseph merupakan sebuah bangunan peribadatan yang terletak di Matraman, Jakarta Timur. Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui aspek arsitektural bangunan gereja ini Melalui pendekatan arkeologi, penelitian ini menganalisis struktur, desain, dan elemen-elemen arsitektural gereja untuk memahami konteks budaya dan religius yang membentuk pembangunan gereja tersebut. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui hubungan antara arsitektur dengan praktik ibadah dan peran gereja dalam kehidupan beragama. Metode dalam penelitian ini melibatkan analisis arkeologi yang dikemukakan oleh Sharer dan Ashmore. ata primer dan sekunder dikumpulkan dan dianalisis untuk mengungkapkan makna dan fungsi yang terkait dengan aspek arsitektur gereja Santo Yoseph Matraman. Konsep-konsep teoritis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi simbolisme arsitektur gereja, makna ritus keagamaan, dan hubungan antara ruang fisik dan praktik keagamaan. Mengungkapkan bahwa komponen-komponen arsitektur bangunan tersebut memiliki makna-makna yang relevan dengan aktivitas keagamaan, seperti simbolisme dalam fasad, denah, lantai, dan fasad bangunan. Selain itu, komponen-komponen arsitektur tersebut juga berperan penting dalam mendukung berbagai kegiatan keagamaan, termasuk perayaan Ekaristi, Prosesi Sakramen Mahakudus, dan Ziarah Maria Fatima.

Santo Yoseph Catholic Church is a worship building located in Matraman, East Jakarta. The aim of this research is to determine the architectural aspects of this church building. Using an archaeological approach, this research analyzes the structure, design and architectural elements of the church to understand the cultural and religious context that shaped the construction of the church. This research also aims to determine the relationship between architecture and worship practices and the role of churches in religious life. The method in this research involves archaeological analysis proposed by Sharer and Ashmore. Primary and secondary data were collected and analyzed to reveal the meaning and function related to the architectural aspects of the Santo Yoseph Matraman church. The theoretical concepts used in this research include the symbolism of church architecture, the meaning of religious rites, and the relationship between physical space and religious practice. Revealing that the architectural components of the building have meanings that are relevant to religious activities, such as symbolism in the facade, floor plan, and building facade. Apart from that, these architectural components also play an important role in supporting various religious activities, including the celebration of the Eucharist, the Procession of the Blessed Sacrament, and the Pilgrimage of Mary Fatima."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Josa Morina
"Sebagai penyair simbolis, Rimbaud menggunakan gaya bahasa dan perlambangan untuk membangkitkan imajinasi pada puisinya. Hal itu hadir pada puisi Voyelles (1871). Terdapat berbagai penelitian terdahulu yang mengkaji puisi itu. Luasnya ruang interpretasi makna dalam puisi itu adalah salah satu alasannya. Untuk melanjutkan diskusi ilmiah terkait puisi Voyelles, penelitian ini menawarkan kebaruan dengan topik konstruksi utopia. Tujuan penelitian ini adalah memaparkan bagaimana utopia dibangun pada puisi itu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan struktural-semiotika. Penelitian ini menemukan bahwa puisi itu menyampaikan keinginan atas suatu keadaan ideal yang sulit dicapai. Ditemukan pula unsur pesimisme terhadap realitas serta kompleksitas dalam pembentukan utopia pada puisi itu. Utopia pada puisi itu diwakili oleh warna putih dan dibangun melalui simbolisasi warna spektral primer sebagai elemen pembentuk. Puisi itu menekankan peran keseimbangan dan keselarasan antara manusia, alam, ilmu pengetahuan, dan transformasi dalam pembentukan utopia. Utopia yang hadir pada puisi itu digambarkan sebagai akhir dari berbagai permasalahan yang dialami oleh masyarakat Prancis pada abad ke-19.

As a symbolist poet, Rimbaud used figurative languages and imagery to evoke imagination through his poetry, as found in Voyelles (1871). Various research had been conducted to examine said poem due to its wide scope of interpretation regarding its meaning. In order to continue the discussion about Voyelles, this study offers a novelty by carrying out the construction of utopia as its topic. This study aims to explain how utopia is constructed in the poem, as well as to describe said utopia. The method used in this study is a qualitative method with a structural-semiotic approach. This study shows that the poem conveys the desire for an ideal state that is difficult to achieve. Pessimism and complexity are also found in the formation of utopia in the poem. The utopia in the poem is represented by the colour white and is constructed through symbolization of the primary spectral colours as its forming element. The poem emphasizes the role of balance and harmony between humans, nature, science, and transformation in the formation of utopia. The utopia constructed in the poem is described as the end of the various problems experienced by the French society throughout the 19th century."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Shafwa Farsya Kamila
"Film Dune 1 dan 2 adalah sebuah film yang mengadaptasi dari novel fiksi ilmiah karya Frank Herbert (1965) film ini disutradarai oleh Denis Villeneuve dan diproduksi pada tahun 2021 dan 2023. Fokus utama penelitian ini adalah bagaimana penggunaan elemen dari budaya masyarakat gurun h, seperti pakaian tradisional dan istilah-istilah bahasa yang mengadopsi tradisi dan bahasa Arab-Islam. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif melalui analisis visual dan studi literatur, penelitian ini berupaya untuk mengungkap bagaimana elemen-elemen tersebut diintegrasikan dalam narasi dan estetika film serta dampaknya terhadap persepsi budaya masyarakat gurun. penelitian ini menggunakan teori representasi budaya oleh Stuart Hall. Teori representasi Hall digunakan untuk memahami bagaimana film Dune mencerminkan dan merepresentasikan simbolisme budaya masyarakat gurun, Film Dune 1 dan 2 (2021 & 2023) telah banyak mendapatkan apresiasi di berbagai ajang penghargaan film internasional, salah satunya berhasil mendapatkan enam kategori piala Oscar pada tahun 2022. Penelitian ini menemukan adanya kepaduan kostum dan bahasa dalam budaya masyarakat gurun yang digunakan sebagai media representatif dalam film ini. Representasi tersebut tampak dari bagaimana identitas ketimurtengahan direkonstruksi melalui simbol-simbol visual dan linguistik. Semoga penelitian ini dapat menghasilkan wawasan ilmiah yang lebih luas dan bermanfaat dalam studi kritik film.

The films Dune 1 and Dune 2 are adaptations of Frank Herbert’s 1965 science fiction novel. Directed by Denis Villeneuve, the films were released in 2021 and 2023. The primary focus of this study is on how elements of desert culture, such as traditional clothing and linguistic terms inspired by Arabic-Islamic traditions, are utilized. By employing a qualitative approach through visual analysis and literature review, this research seeks to uncover how these elements are integrated into the films’ narratives and aesthetics, as well as their impact on perceptions of desert culture. This study applies Stuart Hall’s theory of cultural representation to understand how the Dune films reflect and represent the symbolism of desert culture. Dune 1 and Dune 2 (2021 & 2023) have garnered widespread acclaim at various international film awards, including winning six Oscars in 2022. The findings reveal a cohesive integration of costumes and language rooted in desert culture, serving as representative mediums within the films. This representation is evident in the reconstruction of Middle Eastern identity through visual and linguistic symbols. It is hoped that this research will contribute to broader and more meaningful scientific insights in the field of film criticism"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2025
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Shafwa Farsya Kamila
"Film Dune 1 dan 2 adalah sebuah film yang mengadaptasi dari novel fiksi ilmiah karya Frank Herbert (1965) film ini disutradarai oleh Denis Villeneuve dan diproduksi pada tahun 2021 dan 2023. Fokus utama penelitian ini adalah bagaimana penggunaan elemen dari budaya masyarakat gurun h, seperti pakaian tradisional dan istilah-istilah bahasa yang mengadopsi tradisi dan bahasa Arab-Islam. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif melalui analisis visual dan studi literatur, penelitian ini berupaya untuk mengungkap bagaimana elemen-elemen tersebut diintegrasikan dalam narasi dan estetika film serta dampaknya terhadap persepsi budaya masyarakat gurun. penelitian ini menggunakan teori representasi budaya oleh Stuart Hall. Teori representasi Hall digunakan untuk memahami bagaimana film Dune mencerminkan dan merepresentasikan simbolisme budaya masyarakat gurun, Film Dune 1 dan 2 (2021 & 2023) telah banyak mendapatkan apresiasi di berbagai ajang penghargaan film internasional, salah satunya berhasil mendapatkan enam kategori piala Oscar pada tahun 2022. Penelitian ini menemukan adanya kepaduan kostum dan bahasa dalam budaya masyarakat gurun yang digunakan sebagai media representatif dalam film ini. Representasi tersebut tampak dari bagaimana identitas ketimurtengahan direkonstruksi melalui simbol-simbol visual dan linguistik. Semoga penelitian ini dapat menghasilkan wawasan ilmiah yang lebih luas dan bermanfaat dalam studi kritik film.

The films Dune 1 and Dune 2 are adaptations of Frank Herbert’s 1965 science fiction novel. Directed by Denis Villeneuve, the films were released in 2021 and 2023. The primary focus of this study is on how elements of desert culture, such as traditional clothing and linguistic terms inspired by Arabic-Islamic traditions, are utilized. By employing a qualitative approach through visual analysis and literature review, this research seeks to uncover how these elements are integrated into the films’ narratives and aesthetics, as well as their impact on perceptions of desert culture. This study applies Stuart Hall’s theory of cultural representation to understand how the Dune films reflect and represent the symbolism of desert culture. Dune 1 and Dune 2 (2021 & 2023) have garnered widespread acclaim at various international film awards, including winning six Oscars in 2022. The findings reveal a cohesive integration of costumes and language rooted in desert culture, serving as representative mediums within the films. This representation is evident in the reconstruction of Middle Eastern identity through visual and linguistic symbols. It is hoped that this research will contribute to broader and more meaningful scientific insights in the field of film criticism"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2025
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Salsabila
"ABSTRACT
This undergraduate thesis discusses how grief in the movie A Single Man (2009) is represented through several elements. The elements are: the contradicting use of colours for the background of the movie, the symbolism of water, and the suicidal thought. The technique of film analysis and Sigmund Freuds psychoanalysis are used to analyse them. Aside from the elements, this study also explores the idea on how such bereavement is influenced by the main protagonists gender and sexual preference. Therefore, this study also highlights the interaction between George Falconer and other people, particularly Charley and Kenny. It is then concluded that George could only grief in private as he is forced to silence his grief due to his gender and sexual orientation.

ABSTRACT
Skripsi ini membahas bagaimana rasa duka dalam film A Single Man (2009) direpresentasikan melalui beberapa elemen. Unsur-unsur tersebut adalah: penggunaan warna yang bertentangan untuk latar belakang film, simbolisme air, dan pemikiran bunuh diri. Teknik analisis film dan psikoanalisis Sigmund Freud digunakan untuk menganalisisnya. Selain unsur-unsur, penelitian ini juga mengeksplorasi ide tentang bagaimana berkabung seperti itu dipengaruhi oleh gender protagonis utama dan preferensi seksual. Oleh karena itu, penelitian ini juga menyoroti interaksi antara George Falconer dan orang lain, terutama Charley dan Kenny. Kemudian disimpulkan bahwa George hanya bisa berduka secara pribadi karena ia terpaksa membungkam kesedihannya karena gender dan orientasi seksualnya."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia
"ABSTRAK
Penelitian ini bermaksud membuktikan adanya simbolisme dalam Afresh al-Oubbah (1981) yang ditulis oleh Najib Mahfuz pada fase ketiga dalam karir penulisan novel-novelnya yaitu pada fase simbolis.Masalah yang diteliti dalam studi ini adalah unsur-unsur intrinsik dari novel ini, yaitu, tokoh dan penokohan, sudut pandang, latar serta tema dan amanat yang diduga mengandung simbolisme.Kerangka teori yang digunakan adalah simbolis dan novel simbolis.. Simbolisme adalah penggunaan simbol-simbol dalam karya sastra dalam bentuk penggunaan citraan (pengimajian) yang kongkret untuk mengungkapkan perasaan atau gagasan yang abstrak.Novel simbolis merupakan novel yang mengandung makna-makna simbolis yang diciptakan pengarang untuk menyajikan suatu kisah secara lebih singkat namun padat dan penuh makna. Realisasi simbolisme dalam novel tampak pada unsur-unsur intrinsik.Hasil penelitian ini membuktikan bahwa novel ini memang merupakan novel simbolis karena selain novel ini ditulis pada face simbolis dalam karir Mahfuz, judul serta isi cerita pun memperlihatkan adanya simbolisme. Penggunaan simbol-simbol yang membangun cerita novel ini terkandung dalam unsur-unsur tokoh dan penokohan, sudut pandang, latar, serta tema dan amanat.

"
1996
S13189
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lapian, Anna Arnisawati
"Simbolisme merupakan sebuah aliran atau mazhab kesusastraan yang menggunakan simbol-simbol untuk memberi sugesti kepada pembaca tentang apa yang ingin disampaikan sang pengarang. Aliran ini diminati beberapa penyair Cina, salah satunya adalah Xu Zhimo yang hidup pada awal abad ke-20 Cina. Saat itu merupakan sebuah periode di mana Cina sedang bertransformasi ke masa modern dan mengalami perubahan-perubahan besar dalam berbagai bidang, salah satunya yaitu sastra. Dari berbagai mazhab susastra yang memasuki Cina, romantisme dan simbolisme adalah yang paling dikenal. Xu Zhimo yang merupakan penyair bermazhab romantisme juga mendapat pengaruh simbolisme melalui karya-karya para penyair bermazhab simbolisme. Meskipun Xu Zhimo tidak pernah menyebut dirinya sebagai penyair simbolik, hasil penelitian dalam skripsi ini menunjukkan bahwa terdapat aspek simbolisme dari beberapa puisi yang ditulis oleh Xu Zhimo.

Symbolism is a literary movement or school which using symbols to give readers suggestions about the objects conveyed by the author of the literature works. Some Chinese poets were interested in this literary movement, such as Xu Zhimo, who lived in the beginning of the 20th century of China. In that time, China underwent a transition to the modern phase and experienced some breakthrough changes. Chinese literature was one of the changes mentioning above. Among various literary movements entering China, romanticism and symbolism were the most well-knowns. Xu Zhimo, who was a poet of romanticism movement, also was influenced by symbolist poetry. Though he never mentioned himself as a symbolist poet, the thesis? research shows that some symbolism aspects are found in his poetry."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S64786
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leressae
"Sebagai salah satu bentuk kesusastraan, puisi mengalami masa-masa keemasan di Cina. Puisi samar atau Menglongshi merupakan salah satu jenis puisi di Cina yang sulit diinterpretasikan maknanya dan muncul pada masa Revolusi Kebudayaan (1966-1976). Bei Dao adalah salah satu penyair yang menulis puisi samar berjudul “Xuanyan (Deklarasi)” pada masa itu. Revolusi kebudayaan membuat Bei Dao dan para penyair puisi samar lainnya tidak bebas berekspresi sehingga harus menggunakan berbagai simbol untuk menyembunyikan makna sebenarnya dalam puisi mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna situasi zaman yang terkandung di dalam puisi “Xuanyan (Deklarasi)” karya Bei Dao melalui simbol-simbol yang dituangkan ke dalam puisi ini. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, yaitu menganalisis puisi “Xuanyan (Deklarasi)” dan melakukan interpretasi untuk mendapatkan makna simbolik dari puisi ini. Penelitian ini mendapati hasil bahwa puisi “Xuanyan (Deklarasi)” memiliki makna simbolik tentang kritik dan penolakan Bei Dao terhadap segala propaganda dalam Revolusi Kebudayaan.

As a form of literature, poetry experienced golden times in China. Misty poetry or Menglongshi is a type of poetry in China that is difficult to interpret and emerged during the Cultural Revolution (1966-1976). Bei Dao was one of the poets who wrote the misty poem “Xuanyan (Declaration)” at that time. The cultural revolution made Bei Dao and other misty poets not free to express themselves, so they had to use various symbols to hide the true meaning in their poetry. This study aims to find out the meaning of the current situation contained in the poem "Xuanyan (Declaration)” by Bei Dao through the symbols that are poured into this poem. The research method used is descriptive qualitative, namely analyzing the poem "Xuanyan (Declaration)" and interpreting it to get the symbolic meaning of this poem. This study found that the poem "Xuanyan (Declaration)" has a symbolic meaning about Bei Dao's criticism and rejection of all propaganda in the Cultural Revolution."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>